Jeno menenteng tas kerjanya lekas pergi menuju kantor. Jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 8 tidak sempat baginya untuk membuat sarapan, bahkan mandi saja asal kena air. Yang penting mandi.
Ini memang keteledoran dirinya yang lupa memasang alarm pukul 6, alhasil Ia bangun benar-benar mepet waktu. 07.30 baru bangun, tanpa mengumpulkan nyawa terlebih dahulu. Akibatnya rasa pusing menampar.
Karena telat, Ia hanya memakan sisa roti bekas Ia beli semalam. Untung saja masih ada sisa kroisan tergeletak manis di atas meja makan, dan segelas susu siap minum di dalam kulkas. Ia berharap bisa bertahan sampai waktu istirahat pertama tiba.
"Ah sial! Beginilah kalau tidak ada yang ngurusin. Orang tua jauh tinggalnya, pacar? ya emang gak niat pacaran. Istri apalagi!" Jeno ngedumel selagi memasang sepatu kerjanya sesekali mengangkat tas yang melorot dari pundaknya.
Setelah sampai kantor, Jeno baru bisa bernafas lega. Untung saja bensin mobil masih full, kalau sudah habis terpaksa Ia harus naik bus. Ya memang 'tiap hari juga naik bus sih tapi, kalau lagi gak telat.
Ia mempercepat lagi langkahnya menuju meja kerja. Karena salah satu karyawanㅡtemannya yang satu divisi bilang kalau bos akan segera datang sebentar lagi. Jeno gak mau imagenya terlihat buruk.
Pas sekali saat Ia mendudukan pantatnya pada bangku, bos lewat dan tersenyum pada Jeno. Jeno membungkukkan tubuhnya, "Selamat pagi pak."
Dan sapaan itu disusul oleh karyawan yang lain.
Tring
Jeno memberhentikan kegiatannya, mata elangnya beralih pada benda pipih yang berada di samping kanannya.
Satu notifikasi masuk.
Setelah sekilas melihat, Jeno mengidikkan bahunya tak perduli. Kembali menatap laptopnya dengan serius.
Tring
Duh! Siapa sih yang menganggu jam sibuk seorang Lee Jeno?
Jeno meraih gawainya secepat kilat. Membuka notifikasi yang menganggu waktu seriusnya.
"LOL" Jeno mendengus.
"Anak itu membalas DMku? Bagus."
Jeno merekahkan senyum terbaiknya saat membaca satu persatu kata yang disusun menjadi kalimat manis di sana.
Rj.huang
Ah apa benar? Wahahaha aku jadi malu sama mas.
Semoga kita bisa bertemu di gereja, Mas^^
Ha, apa-apaan? Jantung Jeno menyelos begitu saja. Dia mengharapkan bisa bertemu dengannya?
Jeno menampar pipinya dua kali. Sakit. Bukan mimpi berarti.
Sibuk menampakkan senyumnya tanpa sadar teman satu divisinya melihat Jeno begitu aneh dan heran.
Apa dia tuli? Heran wanita itu.
"Jeno, hei."
Sudah kali ketiga Jeno tidak juga menggubris mbak-mbak di depan meja kerjanya.
"Kau gila ya?!"
Brak
"Mbak, jangan ngagetin dong!!!"
Mata elang Jeno menyala.
"Siapa suruh dari tadi dipanggilin tapi gak nengok-nengok. Malah senyam-senyum kayak idiot."
Jeno menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "hehehehe maaf mbak." Setelah itu Ia merutuk dirinya dalam hati. Jelek sudah image-nya.
"Sana! Kamu dipanggil pak bos tadi."
"Ok. Thanks mbak."
Jeno mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Besok sore, aku harus luangin waktu untuk datang ke kajian. Batinnya mantap.
Lalu tangan kokohnya, terangkat bebas membuka knop pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love O'clock; Noren
Fanfiction"Kebayang gak sih, aku cinta sama kau setiap jam, menit dan detik perharinya?" "Ha? gimana? konyol! kita saja baru saling kenal." Ini bukan kisah dimana mereka berdua adalah seorang bucin seperti yang kalian kira. Mereka tidak berpacaran, kenal saja...