00.03

3.5K 668 110
                                    

Sudah tiga hari semenjak saat mereka memutuskan untuk benar-benar bertemu setelah kajian di Gereja, merekaㅡlebih tepatnya Jeno menawarkam diri untuk mengantar jemput Renjun, dari Kampus ke Gereja.

Kayak ojol pribadi gak sih?

Renjun sebagai anak yang irit; pelit, medit, koret, buntut begasirㅡkalau kata Lia. Yha mau-mau aja secara.... gratis gitu, siapa yang tidak mau? Cuma heran saja, kok sekelas Lee Jeno mau-mauan nganter jemput anak ingusan yang bentar lagi akan graduate ini? Memang dia gak punya pacar gitu yang bakal marah? Atau dia gak punya kerjaan gitu di rumah?

Gak, Renjun gak mau ambil pusing lagi. Seng penting gratis. Titik!!!

Baru saja diomong, Jeno sudah nangkring ganteng dengan setelan pulang kantornya di pintu mobil penumpang. Melambaikan tangannya asik ke arah makhluk kecil di antara makhluk kecil lainnya berjalan santai sambil menenteng map-map coklatnya. Renjun membalas lambaian tangannya Jeno.

"Sst," Lia menyenggol bahu Renjun. "Itu om-om yang ngobrol sama kamu waktu itu kan?" Tanya Lia.

Renjun mengangguk santai. "Udah tua ya?" Sahut Haechan dan mendapat pukulan kecil dari Renjun.

"Dia masih mas-mas tau," Jawab Renjun memekik kecil. Takut ketauan kalau mereka ngomongin Jeno.

"Kelihatannya orang kaya ya?" Tanya Haechan, lagi.

"Eum, gak kok. Dia cuma karyawan biasa."

"Ganteng ya..."

Renjun menoleh lalu mendengus. Kebiasaan mantannya ini, ada cowok ganteng sedikit saja bawaannya mau menggaet. Dasar.

"Lebih ganteng dari mas Lucas tau, putih bersih lagi Jun. Udahlah kalau dia nembak kamu, mau aja!!!"

"Sssttt udah deket, udah deket. Diam Haechan," titah Renjun.

Mereka bertigapun membungkuk pada Jeno saat setelah sampai di hadapan si tampan.

"Sore, Mas Jeno." Sapa Renjun terlebih dahulu disusul oleh dua orang manis di sebelahnya.

"Sore, Dek. Eum... yuk!"

Tanpa basa-basi Jeno menarik tangan Renjun dan membuka pintu di sebelah pengemudi.

"Et tunggu!" Renjun menarik tangannya kembali. "Teman-temanku boleh ikut numpang ya, Mas?" Tanya Renjun takut-takut. Ya takut... takut disangka 'sudah dikasih hati, minta jantung'.

"Oh. Boleh dong."

Renjun kaget. Baik banget, fikirnya.

Tangan Renjun ditepak oleh Lia dan Haechan berbarengan.

"Apaan?!! Gak, aku 'kan mau kencan sama mas Mark."

"Aku mau kencan sama ka Yeji. Aku gak ikut kajian dulu."

Ih, ya ampun teman-temannya ini kenapa gak bisa diajak kompromi sih? Tidak tau kalau Renjun masih malu-malu kucing? Ia memincing tajam ke arah mereka berdua.

⌚⌚⌚

"Kalian bertiga itu sweet squad, ya?" Tanya Jeno mengawali percakapan.

Yang ditanya cuma bisa menganga kecil, bingung.

"Itu loh kamu, Lia sama siapa tadi namanya?"

"Oh, Haechan."

"Nah! Kalian tuh geng-geng manis gitu kan bertiga? Manis-manis banget." Jawab Jeno disusul kekehan kecil darinya.

Renjun menanggapinya dengan kekehan renyah ala-ala.

Boro-boro manis, yang ada teman-temannya yang lain menganggap mereka kayak ibu-ibu yang suka naik motor gak tau sen kanan kiri. Rempong, riweuh, berisik.

"Lia sama Haechan doang yang manis, aku gak."

"Eh? Apaan?! Kamu manis kok." Jeno menoleh dan tersenyum kecil. "Manis banget malah."

Renjun tidak bisa untuk tidak menampilkan senyum termanisnya dan membentuk matanya menjadi bulan sabit. Diiringi seburat merah apel fuji di kedua pipi yang semakin hari semakin tembam itu.

Jeno rasa Ia sakit jantung sekarang, gemes banget liatnya.

"Makasih, Mas"

Akhirnya, gak sia-sia Renjun merendah agar dibilang manis sama Mas Jeno. Seneng.

 Seneng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love O'clock; NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang