00.05

3K 648 172
                                    

Lagi-lagi yang di hadapannya kini adalah Mas Jeno. Renjun gak tau ya kenapa? Mas Jeno rajin banget anter jemput dia. Renjun mau curiga tapi, kata Ibu Huang, Renjun gak boleh menaru fikiran jelek kepada orang lain.

Apa Renjun tanya saja?

Ia berdehem sebelum memulai. Menarik nafas dan mengaturnya agar stabilㅡbiar gak keliatan gugup saja.

"Mas," panggil Renjun.

Jeno menoleh dan tersenyum kecil. "Kenapa?" Balasnya.

"Boleh Renjun tanya?"

Keningnya mengernyit halus. "Ya, boleh dong!!! Kamu bebas mau tanya apapun ke Mas," Ujarnya lalu disusul senyum menawan yang diam-diam Renjun selalu mengaguminya.

"Mas, hm...kenapa mau sih anter jemput Renjun terus? Apa Mas gak ada yang ngomelin nanti?"

Jeno jadi bingung apa yang dimaksud dari pertanyaan anak kecilㅡpradewasaㅡini. Mendadak dirinya berhenti melangkah dan menatap Renjun dengan seksama.

Dilihat dari sorotan mata itu... Jeno tidak menemukan hal-hal yang dia inginkan disana. Sungguh! Jeno... sedikit kecewa. Jeno fikir Renjun tau apa maksudnya dia selalu ada untuk dirinya sebulan ini.

Jeno fikir Renjun tau, kenapa setiap malam dia selalu mengecek bagaimana dirinya sudah makan atau belum? Atau hanya sekedar basa-basi menanyakan, "Udah buat CVnya?" Yang seharusnya bukan tanggung jawab dia.

"Mas?"

Jeno terkesiap. "Ya?"

"Kok bengong? Jawab!!!"

Renjun menarik-narik ujung baju Jeno; merajuk seperti anak kecil.

Tuhan, atas nama-Mu... Izinkan Jeno untuk mecubit pipinya dan merasakan beda kenyal yang biasa disebut 'bibir' itu.

"Mas bakalan kasih tau kamu alasannya tapi, gak sekarang, nanti saat kita sudah sampai di tempat makan. Katanya adek lapar..."

Renjun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil cengengesan ala-nya. Lucu banget dimata Jeno.

Jeno tau, lewat ekor matanya dia dapat melihat Renjun yang menatapnya dengan mendesak. Tapi, Jeno nggak perduli, dia tetap fokusㅡtidak mana bisa dia fokus kalau tatapan cowok di depannya ini bikin iman melelehㅡmelihat dan membolak-balikkan buku menu.

"Mas,"

Gusti!!! Apa dia merajuk? Jeno tahan!

"Ayolah, Mas, ngomong dulu! Kalau mas gak mau jawab, adek gak mau makan!"

Eh? Mengancam toh!

"Terserah... yang lapar 'kan kamu, Mas cuma menemani."

"Aku bisa makan bareng Haechan dan Lia."

"Memangnya mereka mau? Mereka sibuk kencan, kalau kamu lupa."

Renjun menunduk. Benar juga. Kok, Mas Jeno ingat ya? Padahal Renjun saja lupa kalau dua sahabatnya itu sudah punya pacar semua.

Mood Renjun sudah hancur makin hancur! Jeno tidak kunjung juga menjawab pertanyaannya. Sebenarnya sih... 'kan gak penting juga ya? Yang penting 'kan gratis; dapat tumpangan, traktiran. Apa Renjun sudah lupa dengan motto hidupnya?

Dirinya mendongak sedikit melihat Jeno dan tangannya santai mengusak surai coklat kebanggaannya. Jangan lupa dengan senyum menawan Jeno yang... Renjun luluh seketika. Gak jadi ngambek.

"Udah sih, jangan ngambek. Mas udah pesankan makanan kesukaan kamu. Dimakan, harus!"

Bukan itu penyataan yang Renjun mau!

Ia kembali melipatkan tangannya dan menenggelamkan wajahnya.

"Mas boleh balik tanya sama adek?"

Renjun mendongak seketika, menatap Jeno. Fokus, fokus, fokus! Dia mengangguk antusias.

"Jadi, selama ini adek gak merasakan hal yang janggal gitu, kenapa mas begini sama kamu?" Tanya Jeno.

Renjun menggeleng. Sedetik kemudian mengangguk dengan cepat. Ia membuka mulutnya siap menjawab, "awalnya nggak mas, tapi lama-lama iya... aneh saja!!!"

"Adek mau tau jawabannya?"

"Mau!" Tangannya spontan meraih tangan Jeno berharap lelaki dewasa satu ini cepat-cepat memberi jawabannya tanpa bertele-tele.

Jeno menimang lalu mengangguk setelah itu. "Baik-baik..."

"Dek, kita kenal udah sebulan 'kan?"

Renjun membisu.

"Bisa gak perkenalan kita ditambah sebulan lagi?"

Dia bingung, kenapa sih mas Jeno ini?

"Trus, setelah sebulan itu berlalu, mas mau apa?" Tanya Renjun.

Jeno tersenyum. Membalikkan tangannya mengusap punggung tangan Renjun sayang. Menatapnya begitu lembut.

"Mas lamar, boleh?"

"Mas lamar, boleh?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Love O'clock; NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang