Part 27 : Menenangkan kecewa

2 0 0
                                    

Ada saat dimana kita merasa bosan. Sangat bosan. Bukan pada hubungan kalian yang monoton. Bukan karena kegiatan yang sudah menjadi rutinitas dengan pasangan. Tapi bosan karena sesuatu yang menyakitkan. Janji yang tidak ditepati. Salah yang tidak diperbaiki. Pun pengibar janji untuk kesekian kali.

Renata
Mau main kerumah gue ga?

Ava.
Angin apa lo? Tumben banget.

Renata
Gue tunggu ya. Sekalian sama Uma.

Ava
Perasaan gue ga enak.

Rena merentangkan kedua tangannya. Membiarkan tubuhnya terlentang berhadapan dengan langit kamar. Memejamkan matanya. Karena dengan memejamkan mata,dia dapat menemuman ketenangan karena kegelapan yang disuguhkan.

Benar benar sangat tenang. Dengan AC yang tidak terlalu dingin,waktu yang menunjukan pulul sembilan siang ini tidak terlalu terasa begitu panas. Sangat sejuk. Sampai dia berharap semua akan tetap sama keadaannya. Tapi tentu tidak.

Segelas susu coklat sudah berdiri anggun diatas nakas. Jendela yang gordennya masih ditutupi kain putih. Membiarkan suasana kamarnya menjadi sedikit gelap lebih tepatnya.

Mungkin bi Ina sudah lebih dulu masuk kedalam kamarnya. Menaruh segelas susu coklat,dua potong roti berisi coklat begitu juga dengan beberapa potong buah apel.

Bahkan dalam keadaan jauh dengan kedua orangtuanya pun Rena masih tetap merasa diperlakukan bak putri raja. Seakan semua sudah tersedia tanpa dipinta. Atau tanpa bersusah payah melakukannya sendiri. Bi Ina tetap pada rutinitas yang diinstruksikan Milla-bunda Rena- untuk menyediakan susu,roti juga buah saat dia bangun tidur. Selalu seperti itu. Dan tidak peduli jika waktunya sudah mepet pada kata telat,Rena masih menyampatkan memakan apa yang seharusnya dimakan dari persediaan Bi Ina.

Dia sedang tidak memikirkan apa pun untuk beberapa menit ini. Ketenangan masih menjalari tubuhnya. Tidak memikirkan kejadian kemarin. Tidak memikirkan luka luka yang merekah atau sampai pilu yang menyendu.

Niatnya pulang ke Jakarta nanti sore ya menenangkan hatinya. Berhenti untuk terus bersikap baik baik saja didepan semua orang. Juga bertemu dengan kedua orangtua yang sangat dia rindukan tiap waktu.

Rena tidak akan membocorkan tentang bagaimana luka yang Tama berikan beruturut turut. Tidak akan! Bahkan terlalu munafik jika sampai terjadi. Cukup dirinya yang tau dan dirinya yang merasakan bagaimana luka itu menganga. Tanpa diberi celah untuk sembuh lebih dulu.

Awal dari kepergiannya dari masa lalu adalah menutup hati kepada siapa pun. Membiarkan hatinya sunyi kelam tanpa cinta. Biarkan tanpa sedikit saja kasih sayang kecuali dari kedua orang tuanya. Sslain karena takut semua akan terenggut setelah Rena membalas perasaan,juga karena Rena memang pada dasarnya tidak mudah percaya lebih cepat.

Kehadiran Tama adalah kehadiran yang sama sekali tidak pernah Rena sukai. Karena awal sebeleum bertemu dengannya saja,sahabatnya sudah mengutit kenal Tama atau tidak? Awal yang curiga namun Rena tepis jauh. Kemudian setelah bertemu dengan Tama dan sampai saat ini tetap bersama Tama,bahkan sahabatnya seperti tidak suka. Entah Rena yang tidak pantas untuk Tanma atau memang keduanya saling tidak pantas. Atau entah Rena tidak pernah tau.

Kemudian Rena memaksakan beberapa hal yang tidak pantas dipaksakan. Awal yang sebenarnya adalah ketika Rena baru menyadari kehadiran Tama dalam kesehariannya. Dimana kesehariannya selalu diisi dengan Tama. Seseorang yang sangat dia benci karena ketidak patuhannya pada beberapa aturan yang Rena buat. Rena pun bukan seorang yang amat sangat patuh peraturan,tapi berhubung Rena adalah ketua kelas,Rena harus menegaskan bahwa peraturan harus ditaati. Namun Tama selalu melanggarnya dan membuat Rena begitu sangat membenci Tama.

Kehilangan yang MenemukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang