Part 28 : Vinecafe

0 0 0
                                    

Saat kita bertemu dengan sepasang mata yang membuat langkah kita terhenti. Terpikat karena matanya yang teduh. Seakan meyakinkan kita bahwa dia akan menjaga kita.

Sudah dua hari Rena ada di Jakarta. Menikmati udara sejuk dipagi hari. Menikmati suasana kamar yang dia rindukan hampir satu tahun. Menikmati udara dari balkon kamar. Kembali masuk kedalam kamar lewat jendela kamar. Duduk diambang jendela. Memegang segelas susu coklat dari meja samping.

Ponselnya selalu bergetar. Namun tidak pernah Rena hiraukan. Ponselnya aktif. Namun tidak pernah ada pesan yang dibalas. Hanya dibaca atau sampai tidak dibaca sama sekali. Siapa pun tidak peduli. Tidak mungkin pula pihak guru. Karena Milla sudah memberitahu bahwa Rena akan izin untuk beberapa hari kedepan dan untuk tidak memberitahu keberadaan Rena kepada siapa pun.

"Neng.. atuh si neng meni kebiasaan pisan nya."

Rena mengusap dadanya,"Bi Iyem ih! Ngagetin mulu ya."

Bi Iyem-asisten rumah tangga dirumah bunda ayahnya sudah sejak lama-terkekeh. "Atuh si neng kebiasaan ih duduk dijendela. Jatuh neng. Awas jatoh kitu."

Bi Iyem meletakkan susu coklat untuk kedua kalinya,"Si neng mau sarapan apa?"

"Nasi goreng ya bi?"

"Siap neng."

"Eh bi!" Cegah Rena.

"Ayah sama bunda udah berangkat ya?"

Bi Iyem mengangguk,"Sudah neng."

Rena mendengus,"Kebiasaan."

Kedua orang tuanya memang sangat sibuk. Sudah disinggung bukan? Jika keduanya memipin perusahaan masing masing. Perusahaan mereka berdua yang ada pada beberapa tempat di Jakarta.

Rena tidak terlalu ambil pusing tentang kesibukan kedua orangtuanya. Toh,dia juga memang ingin sendiri. Hanya ingin benar benar menenangkan fikirannya yang bergemuruh.

Pukul 09.00
Udara pagi sedari tadi memang dingin. Karena hujan sempat mengguyur. Membuat Rena rasanya ingin menikmati kesejukan dengan menyusuri kota Jakarta. Kota yang selama ini dia tinggalkan.

Kota yang seharusnya menjadi tempat dia pulang justru menjadi tempat yang entah kapan membuat dia pulang. Dia malah pergi ketempat orang asing. Kota asing yang dia tidak tau kenapa harus kesana?

"Neng.. itu nasi gorengnya udah siap," ucap Bi Iyem diambang pintu kamar Rena yang memang tidak tertutup.

Rena mengalihkan pandangannya ke Bi Iyem. "Nanti ya bi? Rena mau mandi dulu."

Bahkan semenjak dia pergi,kamarnya sama sekali tidak berubah. Masih sama dan tetap sama. Jendela dengan nuansa berwarna putih. Langit langit kamar yang berpadu putih dengan biru langit. Kasur empuk yang hangat oleh selimut tebal putih.

Wangi kamarnya pun masih sama. Sama sama aroma coklat. Beberapa novel yang tertata apik dirak buku bak rak pada gramedia. Coklat yang tertata disamping meja belajar. Kaca disamping lemari putih tulang yang cukup besar. Yang dapat memantulkan tubuh Rena dengan sempurna.

Kini Rena sudah rapih dengan pakaian stylenya sendiri. Jaket biru dongker tanpa diresleting,celana jeans biru dongker senada,kaos putih yang senada dengan sepatu kets yang dia kenakan. Dan rambut yang dibiarkan tergerai.

Rena menuruni satu persatu anak tangga dengan menggendong tas kecil berwarna hitam juga membawa kunci mobil. Karena sebelumnya,dia memang sudah dapt mengendarai mobil dari kelas sembilan menengah pertama.

"Bi,udah sarapan?"

"Udah neng. Si neng makan saja," jawab Bi Iyem yanh sedang memasukkan beberapa belanjaan kedalam kulkas.

Kehilangan yang MenemukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang