Dengan berjalannya waktu, kini usia Yashbi sudah menginjak 5 tahun. Dan tidak terasa Zami hari ini ulang tahun untuk umur ke 35. Yashbi membantu bundanya membikin cake untuk ayahnya, sedangkan Zami pergi sebentar ke tempat kerjanya untuk mengambil berkas dan itu menjadi kesempatan besar untuk Rena dan Yashbi.
Dengan kerepotan memegang loyang yang sudah berisi kue matang,Rena menghampiri Yashbi yang sedang duduk di depan meja makan membuat kue kecil untuknya. "Yashbi,tolong bantuin bunda siapin tempat buat cake-nya."
"Iyah, bunda." Dengan cepat Yashbi turun dan membantu bundanya.
Rena mencubit pipi Yashbi dan mensejajarkan tubuhnya dengan Yashbi. "Syuqron cantik."
Rena mulai menghias kue buatannya dan di bantu oleh Yashbi. Ketika selesai menghias dan menyimpan lilin di atasnya, Rena mencolek krim sisa pada pipi Yashbi, Yashbi menjerit dan mencolek kembali pipi bundanya dengan terkekeh girang. Dan terus-menerus mereka saling mencolek.
Rena menutupi wajahnya. "Udah ah capek."
Yashbi berhenti begitu pun dengan Rena. Mereka membasuh muka dan menyiapkan kue di atas meja makan.
"Bunda."
Rena menoleh ke bawah karna Yashbi memanggilnya dan menarik-narik bajunya. Rena berjongkok mensejajarkan dengan anaknya.
"Kado yang terbaik buat ayah apa yah bunda?"
Rena tersenyum dan menangkup pipi Yashbi dan menatapnya dengan penuh sayang. "Berhijablah." Yashbi tidak mengerti dan meminta penjelasan yang jelas pada bundanya. Dengan penuh sayang Rena mengusap rambut Yashbi. "Karna dengan Yashbi berhijab hingga kelak, itu akan membantu ayah jauh dari neraka, dan akan menolong ayah kelak ke syurga."
Yashbi mengangguk dan tersenyum, lalu memeluk Rena erat.
"Assalamualikum."
Rena segera melepas pelukan Yashbi dan bersiap-siap untuk memberi kejutan kepada Zami. Yashbi berlari menuju ruang tamu untuk mengalihkan perhatian ayahnya terlebih dahulu.
"Ayah,ayah, Yashbi cantik gak hali ini?"
Zami gemas melihat tingkah laku anaknya. Ia menggendong Yashbi dan mencium pipinya dengan gemas. "Anak ayah selalu cantik."
Rena berjalan dengan membawa kue dengan lilin yang sudah menyala. "Selamat ulang tahun suamiku."
Zami menurunkan Yashbi dan terharu melihat kejutan yang di beri istrinya dan anaknya. Zami memeluk keduanya dan menciumnya bergantian.
Setelah itu, mereka berfoto dengan ceria dan dengan berbagai pose. Namun, ketika mereka berfoto-foto, Rena merasakan kepalanya sangatlah sakit, mungkin karna kecelakaan itu sehingga kepalanya masih saja terasa sakit. Rena berpamit untuk ke kamar mandi sebentar, sedangkan Yashbi dan Zami sedang bersuap-suapan kue.
•••••••••
Rena menatap wajahnya di depan pantulan cermin, ia melihat wajahnya yang begitu pucat dan tanpa terasa, benih-benih darah keluar dari hidungnya. Dengan cepat Rena membersihkannya dengan air, namun darah itu semakin banyak, Rena tidak kuat, kepalanya sangatlah pusing. Rena melihat di bajunya terdapat banyak rambut yang rontok.
Rena terduduk lemas dengan memegang kepalanya yang sangatlah sakit. Ia tidak kuat sehingga terbujur lemah di lantai kamar mandi.
••••••
Zami merasa Rena sangatlah lama di kamar mandi, ia pun memilih untuk menghampirinya dan mendudukkan Yashbi di sofa ruang tamu.
"Yashbi di sini dulu yah."
Yashbi mengangguk, lalu Zami segera menuju kamar mandi untuk mengecek Rena baik-baik saja.
Betapa terkejutnya Zami, ketika melihat Rena pingsan dengan darah yang keluar dari hidungnya. Zami segera membopongnya menuju mobil. Setelah menyimpan Rena di dalam mobil, Yashbi segera membawa Yashbi ke dalam mobil juga dan menelpon Bram.
••••••••
Di sepanjang jalan, Yashbi terus menangis karna bundanya tak bangun-bangun. Zami sudah menenangkan Yashbi beberapa kali namun gadis itu tetep saja menangis.
Tak lama, akhirnya mereka sampai di rumah sakit dan dengan segera Zami meminta bantuan kepada perawat untuk membawa istrinya, sedangkan ia membawa Yashbi yang masih menangis.
"Bunda kenapa?"
Zami mengelus Yashbi untuk menenangkan tangisnya. "Bunda baik-baik aja kok, kita doa buat bunda yah."
Yashbi mengangguk dengan sesenggukan. Tak lama, Bram datang dengan wajahnya yang khawatir dan segera menghampiri Yashbi dan Zami.
"Gimana keadaan putriku?"
Zami mendongak dan bersalaman, begitupun dengan Yashbi. "Lagi di tangani dokter, ayah."
Yashbi segera mendekati Bram, dan Bram menggendongnya. "Semoga dia baik-baik saja."
"Amin."
Dokter keluar dan segera membawa Rena, Zami dan Bram segera mengikuti dokter. Begitu sedih perasaan mereka ketika melihat Rena harus terbujur lemah dengan selang infus di tangannya dan selang di hidungnya. Wajah Rena pun begitu pucat tak seperti biasanya.
Mereka pun sudah sampai di ruangan ICU. Mereka berdiri di depan pintu menunggu dokter dan perawat keluar.
Dokter dan perawat pun keluar, lalu Zami dan Bram segera mendekat. "Renata dalam kondisi yang kritis lagi, karna kangker yang berada di otaknya karna benturan yang begitu keras."
Zami dan Bram begitu syok, mereka segera masuk kedalam ruangan dan melihat Rena yang terbaring lemah dengan alat-alat medis yang sangat banyak. Yashbi terus saja menggoyangkan tubuh Rena berharap bundanya bangun.
"Bunda, bunda bangun."
Zami segera memeluk Yashbi yang kembali menangis, Bram pun menangis ketika mendengar penyakit yang Rena alami, kenapa selama ini dia selalu diam tak memberitahu siapapun? Termasuk suaminya.
"Kamu pasti bisa lawan penyakitmu." Bram mengecup kening Rena.
••••••••••
Tenang masih ada 1 PART lagi heheh
Akankah Rena sembuh? Atau sebaliknya?
Tunggu kelanjutannya yah
Vote dan coment
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Suamiku [SEQUEL]
Spiritual[ sequel Assalamualikum Ukhty] Note; buat kalian yang mau baca cerita ini, aku saranain baca dulu cerita pertamanya (Assalamualikum Ukhty) ____ Ketika kita di satukan di ijab qobul. Aku tidak pernah menyangka bahw...