"Mas, bisa datang ke rumah adek?"
Bulu halusnya meremang hebat. "Dek, kamu..."
"Mau gak ke rumah adek?" Tanya Renjun di sebrang sana penuh penekanan.
"Ya mau dong!!!"
Jeno berdiri dari duduknya segera menyambar kunci mobil lalu berlari kecil menuju garasi.
"Adek tunggu."
"Siap. Mas otw."
Sambungan telpon diputus. Jeno sudah berharap-harap cemas, semoga ini jawaban yang dia tunggu selama ini. Dia berdoa dalam hati tanpa mengepalkan kedua tangannya agar semua dimudahkan.
Baru saja kemarin dia bertemu dengan kawan mainnya Renjun. Iya, Haechan dan Lia, mereka memberikan nasihat agar keduanya bisa bertemu. Semalam Jeno sudah kirim pesan ke Renjun tapi, gak dibaca, ditelpon juga gak diangkat. Sudah kesel sih awalnya, Jeno sudah mikir yang macam-macam. Tidur gelisah... wah, benar-benar gak bisa diukir pakai kata-kata bertapa galau-nya doi.
Hari ini, tepat hari sabtu. Renjun menghubunginya dan memintanya untuk bertemu, tentu Jeno gak mau nyia-nyiain kesempatan ini. Dia harus ngebuktiin ke orangtua Renjun kalau dia lelaki yang bertanggung jawab dan bisa diandalkan.
Mobilnya terhenti di depan rumah bercat putih. Sebelum turun dari mobilnya, dia berkutat dengan penampilannya agar terlihat rapih dan enak dipandang. Jeno melirik jam tangannya...
"Perjalanan 30 menit ke rumah Renjun? Rekor!!!" Gumamnya bangga. Oiya jelas bangga dong!!! Tandanya dia benar-benar niat ingin melamar anak orang.
"Udah dateng, Mas?"
Jeno terlonjak kaget. "Duh. Adek ngagetin mas aja. Untung mas gak jantungan," katanya.
Renjun tersenyum manis.
Duh, Gusti!!! Manis banget. Ijikan Jeno untuk terus melihat wajah itu!!!
Jeno lemah.
"Ayo, mas masuk. Bapak sama Ibuku udah nunggu dari tadi, loh!!!"
Renjun menarik tangan Jeno hingga ke ruang tengah. Terlihat Bapak dan Ibunya Renjun duduk sambil membaca koran dan Ibunya sedang merajut.
"Permisi, om... tante..." sapa Jeno.
"Pak, buk. Iki lohh, mas Jeno yang aku ceritain kemarin," Kata Renjun dengan riang. Sampai lupa melepas tangan Jeno, malah pegangannya semakin kuat.
Diam-diam Jeno tersenyum.
Bapaknya Renjun menurunkan sedikit kaca matanya. "Ohh!!! Kamu biang keladinya?"
Eh? Biang keladi? Jeno membatin.
"Duduk kamu! Sini!"
Jeno diam, perasaannya sudah campur aduk, otaknya mendadak bekerja sangat lambat.
"Mas! Duduk cepet!!!" Renjun menyenggol siku Jeno. Jeno mengangguk. "Iya, Dek."
Renjun membuntuti Jeno dan ikut duduk di sampingnya. Senyumnya masih merekah seindah bunga. Jeno makin tergila-gila liatnya. Mau cium. Tapi, belum halal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love O'clock; Noren
Fanfiction"Kebayang gak sih, aku cinta sama kau setiap jam, menit dan detik perharinya?" "Ha? gimana? konyol! kita saja baru saling kenal." Ini bukan kisah dimana mereka berdua adalah seorang bucin seperti yang kalian kira. Mereka tidak berpacaran, kenal saja...