part 21

1.9K 105 14
                                    

Aku terantuk stir mobil dengan keras dan menyebabkan keningku berdarah cukup parah tapi aku tidak kehilangan kesadaranku karena aku masih dapat mendengar suara reza samar samar.

'Zam are you okay?? Zam lo denger gua kan?' Teriak Reza panik.

'Iam okay'Jawabku lemah.

'Zam lu jangan kemana mana gua suruh leya jemput lu kesitu, lu share lok sekarang cepetan' Ucap Reza dengan tidak santainya.

'Gua baik, gua masih hidup za lu pastiin kalau yang lu liat bener bener mas imron karena gua ngeliat sendiri jenasah mas imron terakhir kalinya dirumah sakit. Dan untuk orang tua Zahra mereka di beijing ada urusan bisnis.' Jawabku dengan sisa kesadaran yang masih tersisa.

'Lu jangan egois bego, keselamatan lu juga penting cepet bilang lu dimana gua suruh si leya jemput lu sekarang' Ucap fahmi geram.

Aku hanya tertawa pelan dan balik mengatainya idiot yang mampu membuatnya mematikan sambungan sepihak.

Aku tidak sadar jika banyak orang mengerubungi mobilku dan mengetok pintu kaca mobilku, aku langsung membuka pintu mobilku dan keluar dengan tertatih.

"Nak tidak apa apa? Biar saya antar kerumah sakit" Ucap bapak bapak dengan pakaian jas kantor.

"Tidak apa apa pak, saya baik baik saja saya ada urusan penting masalah mobil saya sopir saya sedang menuju kesini untuk membereskannya terimakasih" Ucapku sopan lalu aku memberhentikan taksi.

Setelah menempuh perjalanan 15 menitan aku sampai didepan rumah fahmi dan tanpa membuang buang waktu aku langsung bergegas masuk setelah membayar ongkos pada supir taksi.

Tok tok tok...

Dan pintu langsung terbuka menampilkan Aisyah dengan mata sembabnya, hidung merah dan bekas air matanya yang mulai mengering.

"Astagfirullah mas, mas kenapa?" Tanya Aisyah panik dan langsung memelukku erat.

Fahmi yang melihat aku datang dengan keadaan tidak baik baik saja langsung mengurai pelukan Aisyah dan membantuku berjalan kedalam rumahnya.

Aisyah langsung berlari mengambil kotak p3k dan dengan telaten mengobati luka dikeningku.

Aku meringis pelan saat Aisyah tidak sengaja menekan lukaku.

"shh maaf mas aisyah gak sengaja, mas kenapa bisa sampai seperti ini?" Tanya aisyah sambil membereskan obat obatan ke kotak p3k.

"Gakpapa syah, mas tadi kurang hati hati waktu perjalanan kesini jadi mas menabrak pembatas jalan" Jawabku yang langsung di hadiahi cubitan di perutku.

"Syah, mas sakit lo kenapa kamu malah cubit hm?" Tanyaku sambil menahan tangannya yang hendak mencubitku lagi.

Aisyah langsung menarik tangannya dari genggamanku lalu beralih memelukku erat lalu menangis sejadi jadinya.

"Aisyah benci sama mas, mas tidak bisa menjaga diri mas baik baik? Aisyah tidak ingin kehilangan orang yang Aisyah sayang untuk kedua kalinya hiks hiks" Aku langsung membalas pelukannya dengan erat membiarkannya meluapkan semua hal yang Aisyah rasakan.

"Maaf syah, mas janji lain kali akan lebih berhati-hati lagi. Kepala mas sakit, mas ingin istirahat sebentar. Nanti ada yang ingin mas bicarakan dengan kamu" Jawabku sambil memejamkan mataku perlahan disofa setelah aku melepaskan pelukan Aisyah.

"Kita ke rumah sakit ya mas? Aisyah akan telfon Zahra sekarang supaya Zahra bisa menyusul kerumah sakit" Ucapnya dengan nada khawatir.

"Gak usah Syah gakpapa, jangan telfon Zahra juga. Zahra sedang drop saat ini, mas tidak ingin membuat beban pikirannya bertambah dan berdampak buruk pada calon bayinya" Jawabku sambil membuka mataku dan menatap iris hitam legam Aisyah lekat.

Assalamualaikum Bidadari (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang