Lima

4K 271 9
                                    

"Mas bangun." Rena terus menggoyangkan tubuh suaminya supaya mau bangun. Namun, suaminya sangat susah di bangunkan. "Mas, solat subuh dulu."

Akhirnya, usahanya tidak sia-sia. Zami akhirnya bangun. Ia bangun lalu memeluk Rena dengan erat, namun matanya masih setengah terpejam. Rena terkejut dengan suaminya yang tiba-tiba memeluknya. "Kamu kenapa?"

Zami melepas pelukannya, lalu menatap Rena dengan tersenyum. "Aku sayang kamu." Lalu, ia bangkit menuju kamar mandi untuk mandi sekalian mengambil air wudhu.

Rena di buat bengong. Ia menggelengkan kepalanya, lalu seketika terkekeh geli karna suaminya. Menunggu Zami selesai mandi, Rena memilih untuk menuju meja riasnya dan membuka buku hariannya. Ia mulai menulis isi hatinya.

Assalamu'alaikum suamiku❤️
Kamu paling bisa buat aku bahagia ketika ada di samping kamu. Entah pelet apa yang kamu kasih ke aku sehingga membuat aku klepek-klepek:D
Alay memang terdengarnya. Namun, memang begitu aslinya:) dan aku senang karna Allah sudah mengabulkan permintaan kita, dan sekarang aku sedang hamil:)

Rena segera menutup catatan hariannya ketika Zami datang, lalu bergegas memasukkannya ke dalam laci yang kuncinya hanya dia yang tahu. Zami menatap Rena dengan heran karna melihat istrinya seperti gelagapan. Zami mendekati Rena lalu melihat ke belakang tubuh gadis itu. "Kamu ngapain?"

Rena menggeleng. "Ng...nggak mas, aku duduk aja dari tadi."

Zami mengerutkan keningnya, menatap Rena curiga. Namun, sebelum Zami banyak tanya, Rena segera menyuruh Zami untuk memulai solatnya. Zami menurut, Rena menghela nafas lega.

Rena selalu menulis harian tanpa sepengetahuan suaminya. Bahkan suaminya pun tidak tau dimana kunci laci itu berada. Entah mengapa, Rena tidak ingin catatannya di baca oleh suaminya. Padahal, itu semua tentang suaminya.

••••
Setelah melesaikan seluruh pekerjaannya, dan rumah pun di rasa cukup rapih. Rena membaringkan tubuhnya di sofa lalu menyalakan TV. Seketika ia rindu ketika nonton TV bersama suaminya, karna Zami sudah mulai masuk kerja, jadi Zami jarang sekali ada waktu di rumah. Kadang, malam hari pun Zami harus kembali ke pesantrennya. Rena merasa sepi di rumah sendiri, apalagi kondisinya sekarang ia sedang mengandung dan tidak boleh kelelahan. Namun, Rena sering sekali kelelahan karna beres-beres rumah.

Rena mengambil ponselnya untuk menelpon Zami. Namun, pria itu tidak menjawabnya. "Mungkin masih ada kelas." Rena mencoba untuk berfikir positif, walau kadang ada pikiran negatif di kepalanya. Rena melirik jam di ponselnya, waktu solat dzuhur hampir tiba. Namun Zami masih belum mengangkat ponselnya. Padahal Rena tau, jam ini tandanya semua santri sudah mulai bergegas untuk mengambil air wudhu.

Rena menghela nafas gusar. Ia melangkah menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

••••

Zami melirik ponselnya yang berdering menampilkan nama "istriku" di ponselnya. Namun, Zami abaykan karna ia sedang berbincang dengan para Ustadz. Ia merasa tidak enak hati jika tiba-tiba memotong percakapan mereka.

Zami mulai mendengarkan perbincangannya dengan teman-temannya. Yaitu, Syakir, Ridwan, Samsul, dan Ahmad. Mereka memang beda usia, namun karna mereka sama-sama jadi Ustadz di pesantren ini, mereka jadi semakin dekat.

Ponsel Zami berdering lagi menampilkan nama istrinya lagi di ponselnya. Namun, Zami masih tidak mengangkat. Syakir menoleh ke arah temannya yang berada di samping kirinya. "Kenapa gak di angkat Zam?"

Zami menggeleng dengan senyumannya yang sedikit kaku. "Siap-siap solat ke masjid yuk."

Mereka bangkit dan berjalan bersamaan menuju masjid.

Jujur, Zami tidak mengangkat ponselnya bukan karna tidak enak dengan teman-temannya. Namun karna ia merasa ada yang aneh dengan istrinya. Ia merasa istrinya seperti menyembunyikan sesuatu, dan karna itulah membuat Zami sedikit curiga.

•••••

Rena menatap ponselnya dengan nanar. Suaminya tak kunjung menjawab ponselnya. Jujur, Rena sangat sedih karna tidak seperti biasanya suaminy seperti itu. Karna ketika Rena menelpon, Zami segera mengangkat dimana pun dia berada. Rena merasa sedih lalu memilih untuk menunaikan solat dzuhur.

Setelah selesai, Rena menyimpan mukena dan sajadah ke tempat semula. Lalu Rena beranjak menuju meja rias untuk menulis hariannya sesuai dengan kondisi hatinya saat ini. Setelah Selasa solat tadi, Rena sempat bercerita kepada Allah tentang apa yang ia alami saat ini. Karna sesungguhnya tempat curhat terbaik adalah di atas sajadah dan bercerita kepada Allah. SWT.

Rena menutup kembali bukunya dan menyimpan ke tempat semula. Ia melangkah menuju tempat makan untuk memberinya asupan untuk dirinya dan kandungannya.

Rena melahap makanannya dengan tidak berselera. Ia sungguh merindukan suaminya berada di rumahnya. Rena tidak boleh egois, suaminya pergi pun toh untuk dirinya.

Setelah selesai makan, Rena segera membereskan piringnya dan mencucinya. Rena berjalan menuju sofa ruang TV lalu menyandarkan tubuhnya di sana. Ia membuka ponsel melihat sosial media. Seketika ia tergiur ketika melihat Martabak kacang coklat. Dengan cepat, ia menelpon suaminya untuk meminta membelikan malam nanti. Karna ia yakin suaminya akan pulang malam hari setelah selesai solat isya.

Namun, lagi-lagi teleponnya tidak di angkat. Ia pun memilih untuk mengirimkan pesan.

Suamiku❤️

Mas, nanti pulang beliin martabak yah, rasa coklat keju😚 kamu pulang malem Kan?

Rena menunggu balasan dari Zami yang tak kunjung di balas. Jangankan untuk di balas, di baca pun belum. Rena memilih untuk menonton TV untuk menunggu balasan. Dan tak lama ponselnya berdering menandakan sebuah pesan masuk.

Rena membuka sebuah pesan dengan balasan singkat yang membuat Rena sedikit sakit hatinya. Tidak biasanya suaminya seperti itu.

Suamiku❤️
Iya

Rena memilih untuk tidak menjawab pesan itu. Ia meletakkan ponselnya di atas sofa di sampingnya. Tanpa terasa air mata Rena menetes. "Kok gue nangis sih?" Tanpa sadar Rena telah mengucapkan embel-embel "gue-lo" . Karna Rena sudah lama tidak mengucapkan kata-kata itu, dan ini ia menyebutkannya lagi.

Rena bangkit menuju tempat tidurnya untuk mengistirahatkan tubuhnya maupun batinnya.

••••••

Zami memasuki rumahnya yang sudah sepi. Ia tebak mungkin istrinya sudah tidur karna menunggunya lama. Bagaimana tidak tidur duluan, Zami pulang jam 09 malam lewat.

Zami mengetuk pintu dan belum juga ada sahutan dari dalam. Ia pun memilih untuk memasuki kamarnya dan betul saja, ternyata Rena sudah terlelap. Ia menghampiri istrinya, menatap wajah yang terlihat sangat lelah di wajah istrinya. Seketika, Zami merasa kasian dengan istrinya, Zami mulai mengelus pipi istrinya. "Kamu pasti kecepakean yah?" Zami terus mengelus pipi istrinya dan memandang istrinya dengan kasian. "Maafin aku yah gak angkat telpon kamu, abisnya aku kesel."

Zami terus berceloteh, walaupun ia tau istrinya sudah nyenyak dalam tidurnya. Zami menyimpan sekotak bungkusan martabak di atas nakas.

Zami mencuci wajahnya dan kakinya untuk menaiki kasur dan memilih untuk terlelap. "Aku mencintaimu." Bisiknya di telinga Renata.


••••••••

Bersambung....

Gimana ceritanya? Komen dong dan kasih kritik saran kalian di kolom komentar.

Jangan pernah Bosen nunggu cerita ini publisih yah:)

Jangan lupa vote dan komen

Assalamu'alaikum Suamiku [SEQUEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang