Sebelas

3.7K 258 10
                                    

Hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan. Zami melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan Rena, bahkan sudah hampir 4 bulan Rena belum sadarkan diri, kondisi Rena semakin melemah dan membuat Zami selalu murung. Tak banyak yang ia lakukan, ia hanya bisa berdoa kepada Allah untuk menyembuhkan Rena.

Zami berjalan dengan tidak semangat menuju rumah Syakir, jujur Zami tidak semangat setelah mendengar dari dokter bahwa kondisi Rena semakin kritis.

Syakir membukakan pintu dan mempersilahkan Zami untuk masuk. Zami dan Syakir duduk di kursi ruang tamu yang minimalis.

"Mau ngopi dulu?"

Zami menangguk, "boleh deh."

Syakir bangkit menuju dapur yang tak jauh dari ruang tamu. Mengapa tidak istrinya yang membuatkan kopi? Karna istrinya baru saja lahiran, dan itulah alasan Zami mengunjungi rumah sahabatnya.

Syakir datang dengan nampan berisi 2 kopi hangat dan sedikit cemilan. Mereka berbincang-bincang soal kondisi Rena sekarang, Syakir turut prihatin mendengar kondisi Rena yang semakin kritis. Setelah berbincang-bincang, Zami meminta untuk melihat anak sahabatnya, dengan senang hati Syakir mempersilahkan.

Zami dan Syakir memasuki kamar dan melihat seorang bayi perempuan yang begitu cantik dan lucu. Zami mendekat dan tersenyum bahagia,ia turut bahagia karna sahabatnya memiliki momongan. Zami awalnya tidak sadar jika istri sahabatnya sedang mengandung, dan ia pun baru tau sekarang.

"Cantik yah anaknya." Zami mengelus pipi bayi dengan lembut dan terus memandang bayi. "Beruntung yah kalian."

Syakir dan Tisa saling bertatap, mereka tau Zami juga ingin mempunyai anak, tapi kondisi tidak memungkinkan. Mereka juga tidak tau jika Rena sudah keguguran.

Setelah melihat bayi, Syakir menyuruh Zami untuk makan malam dulu di rumahnya karna Tisa sudah menyiapkan makan. Ia tau Zami pasti belum makan.

"Yuk Zam, makan dulu."

Zami awalnya menolak, namun Syakir memaksanya dan ia pun melihat ke atas meja makan sudah banyak makanan, ia tidak enak jika menolaknya. Jika di fikir-fikir dia juga lapar karna belum makan dari siang.

"Makan yang banyak Zam."

Zami mengangguk dengan terkekeh. Ia mengambil lauk-pauk dan mulai memakannya.

Tisa bangkit dari duduknya dengan membawa sepiring makanan dan segelas minuman. Ia memilih makan di kamar agar lebih mudah memperhatikan anaknya jika terjadi apa-apa.

••••••

Setelah dari rumah Syakir dan Tisa, Zami kembali ke rumah sakit untuk mengunjungi Rena yang masih tertidur lemah. Zami memasuki ruangan dan duduk di kursi samping ranjang Rena berbaring, Zami memandangi wajah istrinya yang terlihat begitu pucat, bahkan pipinya pun dingin.

"Kamu kapan bangun? Kamu gak kangen aku?"

Zami terus mengajak bicara Rena walaupun ia tau Rena tidak mungkin menjawabnya, tapi ia tau Rena pasti mendengarnya. Zami terus bercerita dengan sesekali tertawa karna ia membuat candaan. Jika di lihat oleh orang-orang, mungkin Zami di sangka gila karna bicara dan tertawa sendiri.

Zami berpamit untuk kembali ke rumahnya. Sebelum pergi, Zami mencium kening Rena terlebih dahulu, "aku pulang dulu yah sayang, semoga kamu Cepet bangun."

Zami melangkahkan kakinya menuju pintu dan membuka baju rumah sakit. Sebelum Zami keluar, ia menengok ke arah Rena. "I love you."

Assalamu'alaikum Suamiku [SEQUEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang