Part 17 : Masih Menghilang

0 3 0
                                    

Dia hanya menenang barangkali. Tidak lama mungkin. Hanya butuh waktu sendiri seperti dirimu. Tapi.. entah kembali atau malah jauh lebih menjauh.


Tidak ada notifikasi atau apapun yang biasa membangunkannya di pagi hari seperti biasa. Tidak ada ketukan pintu dari bi Ina yang membangunkan Rena karena ada seseorang yang menunggunya entah didepan rumah atau diruang tamu. Rena menghempaskan nafasnya pelan dan diakhiri senyum yang meyakinkan dirinya sendiri.

It's oke. Gada apa-apa kok.

Rena terus saja meyakinkan dirinya saat ponselnya diam tidak bergeming. Tidak bernotifikasi. Tangan kanannya membuka pintu kamar dan langkahnya menuruni satu persatu anak tangga sampai menuju keruang tamu.

Kosong. Tidak ada yang duduk memunggunginya.

Namun Rena masih saja memancarkan senyum keyakinannya dan melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Ternyata pintunya masih terkunci. Menandakan siapa pun belum membukanya apa lagi berkunjung seperti biasa. Tapi Rena masih saja membuka pintu tersebut setelah kuncinya terbuka.

Tidak ada motor sport hijau yang terparkir dihalaman rumah atau digaransi. Tidak ada seseorang yang duduk dikursi putih samping pintu utama seperti biasanya.

Dimana dia?

Sekuat apa hati yang Rena punya? Senyum keyakinannya terus terpancar meski semuanya sudah terlihat jelas. Sudah terjawab pastinya. Dia tidak ada! Biasanya jam 6 seperti sekarang ini dia sudah duduk. Entah dimotor sportnya,dikursi samping pintu utama atau bahkan duduk disofa ruang tamu membelakangi dirinya. Hal kecil seperti notifikasi pesan dan telfon saja sedari 3 minggu yang lalu sudah senyap. Tidak ada kabar apa pun mengenai dirinya.

Langkahnya membawa tubuhnya masuk. Berjalan menunduk menutup pintu. Kembali menatap ruangan kosong sampai menemukan orang yang amat familier.

"Bi Ina.."

"Bi Ina,dari pagi tadi ada yang nyariin Rena ga bi?"

"Ndak ada neng," jawab Bi Ina tanpa berfikir. Berarti dia memang masih ingat sepagi ini. Tidak perlu mengingat mungkin. Karena memang tidak ada yang mencari Rena.

"Ah ya! Dari Rena pulang saja tidak ada yang mencari," ucap Rena mencoba menghibur dirinya setelah bi Ina kembali ke dapur.

Langkahnya menaiki satu persatu anak tangga sampai menuju kedepan pintu kamarnya. Begitu masuk kedalam kamarnya,dia langsung mengambil ponsel yang tergeletak dinakas.

Ya Tuhan!! Masih saja berharap.. itu jawabannya. Masih tidak ada notifikasi apapun dari dia,Rena...

Ah sudah! Mungkin dia sudah berangkat. Disekolah pun pasti akan bertemu dengannya. Terus saja menguatkan dirimu sendiri Ta...

Rena segera memasuki kamar mandi. Membersihkan tubuhnya. Membuang rasa lelah,halusinasi dan overprotektifnya bersama sabun yang mengandung banyak kuman dari tubuhnya. Mungkin sesampainya di Semarang pagi tadi pukul 3 itu membuatnya terlalu lelah. Sampai berhalusinasi bahwa dia ada menunggunya sampai kembali ke Semarang dan menunggunya lebih awal seperti biasa. Namun,Rena memang terlalu menguatkan hatinya. 3 minggu lamanya saja pesannya tidak ada yang dibalas,dibaca atau pun telfonnya yang tidak diangkat satu pun. Apa lagi dia sampai menunggu Rena! Haha.

Sampai notifikasi dari ponselnya yang berdering,menghentikan langkahnya memakai jaket. Senyum sudah sumringah sebelum membuka siapa si pengirim pesan tersebut. Sampai,semuanya memudar dan menghela kesal.

Lia
Ada rapat OSIS nanti pulang sekolah. Datang ya! Kita butuh lo Ren.

Just Read

Kehilangan yang MenemukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang