Dua

5.3K 301 7
                                    

Yuhuuuu up lagi nih setelah sekian lama gak up, dan aku harap pembaca aku tetep setia.

Keep reading

••••••

Hari ini hari paling di tunggu santri Alrahmah dan Ustadz, Ustadzah. Karena hari ini adalah hari persiapan mereka untuk kembali ke rumah masing-masing. Di pesantren Alrahmah pun tinggal menyisa beberapa orang saja, terutama Rena dan Zami.

"Mas, udah siapin barang-barangnya?" Tanya Rena mengelus pundak suaminya yang sedang duduk maning di teras rumahnya.

Zami menoleh memandang istrinya. "Udah Dek, aku juga udah ngurus perpindahan kita."

Rena yang tidak tahu itu merasa bingung. "Pindahan apa Mas?"

"Kita bakal pindah dari sini, terus aku juga udah nyiapin rumah buat kita berdua, yah walaupun sederhana tapi cukup lah."

"Kenapa pindah Mas?"

Zami tersenyum memandang istrinya, lalu ia mengelus pipi istrinya yang tertutup cadar.

"Biar kita bisa berduaan aja, kan di sini Rame." Ucapnya masih memandang istrinya. "Tapi aku masih kerja kok di sini."

Rena mengangguk setuju. Ia memeluk suaminya lalu mengecup pipi suaminya.

Tak lama, mereka bersiap-siap menuju rumah baru mereka yang tidak terlalu jauh dari pesantren ini. Rena membantu suaminya membawa barang-barang seperti pakaian dan peralatan lainnya.

Setelah selesai, mereka memasuki mobil milik ayah Rena. Dari dulu hingga sekarang, mobil itu tidak ada yang berubah. Itulah yang membuat Rena selalu teringat dengan almarhumah ibundanya dulu.

"Siap?" Tanya Ayah Rena menoleh ke belakang.

Zami dan Rena mengangguk. Awalnya Zami tidak enak jika harus menumpang kendaraan seperti ini, namun bagaimana lagi, Ayah Rena memaksanya untuk membantu anaknya dan mantunya. Dengan perasaan tidak enak, Zami pun menurutinya.

•••

Karna hari ini hari libur, Rena dan Zami memilih untuk berlibur ke kotu (kota tua) yang ada di Jakarta.

Di perjalanan menuju kotu, keduanya saling bercanda di dalam mobil, membicarakan awal Rena pindah ke pesantren.

"Udah ah capek tau ketawa mulu."

Zami mengangguk menuruti perintah istrinya. Zami sempat berfikir untuk memberikan usul kepada istrinya dan berharap istrinya setuju dengan usul yang ia berikan.

"Gimana kalo sekarang kita ganti panggilannya jangan mas sama adek?" Tanyanya menoleh sekilas ke arah Rena.

"Apa?"

"Ayah sama Bunda."

Rena terdiam, merasa seluruh tubuhnya beku. Ia pun seketika tersipu membayangkan dirinya memanggil dengan embel-embel ayah bunda.

"Gimana?" Tanyanya lagi.

Rena mengangguk kaku menandakan bahwa ia setuju.

Zami tersenyum mencubit pipi Rena. "Gitu dong Bunda."

•••

Sesampainya di kotu, mereka berjalan bergandengan untuk melihat seluruh kotu. Mereka pun memilih untuk menyewa sepeda. Setelah menyewa sepeda, Rena duduk di belakang Zami yang sedang menggoes sepeda untuk berkeliling kotu. Banyak pasang mata yang menatap kedua pasangan itu dengan tatapan iri.

"Yaampun pasangan dunia akhirat."

"Ceweknya sholehah, cowoknya sholeh."

Dan masih banyak lagi yang memuji keduanya. Mereka tertawa dengan bahagia dengan sesekali Rena meniup balon gelembung.

Rena mengambil ponselnya. "Ayah, kita poto yuk."

Zami mengangguk dan memberhentikan sepedanya, keduanya menatap kamera dan...

Cekrek...

Karna setelah puas berjalan-jalan, mereka memilih untuk pulang. Namun, ketika mereka hendak menuju parkiran. Hujan turun dengan deras membuat keduanya basah. Zami melepas jaket yang ia pakai dan menutupi kepala istrinya. Rena menatap wajah suaminya lalu tersenyum.

Mereka berjalan sedikit berlari untuk meneduh sementara. Keduanya menatap jalanan yang basah oleh rintikan hujan. Rena menggosokan tangannya untuk menghangatkan, Zami yang melihat itu segera mengerti dan memeluk tubuh istrinya erat. "Aku tau pasti kamu dingin."

Rena tertawa. "Aku tetep dingin, baju kamu aja basah."

Zami menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu ketawa ketika menyadari bahwa dirinya juga basah karna terkena hujan. "Sama-sama basah dah gakpapa."

Rena tertawa, namun ia semakin erat memeluk tubuh suaminya.

••••••

Akhirnya, mereka sampai di rumah dengan keadaan yang sedikit basah, namun tidak sebasah tadi. Karna AC di mobil membuat baju mereka sedikit mengering walaupun rasanya sangat dingin.

Setelah mengganti pakaian dengan pakaian kering, mereka berdua memilih untuk menunaikan sholat terlebih dahulu. Karna Azan berkumandang.

Setelah selesai sholat, mereka memilih untuk menonton TV bersama. Rena duduk di samping kiri Zami dan tangan Zami yang menggandeng bahu Rena. Keduanya tertawa lepas ketika menonton film lucu. Namun seketika raut wajah Rena berubah ketika tontonan yang mereka tonton berubah ketika menayangkan sebuah keluarga kecil yang sedang bercanda dengan anaknya yang masih kecil. Zami menyadari sorot mata istrinya yang berubah.

"Kenapa Bun?"

Rena menatap suaminya. "Kapan yah keluarga kita bisa kaya gitu, di lengkapi sama tawa anak kecil?"

Zami tersenyum, lalu mengusap puncak kepala istrinya. "Suatu saat kita punya anak kok Bun."

Rena mengangguk lalu Zami mengecup puncak kepala istrinya supaya tenang.

•••••••••••

Maaf yah kalo lama banget up nya hehehe
Dan maap juga kalo ceritanya sedikit:(

Jangan Bosen bacanya yah:(

Kasih komen dan votenya juga:)

Assalamu'alaikum Suamiku [SEQUEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang