Jeno kira...
Kata 'secepatnya' itu bakalan benar-benar terjadi.
Jeno kira...
Mendekati Renjun suatu hal yang mudah. Hm, karena Renjun tuh orangnya... nilai sendiri deh.
Ternyata, semua di luar dugaan Jeno.
Kira-kira sudah genap empat belas hari Renjun menghindarinya. Haechan dan Lia datang menemui dirinya menanyakan, apakah hubungan mereka baik-baik saja? Oh tentu! Buruk! Buruk banget! Seperti yang mereka duga.
Respon kaum Adam dan Hawa itu hanya menghela nafas sambil memijat pelipisnya.
"Bang Jeno, serius gak mau berusaha deketin anak setan itu lagi?"
Astaga, Haechan mulutnya!!!
"Itu calon suamiku nanti, jangan asal ngomong, bocah!"
Haechan mundur teratur. "Hehe, maaf bang."
Lia segera membuka mulut, sebelum Jeno beraksi untuk lanjut berdebat dengan Haechan. Keliatan banget Jeno lagi emosi, putus asa, mau bunuh diri. Ya, gak gitu Lia!!!
"Trus, kelanjutannya mau gimana, Bang? Mau gak kalau Lia bantuin?" Tanya Lia.
Tentu, Haechan menatap temannya ini sangsi. Tumben banget mau bantuin orang lain? Apa karena Jeno itu ganteng? Lia sadar dengan tatapan Haechan, dia menghela nafasnya.
"Mau berbuat baik, jangan gitu ah sama Lia!!! Lia aduin nih ke ka Yeji," ancamnya. Ya, jelas gak mempan sama Haechan, dia memutar bola matanya malas.
"Gak usah. Gak apa kok. Ikutin aja alurnya, biar natural..." balas Jeno. Matanya sendu, Lia jadi kasian, 'kan!!!
"Makasih udah mau bantu abang, Lia..."
"Sama-sama, Bang, " jawabnya.
"Lagi, kalau emang Renjun beneran nolak abang, abang udah siap kok-"
"EH, JANGAN!!!" Jawab Haechan dan Lia serentak.
"Kenapa?"
"Pokoknya jangan! Duh, mau saya ceritain dari awal, panjang banget ceritanya... bang, jangan deh jangan!!!"
Haechan mengangguk setuju atas ucapan Lia. "Bang Jeno, harusnya abang pepet terus!!! Buktiin ke dia kalau abang emang serius. Aduh gemes deh saya, mau jambak si Renjun. Gini aja pakai acara ngambek segala!!!" Haechan yang jadi frustasi. "Maafin kegoblokan teman saya ya, Bang?"
Ya, ampun!!! Haechan memang mulutnya minta disosaliin!
"Renjun gak goblok, ya! Otaknya aja kalau soal beginian yang berfungsi cuma sebelah," Sanggah Lia.
Lho, sama aja. Emang tiga dempet ini, hampir mirip kelakuannya. Jeno sabar!!! Lelaki tampan harus banyak-banyak sabar.
"Jadi, saya gak boleh diam aja, nih kayak gini?" Tanya Jeno.
"Ya, gak boleh dong! Sekarang, coba ajak ketemuan," saran Haechan
"Hm, iya bang, coba deh. Kalau Renjun gak mau, nanti aku bantuin. Nurut dia mah sama aku," ujarnya. Lia menaik-naikkan sebelah alisnya dengan percaya diri. Membuat Jeno luluh dan percaya 100% ide teman-temannya ini.
Iya, untuk kali ini mereka jadi teman Jeno dulu. Kalau sudah selesai nanti Jeno buang lagi. Gak kok, dia gak sejahat itu.
"Saya coba."
Satu harapan Jeno, ya Tuhan. Izinkan dia bisa cepat-cepat meminang cowok manis yang selalu berlari di otaknya, di fikirannya, di hatinya, di bayangannya.
Mudahkan.
Ucapkan, "Aamiin."
A/N
Maaf banget... udah jarang ngepost, dateng-dateng gaje isinya, wkwkwk. Hope u like it.Noren shipper from Jakarta with Love ♡♡♡ axxulxxia
KAMU SEDANG MEMBACA
Love O'clock; Noren
Fanfiction"Kebayang gak sih, aku cinta sama kau setiap jam, menit dan detik perharinya?" "Ha? gimana? konyol! kita saja baru saling kenal." Ini bukan kisah dimana mereka berdua adalah seorang bucin seperti yang kalian kira. Mereka tidak berpacaran, kenal saja...