Part 1

11.2K 330 5
                                    

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)." QS. An-Nur:26

***

Besok adalah hari pernikahanku dengan Zahra, putri dari sahabat ayah dan ibuku. Sebenarnya aku ingin sekali menolak keinginan ayah dan ibu tapi aku tidak ingin membuat ibu menangis karenaku. Batinku.

"Akh azzam mau pilih cincin yang mana? ". Tanya zahra padaku lembut sambil menundukkan pandangannya. Tidak ada yang kurang dari diri Zahra, ia solihah, cantik, dan pintar. Namun aku tidak mempunyai perasaan apapun padanya. Entahlah, jika dipikirkan apa penyebabnya itu membuatku pusing.

"Yang ini saja" jawabku singkat.

"o Iya, indah" jawabnya.

Setelah percakapan barusan kami langsung pergi membayar cincin yang kami pilih.
Kami tidak hanya berdua disini juga ada ibu Zahra, karena Zahra bukan mahramku jadi harus disertai mahramnya.

Setelah memilih cincin aku langsung mengantar Zahra dan ibunya pulang, setelah itu aku langsung kembali ke Rumah sakit karena ada jadwal operasi mendadak siang ini, sebenarnya ibu sudah menyuruhku untuk cuti tapi karena dokter reza sedang keluar kota jadi aku yang menggantikan posisinya dan aku tidak mungkin mengabaikan keselamatan pasienku.

Sampainya dirumah sakit aku langsung menuju keruang operasi setelah berganti pakaian mengenakan jas dokterku. Alhamdulillah operasi hari ini berjalan lancar dan cepat tanpa kendala jadi aku bisa pulang lebih cepat dari biasanya.
Aku langsung menuju ke parkiran untuk pulang, namun belum beberapa langkah aku berjalan langkahku terhenti melihat wanita yang berjalan melewatiku.

"Aisyah" panggilku.
Ia adalah seorang wanita yang namanya selalu ku sebut dalam doa disepertiga malamku. Namun, jika dia bukan jodohku aku bisa apa selain berusaha untuk ikhlas.

"Assalamualaikum, ada apa?" tanyanya. Dengan menahan air matanya yang hampir saja lolos dari wajah teduhnya.

"astagfirullah, waalaikumsalam. Aku hanya ingin minta maaf atas janjiku yang tidak bisa kupenuhi untuk mengkhitbahmu" jawabku.

Ya, awalnya aku berencana untuk mengkhitbah aisyah setelah mendapat gelar dokter tapi rencanaku musnah karena nazar ayah dan ibu. Memang kita hanya bisa berencana tapi selebihnya Allah swt yang menentukan.

"Tidak apa apa zam, InsyaaAllah saya ikhlas." jawabnya bergetar.

Aku tau betul apa yang ia rasakan sekarang, maafkan aku aisyah, Batinku. Tunggu sebentar, iya memanggilku Zam? Tidak biasanya biasanya ia memanggilku mas, apa mungkin ia sangat kecewa akan keputusanku. Ya Allah, ampuni hamba.

"Maaf, saya yakin kamu akan mendapatkan imam yang lebih baik dari saya aisyah kamu adalah wanita baik baik dan solihah" jawabku.

Ia tersenyum getir, "aamiin, yasudah saya duluan. Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam." Jawabku.

Aku masih sangat berharap bisa menjadi imam dunia akhirat untuk aisyah tapi apa yang bisa kulakukan jika Qodarullah berkata lain. Astagfirullah, batinku.
Aku langsung memutuskan untuk pulang.

Selang beberapa menit aku sampai dipekarangan rumah.
"Assalamualaikum bu" ucapku sambil masuk kedalam rumah.

"wa'alaikumsalam nak" jawab ibu.
Aku langsung salim pada ibu.

"Bu, Azzam mau istirahat dulu ya Azzam sangat lelah hari ini".

"iya nak, istirahatlah besok akad akan dilaksanakan pukul 8 pagi. Ayah sedang memeriksa keperluan resepsi dihotel " Jawab ibu.

"Iya bu azzam ingat" jawabku.
Aku langsung memutuskan untuk kekamarku untuk melaksanakan solat dan istirahat.

***


Zahra Pov
Aku sedang berada dikamarku, akad akan dilaksanakan sebentar lagi. Aku sudah berhias barusan, aku tidak menyangka jika sebentar lagi aku akan menjadi seorang istri. Ya Allah lancarkanlah semuanya, batinku.
Aku meremas tanganku saking gugupnya, untungnya ada sahabatku Izza yang setia menemaniku sedari tadi.

"ciyee yang sebentar lagi akan menjadi nyonya Azzam " ucapnya sambil tertawa menggodaku.

Aku hanya tersenyum dan memeluknya, pipiku memerah mendengar godaannya barusan. Jujur aku sangat gugup sekarang, aku juga sangat cemas dan takut karena sebentar lagi aku akan berpisah dengan ayah dan ibu tiba tiba air mataku menetes.

"loh kok nangis sih putri ibu yang cantik" tanya ibu yang baru saja masuk kekamarku.

"loh iya ra, kamu kok nangis sih. Entar makeupnya luntur loh, sudah ah" jawabnya.

Aku hanya menggeleng sambil memeluk ibu, mengutarakan semua isi hatiku dan ketakutan yang melanda diriku. Ibu mengelus pundakku sambil menenangkanku. Setelah cukup tenang ibu menasihatiku, agar aku bisa menjadi istri yang solihah dan berbakti pada suamiku. Karena surgaku akan berpindah kesuamiku dan tanggung jawabku juga akan berpindah.

Tidak beberapa lama kemudian terdengar lantunan ayat suci Al Qur'an kesukaanku yakni surah Ar-Rahman, ya aku meminta agar surah Ar-Rahman menjadi mahar pernikahan kami dan ia menyanggupinya. Hatiku sangat nyaman dan tenteram mendengar lantunan ayat suci yang dibacakan indah oleh akh Azzam. Setelah selesai membaca surah Ar-Rahman akhirnya akad dimulai.

Lalu aku mendengar akh Azzam mengucapkan
Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur Haalan
Aku menangis dipelukan ibu setelah mendengar Qobiltu diucapkan oleh akh Azzam. Lalu ibu menyuruhku untuk turun untuk bertemu dengan kekasih halalku sambil dituntun oleh izza sahabatku.

Azzam pov
Disisi lain, Azzam bergetar hebat serta tubuhnya mengeluarkan keringat dingin setelah mengucap ijab qobul beberapa detik yang lalu. Tidak beberapa lama setelah mengucap ijab qobul suasana didalam rumah Zahra menjadi riuh karena Zahra yang baru saja turun dari kamarnya.

Aku langsung menoleh kearahnya, masya'allah cantik sekali. Batinku.
Tubuhnya yang dihias gaun pengantin lengkap dengan jilbab syar'inya menambah kecantikan Zahra pagi ini. Aku sampai tidak berkedip beberapa detik.

Kemudian Zahra langsung menghampiriku, ia duduk disampingku dan mencium tanganku aku membalas dengan mencium keningnya sambil membacakan doa.
Tiba tiba ada cahaya kamera kearah kami, ya siapa lagi yang bisa berbuat jahil seperti ini jika bukan Reza sahabatku. Aku langsung melotot kearahnya. Ia hanya nyengir kuda.

Disisi lain ruangan itu ada Aisyah yang ternyata hadir diacara pernikahan Azzam dan Zahra, ia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh didepan Azzam dan istrinya nanti.

Ia tidak boleh menangis dihari yang bahagia ini meskipun hatinya sangat sakit melihat orang yang diam diam namanya ia sebut dalam doanya menikah dengan wanita lain. Ia harus terlihat tegar, dan mengikhlaskan semuanya. Ia tersenyum getir sambil menangis melihat Azzam mencium kening Zahra.

-alhamdulillah, akhirnya selesai juga part 1 nya. Ini karya pertamaku jadi maklum jika masih banyak typo yang bertebaran dimana mana hehe. Semoga kalian suka. Terimakasih sudah mau baca dan jangan lupa vote serta komen atau beri saran yang membangun untuk perbaikan tulisan kedepannya dan supaya aku lebih semangat menulisnya.🤗

Assalamualaikum Bidadari (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang