"Kau tidak akan mati, Logan. Aku tidak akan membiarkannya. Kau dengar itu?"
Semua keinginanku untuk lepas dari rasa bersalah dan rasa kehilangan sudah musnah.
Aku, sekali lagi, kehilangan keinginan untuk hidup.
"Kau mendengarku, kan?" tanya Allegra Danish sambil menarik tanganku agar aku memperhatikannya.
Karena selama beberapa minggu setelah aku mengalami mimpi buruk itu, aku seringkali melupakan keadaan sekitar dan melamun.
Melamunkan kematianku.
Ini adalah pertemuan ketiga group therapy yang kuhadiri dengan terpaksa. Aku tidak ingin datang sebenarnya.
Tapi Allegra Danish meneleponku terus menerus.
It drives me insane.
Dan karena orang tuaku juga tidak mengetahui bahwa aku sudah menyerah pada keadaan, aku akhirnya datang juga ke pertemuan bodoh itu.
"Logan, jangan biarkan aku bermonolog sendiri seperti orang gila. Katakan sesuatu!"
Berhentilah bicara kalau begitu, pikirku.
Aku tidak mengerti mengapa Allegra Danish begitu insistent mencegahku untuk menyerah ketika aku sendiri sudah tidak mempunyai alasan untuk tidak menyerah.
Maka aku memfokuskan pandanganku padanya dan berkata pelan, "Kenapa kau begitu peduli, Allegra? Kenapa kau peduli sedangkan aku sendiri sudah tidak mempunyai keinginan untuk peduli pada hidupku?"
"Apa? Jadi kau ingin menyerah begitu saja tanpa mencoba berjuang?" tanya Allegra Danish tidak percaya. Wajahnya menampakkan raut keheranan.
Aku mengangkat bahu.
Rasa bersalah, rasa kehilangan, dan penyesalan yang bertumpuk ini menyedot seluruh tenagaku.
I'm so tired.
"Dengar," ucapku, "Sekalipun nantinya aku memutuskan untuk tidak bernafas lagi, kau harus tahu bahwa aku tidak menyalahkanmu sedikitpun."
Allegra Danish mendengus.
Apa yang salah dengan ucapanku? Bukankah aku meringankan bebannya dengan memberikan peringatan terlebih dahulu padanya?
Lalu dia berbicara padaku dengan penuh penekanan, "Kemudian apa? Kau akan membiarkanku hidup dan berkubang dalam penyesalan karena tak bisa menyelamatkanmu dari dirimu sendiri? Jangan egois, Logue. Bagaimana dengan orang-orang yang ada di sekitarmu? Yang mempedulikanmu? Kau tidak memikirkannya, bukan?"
Aku memutar bola mata.
Apa-apaan? Apa dia mencoba membuatku merasa bersalah dengan menyebutkan orang-orang yang peduli padaku?
Aku sudah memikirkan semuanya.
Aku akan meninggalkan surat untuk mereka, aku akan mengatakan bahwa semua yang aku lakukan bukan kesalahan siapapun, melainkan keputusanku sendiri.
Tetapi sebelum aku sempat menyuarakan apa yang kupikirkan, Allegra Danish sudah bicara lagi.
"Kau tidak meringankan beban siapapun dengan mengatakan hal seperti itu. Come on, Logan. Let me in. Let me help you. Kau akan baik-baik saja, percayalah padaku."Allegra Danish selalu berkata aku akan baik-baik saja.
Tapi aku tidak merasa begitu.
Justru yang kurasakan adalah sebaliknya.
Aku tahu dia sudah pernah merasakan apa yang kurasakan, aku paham dia ingin membantuku.
Apakah sulit baginya untuk menerima bahwa mentalku tidak sekuat dirinya?
Aku menghela nafas lelah, "Berhenti mengatakan itu, Allegra. Kau tahu itu hanya omong kosong. I am not okay and I will not be okay."
Allegra Danish terdiam dan tampaknya memikirkan ucapanku.
Memang benar, kan?
Semua kalimat dengan susunan kata-kata kau akan baik-baik saja, atau semuanya akan baik-baik saja, atau aku tahu kau akan baik-baik saja, hanyalah kebohongan belaka.
I am not okay at all.
Dan jauh di lubuk hatinya, Allegra Danish juga pasti menyadari hal itu.
Bahkan mungkin saja dibalik sikapnya yang baik-baik saja itu sebenarnya juga hanya kebohongan.
Siapa yang tahu bahwa dia benar-benar baik-baik saja?
"Oke." kata Allegra Danish setelah berdiam cukup lama, "Kau benar, Logan. Aku memang bicara nonsense. Kau tidak baik-baik saja. Aku pun begitu."
Akhirnya dia mengakui kebenaran.
"Tapi aku masih ingin membantumu. Aku peduli denganmu, Logan. Mari kita membicarakan sesuatu yang berarti."
Aku mengernyitkan dahi, "Membicarakan apa contohnya?"
Allegra Danish memberiku senyum penuh ironi, "Let's talk about me."
*****
Don't forget to click the follow and the vote buttons! Komen ya bagaimana pendapat kalian:) See you in the next chapter.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEGRA
General FictionCover by my lovely best friend @wilda_tulha Kupikir aku baik-baik saja. Tapi ternyata aku salah. Duniaku sudah tidak lagi berputar pada porosnya. Aku kehilangan arah. Trigger warning. Welcome to my story. I hope you enjoy it:) Ini adalah cerita pert...