Tiga belas

3.9K 249 9
                                    

Hari ini Rena sudah boleh pulang, namun tidak boleh melakukan aktivitas yang membuatnya lelah untuk sementara waktu, untuk sementara pemulihan.

Rena memandangi rumahnya yang tidak berubah sejak pertama kali ia lihat, ia rindu dengan rumah ini, sungguh.

"Ini anak kamu?" Tanya Rena mengelus pipi anak dari sahabatnya, Tisa.

Tisa menganggukkan kepalanya. Rena mencium pipi bayi yang masih tertidur di gendongan ibunya.

"Cantik, mirip ibunya."

Tisa terkekeh, begitu pun dengan Rena. Zami dan Syakir datang dan segera menghampiri Rena dan Tisa yang masih berdiri sambil berbincang-bincang di ruang tamu. Zami mengantar Rena ke kamarnya untuk beristirahat karna tenaga Rena masih belum sepenuhnya VIT.

•••••••

Singkat waktu. 3 tahun kemudian.

Rena akhirnya mengandung anak keduanya setelah keguguran. Rena kira, ia tidak akan mengandung lagi setelah di vonis rahimnya tidak bisa mengandung. Awalnya Rena sempat down memikirkan itu, tapi dengan doa yang ia panjatkan setiap solatnya, akhirnya Allah berkehendak lain, Allah memberinya kandungan. Dan kandungan Rena sudah menginjak 8 bulan, sudah di pastikan bulan depan ia akan mempunyai anak.

Zami mengelus perut Rena yang sedang bersandar di kursi ruang TV. "Anak ayah sehat selalu yah di dalam sana."

"Aku sehat telus dong ayah." Rena membalas ucapan suaminya dengan menirukan gaya anak kecil.

Zami terkekeh mendengar suara Rena yang seperti di imut-imutkan, begitu pun dengan Rena.

"Eh mas, aku kayanya pengen anak kita kaya orang Arab deh."

Zami terkekeh dan merangkul istrinya. "Katanya sih, kalo kamu pengen punya anak kaya gitu, kamu harus benci."

Rena mengerutkan keningnya bingung, baru tahu kalo wanita mengandung sedang membenci seseorang dan selalu menyebut namanya pasti anaknya akan seperti itu? Rena merasa ucapan suaminya tidak masuk akal. Rena hanya menggidikan bahunya acuh tak acuh

••••••

Zami sudah pulang dari sore hari, ia tidak lagi pulang malam-malam karna kondisi kandungan istrinya yang sudah hampir melahirkan. Jadi ia takut terjadi apa-apa untuk kedua kalinya.

Zami membuka pintu kamarnya dan melihat Rena sedang bersujud di atas kasur dengan ringisan. Zami kaget bukan main, ia langsung mendekat dan menggendong Rena menuju mobilnya.

Di sepanjang jalan, Rena terus meringis sakit memegang perutnya, Zami pun panik bukan main. Zami memegang Rena dengan erat namun matanya fokus pada jalanan.

"Tahan yah sayang, bentar lagi."

Rena meringis tak kuat. "Kayanya udah kontraksi."

Akhirnya, tak lama mereka sampai di rumah sakit dan Zami segera membopong Rena.

•••••••••

Zami mengikuti Rena masuk ke dalam ruangan persalinan. Di sana Rena berbaring dengan nafas yang tersenggal-senggal.

"Ibu sebentar lagi akan melahirkan."

Assalamu'alaikum Suamiku [SEQUEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang