part 01 : Masa Orientasi Siswa

110 11 1
                                    

Ketika kita harus bersahabat dengan suasana yang asing.

Terdengar helaan nafas dari bibir tipis gadis yang baru saja membuka matanya. Matanya masih sibuk menatap pada satu arah. Jendela kamar yang dibalut kain putih bersih. Sinar mentari sepagi ini sudah menyapa harinya.

Sungguh berbeda saat matanya terpaku pada satu titik namun fikiranya diterpa berbagai lembaran pertanyaan yang belum terjawab. Masih kosong. Masih berupa tanda tanya dan belum tertata.

Mungkin akan memakan waktu yang lama dan membuat hari pertamanya akan berantakan jika Rena terus menatap jendela kamarnya itu.

Iya. Gadis yang sudah menghela nafas pasrah itu bernama Renata Akleema Grizelle Dirgantara.

Panjang sekali.

Cukup panggil dia Rena. Dia menginginkan nama panggilan itu di tempat tinggalnya yang baru.

Biarlah. Biar semua terlihat baru. Agar semua akan terus baik-baik saja tanpa campur tangan masa lalu.

Tangan kanannya mengalihkan selimut putih tebal yang menindihi tubuhnya. Tubuhnya yang lemas tidak bertenaga itu dipaksakan duduk.

Piyama yang hangat itu sulit sekali untuk dilepas. Apalagi tubuhnya akan menyentuh air dipagi hari. Yang konon katanya sangat dingin. Apalagi ini bukan Jakarta.

Cukup cantik saat Rena sudah siap dengan seragam SMP nya. Walaupun dia sudah SMA,tetap saja dia akan memakai seragam SMP saat Masa Orientasi berlangsung.

Pukul 06.20. Masih terlalu pagi baginya jika langsung berangkat setelah rapi. Masih malas rasanya. Entah kenapa,tubuhnya benar-benar tidak bernyawa saat menyambut hari pertama sekolah di Semarang.

Tubuhnya yang sudah berdiri itu kembali terduduk. Tatapan kosong menatap lantai yang dia injak. Raganya seakan tidak siap menyambut hari yang mungkin akan menyenangkan.

"Kenapa ya.." gumamnya yang terus menatap kosong lantai yang ia pijak.

"Ko disini beda gitu yaa.." pikirnya menatap isi ruangan

"Gue aja pengennya dipanggil Rena."

"Huuhhh..." helaan nafas kasar terdengar dari mulut Rena.

"Gue itu Dirgantara. Gue ga boleh gini terus. " ucapnya pada diri sendiri.

"Kenapa gue diem si? Kesannya kasian banget." Ucapnya mengusap dahi seakan menghempas beban.

"Oke. Gue Ata Dirgantara." Ucapnya dengan nada semangat sambil menegakkan tubuhnya.

Kini kedua tangannya langsung mengambil tas dan jaket bahan berwarna hitam. Ditatapnya tubuh mungil yang dia miliki pada pantulan cermin. Senyum yang meyakinkan dan senyum yang mengembang terpancar disana.

Seperti siap menyambut hari ini.

"Gue udah tau kalo gue cantik." Ucapnya dengan nada sombong pada cermin.

"Oke. Let's gooo!!!" Semangatnya menaikkan tangan kanannya diudara.

Langkahnya yang seakan dikerjar piutang itu tergesa-gesa menuruni anak tangga menuju meja makan.

"Bibiiii!!!"

Tentu saja dia akan teriak. Padahal obyek tujuannya itu sudah ada didepan matanya sendiri.

"Kenapa non?" Tanya Bi Ina menghampiri Rena yang sedang memegangi kedua lutunya dengan nafas yang memburu.

"Capeee bii." Keluhnya.

"Lah? Bukannya si neng baru bangun tidur?" Tanya bi Ina dengan nada bingungnya.

"Capee bii..." keluhnya kemudian.

Kehilangan yang MenemukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang