"Tidak ada yang tahu pasti tentang sebuah pertemuan. Terkadang banyak yang mengatakan bahwa pertemuan yang tiba-tiba suatu nantinya akan tergantikan oleh sebuah perpisahan."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Adzan shubuh berkumandang, membuat gadis itu terbangun dari tidurnya lalu beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi untuk berwudhu.
Setelah berwudhu gadis itu melaksanakan kewajibannya.
Selesai melaksanakan sholat shubuh. Renasya keluar dari kamar dan menuju dapur memasak untuk menyiapkan sarapan.
Ditengah-tengah kegiatannya keluar Umi Susan menghampiri Renasya yang sibuk memasak.
"Kamu memasak apa ?" Tanya Umi.
"Masak oseng kangkung, perkedel, sama ayam goreng." jawab Renasya.
"Kamu nanti kuliah jam berapa ?"
"Oh nanti Renasya kosong. Tetapi Renasya nanti mau jalan-jalan ke taman umi."
"Oh baiklah jaga diri. Nanti umi ke Palembang menyusul ayah kamu. Pulangnya agak malam. Nanti Syahilla ke sini untuk menemanimu sekaligus jaga-jaga jika kamu sendiri saat umi nanti terlambat pulang."
"Baik umi."
Selesai sarapan Renasya pamit kepada uminya untuk ke taman.
Renasya tidak memperhatikan jalannya dan masih menunduk tanpa memperhatikan langkahnya.
Bruuuukkkkkkkk
"Aduh." ringisnya.
"Anda terluka ?" sahut seseorang dengan bahasa Jepang. Renasya merasa tidak asing dengan suaranya lalu mendongakan kepalanya.
"Nakajima kun ?" sahutnya.
"Pantes aja gampang jatoh orang yang aku tabrak badannya kayak tiang belom lagi tenaganya" gumamnya dalam hati dan meringis.
"Ah anda lagi ? Ah siapa nama anda saya lupa."
"Hufffftttttt." dengus Renasya dengan sebal. Orang ini memang cerdas setahunya tapi apakah daya ingatnya terhadap orang yang pernah bertemu sekali sangat buruk ?
"Maaf saya tidak sengaja karena saya bingung dengan jalan ditaman ini."
"Apakah anda selalu berjalan-jalan sendiri ? Lalu dimana teman anda ?" tanya Renasya dengan kesal.
"Hmm mereka ada di penginapan."
"Jadi anda keluar sendiri ?"
"Ya saya merasa bosan untuk selalu berada di penginapan tanpa melakukan apapun."
"Biasanya saat anda bosan bukankah anda selalu memegang kamera ?"
"Saya lupa membawa kamera. Dan saat anda bicara jangan terlalu formal."
"Ahhhh sorry." refleksnya. Untung saja Nakajima mengerti sedikit bahasa Inggris.
"No problem."
"Kamu mengerti bahasa inggris ?" tanya Renasya dengan dahi mengernyit.
"Sedikit." ujar Nakajima.
"Konsernya masih lama, kamu dan mereka akan kemana ?"
"Mungkin manajer akan mengajak jalan-jalan."
"Seperti itu ya, kudengar dulu Yaotome kun sangat ingin mencoba kare Jawa."
"Dari beberapa tempat di Indonesia yang aku ingat bukankah kare Jawa ada di Jawa ?" tanya Nakajima dengan bingung.
"Aku tidak terlalu tahu kare Jawa tetapi aku bisa membuatnya jika kamu dan mereka mau mencobanya."
"Hahhhh kamu bisa memasaknya ? Bukankah kamu orang hmm Jakarta kan ?"
"Ah aku lupa memberitahumu Nakajima kun. Aku sebenarnya dari Jawa dan baru pindah dari sini 2 tahun lalu."
"Hmmm seperti itu ya ?"
"Lalu aku dan mereka makan dimana untuk mencoba kare Jawa buatanmu ?"
"Jika umiku memperkenankan aku akan mengundang kalian dan manajer kalian kerumahku."
"Umi ?" tanya Nakajima dengan bingung.
"Umi panggilan untuk ibu dari Indonesia sebenarnya jenis panggilan untuk menyebut wanita yang melahirkan anaknya banyak di Indonesia."
Nakajima mengangguk-nganggukan kepalanya setelah mendengar penjelasan Renasya.
"Apakah tidak merepotkan ?"
"Tidak, umi akan senang." sahut Renasya sambil mengacungkan 2 jari didepan matanya sambil tersenyum.
Nakajima terpana melihatnya.
"Omong-omong kita sudah bertemu dua kali, ma...maukah kau menjadi temanku ?"
"Hahhhh ??" sontak Renasya bingung.
"Nakajima kun aku hanya orang biasa dan fansmu." sambungnya.
"Apakah masalah ?"
"Mungkin suatu nanti kita tidak akan bertemu lagi."
"Jadi hanya karena itu ? Kan tidak masalah aku suatu nanti jika kembali ke negara asalku aku tidak akan lupa untuk kesini."
Renasya terdiam. Dia kali ini sudah netral dan melepaskan kekolotannya, asalkan dia tahu batasan laki-laki dan perempuan.
Tetapi dia tidak menyangka semuanya akan seperti ini. Dia berpikir keras, apakah pertemanan laki-laki dan wanita diperkenankan ?
Ah nanti dia akan curhat ke uminya."Hmmm, Nakajima kun.... apakah anda tidak malu berteman dengan aku yang cacat ?"
"Cacat ? Kamu tidak cacat tapi sempurna dan cantik."
Nakajima bingung dengan reaksi gadis itu yang terkesan menolak untuk menjadi temannya. Padahal banyak orang yang ingin berada diposisinya.
"Astagfirullah, maaf Nakajima kun aku memang mempunyai rupa yang memang menurut orang lain sempurna. Tetapi aku tidak sesempurna yang mereka katakan."
"Apa maksud kamu ?"
Nakajima bingung apalagi gadis itu tadi mengucapkan sebuah kalimat yang menurutnya asing.
"Aku mempunyai kekurangan yang terletak di telingaku. Aku hanya seorang tuna rungu."
"Hanya karena itu ??" gumam Nakajima dalam hati.
"Tetapi kamu kan masih bisa mendengar dan ehm maaf masih bisa berbicara juga ?"
"Aku memakai alat bantu pendengaran, maka karena itu aku bisa mendengar. Untuk bisa berbicara aku mengalami tuna rungu sejak usia 11 tahun bukan sejak lahir."
"Hahhhh ?????"
Mendengar responnya Renasya menjadi gelisah dan meremas tangannya.
"Apakah Nakajima kun akan menarik ucapannya untuk menjadikanku seorang teman ? Dan apakah akan menjauhiku ? Ah kenapa aku terdengar berharap." gerutu Renasya dalam hati.
☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘

KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Hopes
General FictionIni hanya cerita biasa. Bukan cerita istimewa. Ini menceritakan seorang Alanda Renasya Cyrra. Gadis biasa yang mempunyai seribu mimpi. Mimpi terbesarnya adalah bertemu Nakajima Yuto yang merupakan anggota Hey! Say! Jump. Tidak hanya Nakajima tetapi...