00.01

5.3K 761 50
                                    

Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Kaki kecil itu berlari tergesa-gesa hingga tak perduli siapa saja yang ia tabrak, tak ada kata maaf ataupun bow sebagai tanda 'maafkan aku'.

Ia terlalu panik seraya menenteng-nenteng sebuah map coklatㅡ

brakk

"Huh, ha? Masih sepi?" Ia celingak-celinguk seperti orang tersesat.

Namun tak ambil pusing, Ia cepat duduk di baris kiri paling tengah. Seraya menikmati damainya suasana Gereja kala sepi.

"Benar kata Julia, disini begitu damai."

Setelah berucap demikian, Renjun buru-buru mengambil ponselnya untuk mengabadikan suasana sepi dan damainya tempat ini. Tak hanya mengabadikan, Renjun juga berbagi pada sesama, Ia pampang di Snap story dan di akun SNS lainnya.

Huang Renjun yang terkenal akan pribadinya yang suka repot, gerak cepat sana-sini, jadi mendadak diam seribu bahasa. Begitu hanyut menikmati suasana hikmat dikala kajian sudah dimulai.

Tangan kiri dengan memegang note dan tangan kanan memegang sebuah pensil, memakai board kursi depan sebagai tumpuan, Ia menyatat beberapa hal yang Ia tidak tau.

Ia benar-benar terkesima dengan kajian kali ini. Besok-besok Renjun berjanji akan berterima kasih pada Liaㅡmantan kekasihnyaㅡkarena sudah meracuninya datang pada kajian malam hari.

Lagi sedang serius-seriusnya mendengarkan alih-alih menulis point-point penting, Renjun menoleh arah kiri dengan cepat.

"Ada apa pak?" Renjun tersenyum seramah mungkin saat pria paruh baya itu sudah mengganggu konsentrasinya dengan menepuk pundak kanannya.

"Tidak. Jika saya perhatikan, kamu serius banget."

Renjun tersenyum ringanㅡtekanan batinㅡkirain ada apa?

"Iya nih pak, saya baru pertama kali datang ke kajian kayak gini, pak." Jawab Renjun seadanya.

Bapak-bapak paruh baya tadi mengikik menutup mulutnya erat, "Umur kamu sudah di ujung batang jagung ya? Jadi mau ikut hal-hal relegius macam ini?"

Renjun terdiam sejenak, masih setia dengan senyumnya yang masih melekat, otaknya bekerja dengan ekstra, mencerna apa yang bapak-bapak tadi ucapkan.

Oh, apa baru saja beliau mengira Renjun akan wafat sebentar lagi?

Tidak boleh kesal, Renjun!

"Saya bercanda!!! Jangan terlalu dibawa serius anak muda!!!"

Bercanda gundulmu, ini bahkan tidak pantas dijadikan lelucon.

"Gini, diantara Jamaat di sini, jarang sekali ada anak muda sepertimu. Ada satu orang, tapi mungkin umurnya jauh lebih tua darimu, Ia seorang pegawai."

Oh, bahkan Renjun tidak perduli. Ia datang ke sini sepertinya tidak mencari tau hal-hal seperti itu.

"Sayangnya, sudah beberapa minggu ini Ia tidak kunjung datang. Jika Ia datang, saya akan kenalkan kamu dengannya."

Sungguh, Renjun tidak perduli. Buat apa juga dikenalkan? Toh, Ia kan ke sini bukan untuk cari teman.

Karena yang di hadapannya ini adalah orang tua dan dimana-mana orang tua harus dihormati, Renjun membalas perkataan beliau dengan tersenyum hangat.

"Akan saya tunggu pak."

⌚⌚⌚

Jeno meletakkan kacamatanya dan menutup buku bacaan Urban Legend yang akhir-akhir ini  Ia gemari karena tertarik dengan sampulnya. Dan Ia befikir itu bisa menghilangkan rasa bosan ketika tidak ada pekerjaan apapun yang bisa Ia lakukan.

Ketika Jeno bersiap untuk menarik selimut bermaksud ingin meleburkan diri ke alam mimpi, gawainya berbunyi tanda notifikasi masuk. Ia segera menyambar gawainya di atas nakas.

Rj.huang shared new story for the first

Dahi Jeno berkerut alami, "Sejak kapan aku mutualan dengan pemilik akun Rj.Huang ini?" Ia berbisik dan membangkitkan diri setengah duduk mulai membuka snap story Rj.huang.

Entah ada apa dengan dirinya, Ia mendadak tertarik untuk melihat Snap Story seseorang yang bahkan Ia tidak kenal sama sekali. Yang kenalpun kadang Ia malas untuk membukanyaㅡpaling isinya hanya untuk pamer.

Terpampanglah sebuah foto Gereja besar yang masih kosong disertai kalimat penjelas, 'Masih sepi.'

Jeno men-tap melihat Snap story selanjutnya. Disajikanlah sebuah vidio berdurasi 15 detik memeperlihatkan banyaknya Jamaat yang datang dan adapula Lelaki paruh baya berdiri di hadapan mimbar sedang berkhutbah.

"Oh, aku baru sadar dia satu kajian denganku." Jeno mengusap dagunya.

Kemudian jari panjangnya menklik nama pengguna mulai melihat foto-foto yang diupload oleh pemilik akun.

Mulai dari foto boneka-boneka, dirinya yang sedang berswafoto atau lukisan bahkan kegiatan kampusnya yang Ia bagikan.

"Masih mahasiswa, aku fikir seumuran denganku."

Jeno memberikan tanda suka pada salah satu foto sipemilik akun. Ia memandangi sekilas foto tersebut. "Masih muda tapi, kenapa mau ikut kajian? Taat sekali." Jeno mendengus.

Ia kembali lagi menbuka Snap story dan mengomentari vidio khutbah.

Rj.huang

Jnlee
Saat aku melihat ini, aku baru sadar kita satu kajian.

Namun setelah bermenit-menit belum ada balasan, Jeno memutuskan untuk menonaktifkan gawainya dan kembali mencoba melebur ke alam mimpi.

Berharap dibalas oleh pemilik akun Rj.huang.

huang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love O'clock; NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang