Part 16 : Berkunjung ke Bogor

4 1 0
                                    

Saat kita dipaksa memutar yang tenggelam pada tempat yang lama tak dikunjung. Bukan tidak ingin,hanya tidak lagi sempat menimang luka ya sudah menenang.

Sekarang menempati hari ke kesembilan belas Rena di Jakarta. Melewati setiap waktu dengan kedua orangtuanya. Liburannya tidak kemana-mana. Hanya melewati pergantian taun di Monas bersama kedua orangtuanya itu sudah lebih dari cukup.

Bahkan bundanya mengusulkan saat pergantian tahun mereka akan ke Singapura. Namun Rena menolaknya mentah-mentah. Banyak alasan yang dia lontarkan. Buang-buang uang dan sebagainya. Untuk apa katanya. Jika Indonesia saja masih banyak tempat yang belum mereka kunjungi.

Hari-harinya tidak jauh dari tidur,nonton dibioskop,tv,laptop bahkan ponselnya. Makan cemilan dan membaca novel sepuasnya. Entah membacanya secara santai didekat kolam renang rumahnya dengan banyak cemilan atau di gramedia dengan ketenangan yang sedikit terusik.

Bunda dan ayahnya hanya mendapat liburan tepat diwaktu pergantian tahun dan hari natal. Sangat sedikit. Jadi waktu yang mereka lewati pun hanya sebentar. Selebihnya Rena hanya berdiam diri dirumah. Atau berkunjung ke salah satu cafe dan mengahabiskan waktunya disana sendiri.

Rena menatap ponsel gold yang tergeletak diatas meja. Tersenyum sinis. Ah! Mungkin tersenyum pedih.

Sejak kepulangannya ke Jakarta,Tama tidak memberinya kabar apapun. Entah membalas chat atau mengangkat ratusan telfon dari Rena. Tepat dihari keempat belas Rena di Jakarta,dia sudah tidak lagi mengemis hal-hal yang belum pasti dibalas.

Seperti chat yang bahkan tidak dibalas. Bahkan dibaca saja tidak. Telfonnya pun dibiarkan si operator yang menjawab. Lalu untuk apa terus mengejar dan terus mengemis untuk dibalas?

Apa Rena sudah tidak mencintai Tama sejak kepergiannya? Oh tidak! Rena bukan seorang yang mudah menghapus apapun yang terkait dengan perasaan. Tidak mungkin secepat itu Rena menghapus semuanya. Meski entah hati atau fikirannya tau bagaimana lelahnya kecewa yang menerus,tapi Rena masih Rena yang mencintai Tama. Sampai dia yang meminta Rena melepas semuanya.

Uma
Udah ada kabar?

Renata
Belum

Uma
Jgn negatif thinking dlu. Liat besok

Renata
Yaelah sampe kapan si? Kalo niat mah udah semenjak gue ke Jakarta ada dia.

Uma
Lo ga ninggalin dia kan?

Renata
Dia kali yg ninggalin gue. Capek gue!

Uma
Ren? Lo tau Tama kan?

Sudah! Jengah rasanya! Rena melempar kembali ponselnya ketempat semula. Biarkan Uma mengirim beberapa pesan setelah itu. Entah sejak kapan,Rena malas membahas tentang Tama yang menghilang. Buka karena rasanya pudar. Mungkin lelahnya sudah berujung.

Sebenarnya inginnya ke Jakarta dengan meninggalkan Tama,bukan hanya ingin berlibur dengan keluarganya. Yang tepat adalah merehatkan hatinya. Entah perihal apapun akan dia tinggalkan di Semarang. Bukan selamanya. Hanya sementara. Bukankah setelah liburan usai,semua akan kembali seperti semula?

Rena yang selalu bersama Tama,Tama yang tidak akan melepas Rena jauh darinya. Rena yang bungkam,Rena yang mudah rapuh,Rena yang sensitif tentang semua persoalan yang terkait dengan Tama. Bahkan semua hal yang terkait dengan Tama selalu merubahnya menjadi gadis yang bungkam. Entah pada perasaan atau bahkan dengan keadaan.

Niingg Nongg Ningg Nongg

Rena menatap kearah pintu utama yang masih tertutup rapat. Siapa yang berkunjung pada jam yang masih dikatakan pagi? Ingin memanggil bi Iyem tetapi tidak enak. Mungkin dia sedang beberes dapur.

Kehilangan yang MenemukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang