Rena terkejut melihat martabak kesukaannya ada di atas nakas, ia menoleh ke suaminya yang masih terlelap, seketika seulas senyum muncul. Tidak menyangka ternyata suaminya membelikannya juga. Rena mendekat lalu membisikkan Zami yang masih terlelap. "Makasih martabaknya suamiku."
Rena memakan martabak pemberian suaminya dengan perasaan bahagia. Ia tidak mengerti dengan suaminya yang seketika menjadi romantis dan seketika menjadi sangat menyebalkan. Tapi ia bersyukur mempunyai suami seperti Zami.
Setelah kenyang memakan martabak, Rena bangkit menuju dapur untuk menyiapkan nasi goreng spesial untuk suaminya bekerja. Setelah selesai, Rena kembali ke kamar untuk membangunkannya.
•••••
Rena menangkup kedua tangan di pipinya di atas meja dengan terus tersenyum menatap suaminya yang lahap memakan nasi goreng buatannya. Rena senang sekali karna Zami memakan nasi goreng buatannya hampir habis. Zami mendongak melihat istrinya yang terus tersenyum seperti orang gila. Zami meletakkan sendoknya karna nasi goreng buatan istrinya habis.
"Kenapa kok dari tadi senyum?"
Rena menggeleng dengan senyuman yang masih menempel di wajahnya. "Suka aja."
Zami menggelengkan kepalanya dengan sedikit terkekeh. Ia bangkit menuju pintu rumah untuk memakai sepatu dan bersiap-siap pergi ke pesantren. Rena membereskan terlebih dahulu bekas makanan Zami dan menghampiri suaminya di luar. Zami berpamit lalu Rena menyalami suaminya. Ketika hendak melangkahkan satu langkah, Zami membalikkan badannya lalu mencium kening istrinya. Rena tersipu malu lalu menunduk malu-malu. Padahal mereka sudah bersuami-istri tapi Rena masih malu jika di perlakukan seperti itu, seperti merasa masih masa-masa pacaran. Namun, rasanya beda. Rena tersenyum dengan sumringah memasuki rumahnya.
••••••
Setelah membersihkan badannya dan memakai baju muslimah seperti biasa, hanya saja akhir-akhir ini Rena tidak lagi memakai cadarnya. Rena menatap cermin dengan senyuman yang mengembang karna beberapa menit yang lalu, Zami mengirim pesan bahwa setelah kerja, sore hari. Zami mengajak Rena untuk jalan-jalan. Maka dari itu Rena ingin merias diri.
Rena memoles lipstik yang tidak terlalu mencolok, begitu pas dengan warna kulitnya. Dan memoles bagian yang lain dengan make up. Ia sudah lama betul tidak memakai benda-benda kecantikan seperti ini. Rena tersenyum puas melihat cerminan dirinya dengan kerudung berwarna biru dan sedikit riasan di wajahnya yang membuat wajahnya semakin cantik. Tak lupa, ia memakai minyak wangi dengan banyak supaya suaminya tidak malu membawanya.
Rena sudah siap dengan penampilannya, ia berjalan menuju sofa ruang TV untuk menunggu suaminya datang.
Rena melirik jam dinding ruang tengah, jam menunjukkan setengah 5 dan Zami belum juga pulang. Rena terus menunggu hingga ia mengantuk, ia membaringkan tubuhnya di atas sofa, tanpa di sadari matanya memejam.
•••••••
Zami mengetuk pintu rumahnya, ia melirik jam tangannya, jam menunjukkan pukul setengah 6 kurang 2 menit. Ia sungguh lelah dan ingin mengistirahatkan tubuhnya, namun rupanya tidak bisa karna waktu solat magrib hampir tiba.
Zami mengetuk pintu namun belum ada yang menyahuti, mungkin istrinya sedang istirahat. Benar saja, ketika Zami masuk, ia langsung melihat Rena tertidur pulas di sofa dengan posisi membelakanginya. Zami melangkahkan kakinya dan duduk di lantai dekat Rena tertidur, Zami mengelus puncak kelapa istrinya. "Pasti kamu kecapekan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Suamiku [SEQUEL]
Філософія та духовні розповіді[ sequel Assalamualikum Ukhty] Note; buat kalian yang mau baca cerita ini, aku saranain baca dulu cerita pertamanya (Assalamualikum Ukhty) ____ Ketika kita di satukan di ijab qobul. Aku tidak pernah menyangka bahw...