[12] A Coincidence ?

23 3 0
                                    

"Segalanya akan dimulai...."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Renasya terdiam menunggu jawaban orang disampingnya dan sudah lebih dari 5 menit mereka terdiam.

"Ehm Nakajima kun aku akan pergi dulu." ujar Renasya lalu dia akan pergi tanpa menunggu jawaban dari lelaki disampingnya, tetapi ada yang mencekal tangannya.

Merasakan ada yang mencekal tangannya dia kaget lalu buru-buru melepaskannya.

Tersadar, Nakajima menjadi gugup.

"Kamu akan pergi kemana ?"

"Aku akan ke rumah teman aku."

"Hah ? Kerumah teman kamu ?"

"Iya. Kenapa ?"

"Bolehkah aku ikut ?"

Renasya terkejut. Hah ? Ikut ? Inikan kerumah temanku. Belum lagi temannya itu juga sangat menggemari orang disampingnya.

"Ini aku kerumah temanku Nakajima kun."

"Ada yang salah jika aku ikut ?"

"Ti- tidak tapi...."

"Aku mohon aku boleh ikut ? Aku lagi bosan dan ingin berkeliling."

Renasya terdiam gelisah dan sedang berpikir. Belum lagi teman yang dia kunjungi agak centil dan kepribadiannya sulit ditebak disisi lain.

"Hmmm ya sudah kamu boleh ikut." putus Renasya.

"Benarkah ? Terima kasih." ujar Nakajima bahagia dan hampir memeluk Renasya jika saja Renasya tidak melambaikan tangannya.

Disepanjang jalan taman mereka terdiam dan terlihat memikirkan sesuatu. Entah apa yang mereka pikirkan hingga kali ini membuat suasana agak canggung.

Setelah sampai dekat jalan raya Renasya memesan taksi.

"Pak blok 12E." ujarnya.

Lalu Renasya masuk dan tidak lupa dia menyuruh Nakajima masuk. Mereka duduk agak jauh dan menjaga jarak.

"Masnya pacarnya ya neng ?" tanya sopir taksi.

"Eh bukan pak."

"Hehehe saya kirain pacarnya neng apalagi masnya kayak bukan orang Indonesia ya ?"

"Bukan pak dia orang Jepang."

"Pantes aja neng, masnya ganteng banget kayak artis gitu."

"Emang artis kok pak."

"Eh iya ya neng kok saya nggak tau ya neng ?" sopir itu agak kaget.

"Kan artis Jepang pak jadi wajar aja bapak nggak tau soalnya artis Jepang nggak pernah nongol di layar kacanya Indonesia." ujar Renasya.

"Pantes aja. Eneng beruntung bisa deket ama artis."

Renasya menanggapinya dengan senyum dan kekehan. Setelah sampai di tempat tujuan dia membayar taksi itu. Lalu menuju kerumah temannya.

Diluar dia ditunggu temannya yang sedang asyik dengan ponselnya.

"Assalamuallaikum Al...." sahut Renasya mengagetkan temannya.

"Eh tong gue kaget tau nggak, nongolnya tiba-tiba banget kek jelangkung."

Renasya menatapnya dengan datar.
"Salamnya dijawab dong." ujar Renasya masih dengan wajah datar

"Hehehe. Waalaikumusalam. Tumben kesini ?" ucap Alyssa sambil nyengir.

"Jenuh aja, umi lagi mau nyusul abi Al."

"Pantes aja jadinya kesini. Eh itu siapa dibelakang kamu ?" ujar Alyssa dengan celingukan menatap orang yang dibelakang Renasya yang masih memandangi sekeliling rumah Alyssa.

"Ah dia. Nakajima kun kesini." sahutnya.

Melihat sosok laki-laki yang tinggi dengan jelas Alyssa sangat terkejut.

"Duhhh gustiiii !!!! Apakah hamba menghayal ????" teriak Alyssa

Renasya menabok bahu Alyssa hingga Alyssa tersadar dari keterkejutannya.

"Ahelah nggak usah lebay pake teriak segala. Dia emang Nakajima kun." Renasya malu dengan reaksi temannya ini yang kadang berlebihan.

"Eh beneran dia Yutti ??? Kamu bisa nemu dia darimana ??" Alyssa masih terkejut dan mengucek-ngucekkan matanya karena merasa seperti bermimpi.

"Kalo nggak percaya tampar aja tapi tanggung sendiri resikonya. Aku sama dia nggak sengaja ketemunya alias kebetulan."

"Eh iya iya."

Nakajima kebingungan dengan apa yang mereka bicarakan berhubung dia tidak mengerti bahasa negara Indonesia.

"Ehm I'm Alyssa. Alyssa Rahajeng Kusuma Dianti."

"Nakajima Yuto."

Alyssa mengulurkan tangannya tetapi Nakajima malah membungkuk. Melihat Yuto melakukan salam perkenalan dengan cara itu, ekspresi wajah Alyssa cengo, lalu buru-buru ikut membungkuk.

Renasya yang melihat adegan itu menahan tawanya. Alyssa yang setelah membungkuk sebagai salam perkenalan dengan Nakajima tersenyum kikuk sambil malu-malu. Renasya yang melihatnya akhirnya tidak bisa menahan tawanya. Alyssa yang mendengar suara Renasya yang menertawakannya, wajahnya berubah menjadi jutek dan cemberut.

"Ehm maaf saya refleks membungkuk sebagai salam perkenalan. Anda pasti tidak terbiasa." ujar Nakajima.

Alyssa yang mendengarnya hanya megap-megap seperti tidak paham apa yang disampaikan Nakajima, lalu dia melirik Renasya dengan wajah bingung.

"Gini lho Al dia meminta maaf sama kamu karena dia refleks membungkuk sebagai salam perkenalan, kamu pasti tidak terbiasa kan ?" tukas Renasya sambil menahan tawa sekali lagi melihat ekspresi Alyssa.

"Eh iya gapapa kok." ujar Alyssa dengan wajah memerah.

"Kata dia tidak masalah Nakajima kun." ucap Renasya kepada lelaki didepannya.

"Sampaikan maafku kepadanya kalau aku tidak bisa berbicara dan paham dengan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia." ujar Nakajima.

"Al dia bilang dia minta maaf kalo dia nggak bisa bahasa inggris sama bahasa Indonesia."

Alyssa menganggukan kepala dan tersenyum. Tapi sekilas didalam ekspresinya ada senyum yang dia tahan.

Tiba-tiba sebuah suara dering dari ponsel memecahkan suasana. Itu adalah ponsel Renasya. Renasya buru-buru mengangkatnya, setelah itu memutuskan sambungan telepon.

"Ehm Al kayaknya aku pulang dulu deh ini sepupuku nyariin aku."

"Loh kok cepet banget."

"Aku kira dia datang malam taunya sekarang udah nyampe kerumah."

"Oh ya sudah nggak masalah. Hati-hati ya..." ujarnya sambil menatap Nakajima. Nakajima yang melihatnya menatapnya hanya tersenyum kikuk.

"Baik Al. Assalamuallaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Setelah bayangan Renasya menghilang Alyssa masih memandang tempat Renasya pergi dengan ekspresi yang tidak terbaca dan tangan terkepal.



-tbc

A Thousand HopesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang