EPILOG

4.6K 279 23
                                    

Kondisi Rena semakin melemah, bahkan gelombang pendeteksi jantung pun semakin melambat. Kini di ruangan ada Zami, Yashbi, Bram, Tisa , Syakir, Sindi dan teman Rena ketika di pesantren. Mereka turut prihatin melihat kondisi Rena yang semakin kritis dan melemah.

Dokter datang untuk memeriksa kondisi Rena. Mereka menunggu pernyataan dari dokter tersebut.

"Gimana dok?"

Dokter menghela nafas, "kondisi Renata semakin melemah."

Zami mendekati dokter dengan wajahnya yang begitu panik. "Apa Rena akan sembuh dok?"

Dokter menggeleng. "Kangker di otaknya tidak bisa di sembuhkan, dan kemungkinan kecil umurnya tidak lama lagi."

Seketika semuanya termenung menatap Rena, bahkan Yashbi menangis menggoyang-goyangkan tubuh bundanya. Bram begitu pun yang lain menangis dan diikuti dengan gelombang detak jantung Rena semakin melambat dan..

Teeeeeeeet.....

Gelombang detak jantungnya lurus bertanda Rena sudah tidak lagi hidup. Semuanya sok dan segera memeluk Rena dan menggoyangkan tubuh gadis itu berharap Rena akan bangun.

Zami menatap nanar istrinya dan mengusap wajahnya gusar. "Cukup." Ia mendekat dan memeluk Rena dengan membisikkan bacaan syahadat.

Perawat dan dokter segera datang dan mencabut alat-alat medis yang di tubuhnya. Perawat pun menutup wajah Rena dengan kain putih dan mendorongnya menuju kamar mayat.

Semuanya memberhentikan perawat karna siapa tau Rena akan bangun lagi, walaupun itu mustahil.

"Rena , denger kita, Rena. Anti harus bangun, lihat suami anti dan anak anti, gimana nanti kalo gak ada anti, Rena."

Namun, Allah berkehendak lain, Rena tidak kunjung bangun dan ini sudah takdirnya Rena kembali kepada sang maha kuasa.

Syakir memeluk Tisa yang terus menangis sesenggukan. "Allah lebih sayang Rena, Allah gak mau Rena nambah sakit di dunia, makanya Allah nyembuhin Rena dengan cara lain."

Zami mengangguk setuju. "Di sana, Rena udah gak ngerasa sakit lagi." Zami mengelus bahu Yashbi yang berada di gendongannya. "Kita doakan dan ikhlaskan saja kepergian Rena, semoga dia tenang di sana."

Semuanya bersorak Amin.

••••••

Hari ini juga, jasad Rena di kuburkan. Semuanya mengantar almarhumah hingga pemakaman. Suara tangi memecah di depan pemakaman Renata Clarissa Putri. Yashbi memang tidak terlalu paham karna usianya yang masih dini, yang ia tau, bundanya sedang beristirahat dan tidak akan merasakan sakit lagi. Tapi yang gadis itu herankan, mengapa semuanya menangi? Ayahnya, kakeknya, bahkan teman-teman bundanya.

Semuanya mulai berpencaran dan hanya menyisakan Yashbi, Bram dan Zami di makam. Mereka masih belum menyangka bahwa gadis yang sangat mereka sayangi, cintai, pergi untuk selama-lamanya.

"Sekarang, aku udah gak punya siapa-siapa lagi." Bram mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Ia mengelus batu nisan sang anak. "Istriku, anakku, sudah pergi meninggalkanku terlebih dahulu."

Zami turut berduka meratapi kesedihan yang di alami mertuanya. Zami merangkul pundak mertuanya untuk menenangkan, tidak hanya Bram yang sedih, Zami pun ikut sedih.

Setelah di rasa cukup, mereka bertiga memilih untuk kembali ke rumah.

•••••

Mereka menatap rumah yang dulunya ramai karna Renata, sekarang sepi tak ada lagi canda tawa dari gadis itu.

Mereka masuk dan menatap rumah yang hampa, mereka hanya bisa memandang gadis itu melalui foto-foto yang berada di tembok-tembok.

Zami memasuki kamarnya, sedangkan Yashbi sedang bersama kakeknya. Zami duduk di atas tempat tidur dan memandang sekitar kamarnya, kamar mereka berdua. Zami sungguh masih belum bisa menerima semua ini.

"Kenapa kamu harus pergi secepat ini?"

Zami beranjak menuju meja rias, dan mengambil sebuah buku diari yang sering Rena tulis. Ia membuka lembaran terakhir yang ia sendiri belum tau isinya, karna terakhir kali Rena menulis ketika Rena meminta Zami untuk mengambilkan diari itu ketika ia sadar dari koma.

Zami membaca isi curahan dari lembar terakhir, dan tanpa terasa air mata mengalir di pipinya.

Assalamualikum suamiku:)

Makasih udah bimbing aku, makasih udah sabar ngadepin sikap aku, makasih juga udah ngasih perhatian ke aku sampai rela datang tiap hari menjengukku di rumah sakit. Makasih atas doa yang kau curahkan untuk kesembuhanku. Aku sangat menyayangimu:)

Maaf aku belum bisa jadi istri yang Solehah untukmu, belum bisa menjadi istri yang terbaik untukmu pula. Bahkan aku sering membantah perintah-perintahmu.

Suamiku, aku merasakan sakit yang amat luar biasa di kepalaku, aku tidak tau ini sakit apa, mungkin karna kecelakaan yang aku alami. Memang, aku tidak mengingat kejadian itu.
Aku rasa, hidupku tidak lama lagi, sakit di kepalaku semakin menjadi-jadi. Aku memang bukan Tuhan yang tau kapan ajalku, hanya saja aku yakin umurku tidak lama lagi.

Jikalau memang umurku tidak lama lagi, aku hanya ingin menulis sebuah ungkapan terakhirku.

Ketahuilah, AKU SANGAT MENYAYANGIMU, suamiku:)


Zami menutup diari itu dan menundukkan kepalanya, ia menutup wajahnya yang mungkin sudah banyak air mata di pipinya sekarang.

"Aku akan selalu menyayangimu, istriku."

The end

••••••••

Maaf yah kalo sad ending hehehe

Aku mau nanya nih, gimana perasaan kalian ketika membaca Assalamualikum suamiku dari PART pertama hingga akhir? Ceritakan perasaan kalian di komen yah.

Makasih sebanyak-banyaknya pada readers yang udah setia baca cerita ini hingga akhir.

Maaf kalo banyak kesalahan, mau itu dari alur bahkan penulisan.

Jangan lupa vote dan coment

Follow ig : @_putriipuspita
Fb : putri puspita

Assalamu'alaikum Suamiku [SEQUEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang