dualima

7.6K 342 8
                                    

Reihan sedang menunggu taxi dipinggiran jalan. Tak lupa ia terus mengecek ponsel serta arloji yang melingkar dipergelangan tangannya.

"Pak? Bisakah anda mengantarkan saya ke pameran yang ada dibhisan?" Tanya reihan pada supir taksi. "Yaa" jawab sang supir.

Supir itu mengantarkan reihan ke tempat tujuan. Saat sampai segera reihan membayar taksi itu lalu pergi mencari manda keseluruh penjuru pameran.

Sudah sekitar 15 menit reihan menyusuri pameran namun ia tak kunjung bertemu manda. Ini bukan tentang manda sudah besar atau tidaknya hanya saja ini dinegara orang. Yang mungkin bisa saja terjadi sesuatu tanpa sepengetahuan.

Akhirnya dia melihat seseorang yang menurutnya sudah tak asing lagi baginya.

"Terimakasih Mak cii"

"Same², hati hati dijalan yee, dada" ujar manda melambaikan tangan kepada anak perempuan yang memanggilnya mak ci. Mak ci adalah sebutan untuk Bibi atau tante dalam bahasa melayu.

Entah mengapa melihat anak perempuan itu. Membuatnya rindu pada gadis kecilnya. Nadila.
Gadis kecilnya? Memang begitu adanya, karena manda sudah menganggap Nadila seperti anaknya sendiri, aneh memang tp mau bagaimana lagi, sudah ketentuan Allah begitu ya harus di jalani hehe.

"Disini rupanya" tegur reihan. Merasa ada yang menegurnya manda memalingkan wajah kesumber suara. Ternyata benar. "ouh, dokter? Ada apa?" tanyanya. Semua orang yang melihat keadaan reihan, dengan wajah yang dipenuhi peluh keringat, lalu lengan kemeja yang ia gulung sampai siku, pasti akan berfikir 'Ada apa?'

Reihan tak lagi menggubris pertanyaan manda, ia langsung menarik langannya dan membawanya pulang keapartement.

***

Mereka sudah tiba di apartement, tidak ada yang saling bicara, Reihan ataupun Manda keduanya diam.

Reihan yang kesal dengan manda enggan bicara dengannya. Dan manda yang tak tahu apa yang terjadi tak berani membuka mulut untuk bertanya pada reihan. Risih. Karna manda tipikal wanita yang cerewet ia tak tahan dengan situasi seperti ini.

"Aku salah ya?" tanyanya membuat reihan menghela napasnya panjang. "kalo salah, aku minta maaf deeh, tp apa dulu yang salah kasih tau biar nanti ga ngu-" belum selesai ia berbicara reihan sudah memotongnya. Membuat manda menutup rapat rapat mulutnya karena celotehan reihan.

"kalo kamu minta maaf, tp gatau kesalahanmu yang mana trus kamu janji ga bakal ngulangin kesalahnmu yang mana pula? Besok² kalo mau pergi itu bilang, kalo pulang telat telpon!, bikin orang khawatir tau gak?"

Dengan seksama  manda mendengarkan celotehan reihan, sampai akhirnya ia terpekik di kata terakhir yang reihan ucapkan 'Khawatir'. Segera ia memandangi reihan dengan mata bulatnya yang lebar untuk memastikan apakah dokter itu benar khawatir pada dirinya?

"Apa liat liat?" celetuk reihan. Manda berdecih sebal lantas ia membuang muka dan kembali memandang dokter itu. "Anda khawatir dengan saya?" manda merasa tersipu, reihan yang melihat wajah manda yang memerah memincinkan bibirnya.

"Lagian nih yaa, aku udah bilang dari siang tadi, trus pas aku mau pergi aku udah ngetuk pintu dokter tp gak ada jawaban, trus aku juga kan udah ninggalin surat dipintu kulkas, trus tadi aku ga kabarin karna tadi hp ku mati" tuturnya dengan mimik wajah tanpa dosanya. Keduanya kembali terdiam.

"eh, dokter khawatir sama saya, jangan jangan" Manda langsung menutup mulut dengan kedua tangannya. "Astaga dokter" celetuk manda sekali lagi, membuat reihan kali ini benar benar dibuat jengkel olehnya.

Ia berdiri dari sofa, berjalan kedapur mengambil ayam goreng dan menyumpalkannya kemulut manda yang sedari tadi tak henti hentinya ber angan angan, dan berlalu kekamar meninggalkan manda yang mengerucutkan bibir karna ulah reihan.

06.45
Pagi ini mereka sudah disibukkan dengan segala sesuatunya. Mereka bangun kesiangan setelah berdebat semalaman.

Bukh! Lagi dan lagi mereka terus bertabrakan, manda dan reihan yang sibuk mondar mandir mencari barang yang harus mereka pakai atau bawa, dari kaos kaki, alat kesehatan, sepatu serta yang lainnya.

07.00 mereka sudah tiba dirumah sakit Gleneagles Singapore. Segera dokter vivi, reihan dan manda menuju ruang rapat untuk memperjelas tindakan tindakan yang akan di ambil saat oprasi serta resiko yang akan dialami.

"let's all before doing the operation it's good to pray first" Ujar Prf. Wiliam memimpin do'a.

Segera para dokter menuju ruang oprasi, ada 4 perawat salah satunya adalah manda serta ada sejumlah dokter ahli bedah. Kalian tau oprasi apa yang sedang dilakukan? Oprasi kanker otak yang membutuhkan penangan serius. Dan asal kalian tahu pasien ini adalah seorang Pria kecil yang lemah.

Entah mengapa saat proses oprasi berlangsung manda selalu berdo'a kepada allah, agar ia segera mencabut segala penyakit pria kecil didepannya ini.
Jika dilihat anak laki² ini usianya kira kira 9 tahun yang artinya 4 tahun lebih tua dari nadila. Segala konstrasi tinggi ia kerahkah semua untuk oprasi ini.

"Oh God!" teriak dr. Alena. Astaga, Celaka. Tak sengaja dr. Alena menyenggol syaraf otak kecilnya, yang membuat syarafnya membengkak dan pendarahan. Segera semua ahli bedah termasuk dr. Vivi dan reihan mengambil tindakan. Oh, astagfirullah.

"Rileks-Slow" titah Prf. Wiliam pada rekan rekannya termasuk manda dan beberapa perawat. Sekitar 2 jam berlalu Alhamdulillah, oprasi 83% berjalan lancar dan kita hanya menunggu hasilnya. Karna kesalahan dr. Alena prf. Wiliam memfonis bahwa akan ada kendala dalam sistem ingatan si laki² kecil tadi.

"Thank you to all of you. hopefully the results are the best" ujar prf. Wiliam

"Yess, prf." jawab semuanya bersamaan.

Jam makan siang telah tiba, semua dokter termasuk dokter vivi berpamitan untuk kembali pulang, serta beberapa perawat kembali bertugas. Tinggalan manda dan reihan.

"Eeum, dok?"

"Ya?"

"Kenapa? Yang harus bergabung dalam tim ini kau dan aku? Kenapa tidak dokter vivi dan dokter fandi saja yang sudah berpengalaman cukup jauh, lalu beberapa perawat bedah yang ada disana?" tanya manda panjang lebar, yang dibalas Gelengan singkat dari reihan membuat manda mengerucutkan bibirnya kedepan.

Manda menyusul reihan, ia menarik kemeja reihan membuat keduanya berhenti melangkah.

Saatnya. 1-2-3, tendang. Batin manda.

"Awwww!" ringis reihan kesakitan karna manda menendang betisnya dari belakang. Setelah menendang manda berlalu begitu saja tanpa dosa mencari taxi untuk kembali ke apartement.

"iiissssss" frustasi reihan karna terus dikerjai oleh mandaa.

Tp jika boleh jujur, keusilan manda sedikir membuat hatinya senang, kedekatannya dengan manda membuat reihan ingin melangkah lebih maju lagi. Ketika bersama manda rasanya waktu ingin ia yang mengendalikannya agar kapan saja ia bisa lebih dekat dengan wanita itu.

Segera kaki reihan ia langkahkan menyusul manda. Debaran jantung itu terus setia bertak didada reihan ketika bersama manda.


Tbc hehey. Eeh btw beberapa part lagi udah deket ending lhoo hehe.

THE DOCTOR is MY IMAM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang