"Kebayang gak sih, aku cinta sama kau setiap jam, menit dan detik perharinya?"
"Ha? gimana? konyol! kita saja baru saling kenal."
Ini bukan kisah dimana mereka berdua adalah seorang bucin seperti yang kalian kira. Mereka tidak berpacaran, kenal saja...
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Jeno membawa anak orang untuk datang ke rumahnya. Sebelumnya Jeno sudah bilang ke Mami sama Papinya kalau ada orang yang pingin dia kenalin...
Jeno itu gak kayak Renjun yang suka curhat sama Bapak Ibunya, Jeno mah cuek. Papihnya sakit juga bergeming doang. Gak kaget. Jadi, ya... ini pertama kalinya orangtua Jeno tau si manis Huang.
Renjun dari tadi ngelirik kamera gawainya yang dia gunain sebagai kaca itu. Ngerapihin rambut, alis, bulu mata, kotoran mataㅡkalau ada dia bersihinㅡcek kotoran hidung, giginya kuning atau gak?!!! Repot deh Jeno liatnya. Tapi, suka... lucu, kata Jeno.
"Mas pusing liat kamu begitu, Dek." Jeno buka percakapan.
"Ih, Mas harus tau! Aku gugup. Nanti kalau tante Lee gak suka adek, gimana?"
Renjun memajukan bibirnya seperti bebek, itu membuat Jeno gemas dan mencubit bibir itu kecil.
"Enak aja, kamu! Mamih gak segalak itu!!! Dia galak ke mas doang, orang lain nggak." Jeno meringis jadi ingat dulu Maminya sering ngomel-ngomel karena dirinya yang malas dan terlalu cuek sama keadaan.
Apalagi kalau sudah ngomel soal nikah. Ini alasan Jeno beli rumah dan tinggal terpisah dari orangtuanya.
"Ututu!!! Kasian mas ganteng."
"Emang mas ganteng."
"Ih!!! Pede banget."
Renjun kembali memeriksa gawainya, kali ini bukan buka kamera melainkan buka insta mau buat instasnap.
"Ayo turun." Jeno membuka pintu mobilnya begitu juga Renjun.
Dia meraih tangan Renjun agar jalan beriringan dengannya. Biar Renjun gak nyasar juga. Halah klasik, mas. Soalnya Renjun masih main gawainya sambil berjalan.
"Liat jalanan, Dek. Ini turunan loh!!!" Jeno mengingati.
Yang diingati tersenyum manis. "Tunggu, Mas. Berhenti!" Jeno mengangkat alisnya. "Kenapa?" Tanyanya. "Mau bikin instasnap. Hehe."
"Tadi bukannya udah?"
"Gak jadi."
Bikin Jeno tepuk jidat. Dasar Renjun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⌚⌚⌚
Renjun duduk di samping Jeno dengan malu-malu padahal biasanya juga malu-maluin!!! Jeno selalu hampir mau ketawa kalau ngeliat ekspresinya Renjun.
Kayak lagi nahan...
"Biasa aja, Dek."
"Gugup, tau!!!"
Yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul setelah beberapa kali Jeno ketuk pintu kamar orangtuanya. Keluarnya memang agak lama, itu juga yang ngebuat Renjun jadi takut. Takut kalau misalnya mereka gak mau nemuin Renjun.
Perasangka jelek mulu, Renjun tuh...
"H-halo om... tante," Renjun menyapa dengan sesopan mungkin.
"Mamih papih lama banget, di dalem kamar. Ngapain, sih?"
"Kepo!"
Itu papihnya Jeno yang jawab. Jeno cuma bisa mendengus dengernya.
"Kamu..."
Atensi Renjun sepenuhnya berlih dari yang memperhatikan anak dan bapak bertengkar, melihat ke arah maminya Jeno yang super duper keliatan awet muda banget. Padahal umurnya sudah menginjak 55 tahun.
"Renjun, Tante," Sahut Renjun dan membalas jabatan tangan dari Mami Lee.
"Silahkan duduk, Nak."
⌚⌚⌚
Hal pertama yang Maminya Jeno liat dari Renjun adalah cantik, kecil lebih kecil dari waktu dia muda dulu. Imut juga, manis. Paket komplit.
Begitu juga Papinya Jeno, dari tadi sudah muji-muji Renjun dari ujung rambut hingga kaki yang mendapat anggukan dari sang istri.
"Kok kamu mau sama anak modelan Jeno, Ren?"
Jeno mangap. Kaget. Papinya keterlauan banget.
"Iya. Kamu cantik loh, Ren..." Maminya Jeno berpindah tempat duduk di samping Renjun, ngelus-ngelus rambutnya. "Kenapa mau sama Jeno yang pas-pasan?"
Jeno memijat pelipisnya gemas. Kenapa dia jadi korban dijelek-jelekin orangtuanya sendiri, sih? Kalau gak inget mereka orangtua, habis sudah sama Jeno.
Sabar!!! Orang ganteng dan dewasa harus sabar.
"Tau, Jeno-"
"Pih, cukup pih!!! Jangan ngejelekin Jeno mulu!!!"
Renjun ketawa ringan ngeliat Jeno merajuk ke Papinya... lucu ternyata, padahal sudah tua.
Dia mengepalkan tangannya dan mengatup bibirnya siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi. Walaupun kedengarannya bercanda, tapi Renjun mau jawab karena dia sudah tau jawabannya. Jawaban hasil dari semedinya 2 minggu lebih.
"Gini..." Renjun melirik Jeno sekilas. "Saya kenal mas Jeno karena kami satu gereja di Kota. Dekat kampus saya juga. Terus..." Renjun melirik Jeno lagi sebelum melanjutkan omongannya.
Jeno mengangkat bahu dan menunggu jawaban dari Renjun. Penasaran. Begitu juga orangtuanya.
"Secara natural, sih kita jadi deket, Om...tante. Kita sering jalan berdua, pas itu mas Jeno nyatain perasaannya ke saya. Saya sempet nolak. Tapi Mas Jeno selalu ngeyakinin saya sampai saya luluh. Mas Jeno dewasa banget, Tan..." Renjun meraih kedua tangan Maminya Jeno. "Tante waktu hamil mas Jeno ngidamnya apa, ya tan? Dewasa banget. Bahkan mas Jeno berhasil ngeluluhin hati bapak yang kaya batu." Ujar Renjun ngebuat mereka terharu.
Apalagi Jeno. Liquid bening dari matanya mau turun rasanya. Halah lebay, mas.
Kedua orangtua Jeno cuma bisa diam, gak tau harus ngejawab apa? Maminya Jeno bahkan lupa pernah ngidam apa anaknya bisa se-gentle itu. Diam-diam Maminya memuji anak itu dengan bangga.
"Jadi, kapan kami bisa datang ke rumahmu, Ren? Jangan diperlama, kita langsungkan acara pertunangan dulu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A/N : Wah respon chap kemarin bener-bener waw 😭 nangis 😭 makasih cuy. Lop bet da ah ❤❤
