Sial. Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan keadaanku saat ini.
Aku mulai bekerja, Memang Bukan bekerja dikantoran seperti pada umumnya. Aku hanya bekerja sebagai guru private murid sekolah tinggi. Aku mendapatkannya dari seniorku di universitas, Seokjin Sunbae-nim. Dia bilang aku hanya perlu mengajar bahasa Inggris sesuai dengan jurusanku dan aku akan dibayar cukup tinggi setiap jamnya.
Pekerjaan yang mudah kurasa.
Tapi pada kenyataannya. Aku menyesal menerima pekerjaan ini.
"Hey kau. Bagaimana kalau kita bertanding?" Katanya tanpa melihatku. Pria itu mengungah permen karet dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya. Dia sedang asik bermain PSP-nya sambil setengah berbaring di ranjang.
Lalu aku? Huh, aku hanya melihatnya jengkel dengan kelakuan tidak sopannya. Sejak awal aku datang kesini bahkan dia tidak pernah memanggilku dengan benar.
Aku memutar-mutar pulpenku malas di sela-sela jariku sambil membolak-balik buku pelajaran anak kurang ajar itu.
"Bertanding apa?" Sahutku malas.
"Yeah!" Pekiknya sambil mengarahkan tinju ke udara. Aku hanya miliriknya sekilas kemudian melanjutkan kembali kegiatan yang membosankan ini. Dia selalu berteriak seperti orang gila setelah memegang benda hitam yang dianggapnya sebagai dewa itu.
Dia melempar PSP-nya ke samping lalu mendongak ke arahku.
"Kita bertanding. Siapa yang lebih dulu keluar. Kau atau aku?" Katanya sambil menyeringai.
Tanganku berhenti lalu memutar dudukku menghadapnya. "Sebenarnya apa masalahmu? Kenapa kau sangat tidak menyukaiku?" Tanyaku jengkel.
Aku seharusnya mengundurkan diri dari hari pertama kesini tapi aku sangat tergiur dengan bayaran besar yang diberikan. Dan sialnya aku telah memggunakan semua uang yang dibayar di muka untuk biaya semester tahun depan.
"Kau itu bodoh. Bagaimana mungkin seorang yang bodoh bisa mengajariku? Huh, kakakku begitu baik hingga memberikan uang pada orang bodoh sepertimu."
Aku memutar mataku sambil mendengus kasar "Lalu, apa kau begitu pintar hah hingga menganggapku bodoh? Kau bahkan tidak pernah duduk disini." aku menunjuk kursi di sampingku. Dia hanya duduk menjauh di sebrang ruangan atau diatas ranjang. Tempat terjauh dari meja belajar yang tersedia dikamarnya.
"Ya aku cukup pintar untuk melihat orang bodoh sepertimu." Sahutnya santai.
Demi apapun aku ingin sekali mencekik lehernya. Tapi apa yang bisa kulakukan saat dialah sumber penghasilanku. Aku hanya bisa menelan sumpah serapah yang sudah berada di ujung lidahku.
Aku menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Memberikannya senyum palsu yang kubisa.
"Jungkook-ah. Kemarilah, kita mulai pelajaran hari ini, hm?" Kataku semanis mungkin meskipun dengan gigi terkatup.
"Tidak mau." jawabnya santai. Lalu mengambil komik dari nakas meja dan mulai membacanya.
Aku mendesah berat. "Baiklah. Terserah apa maumu." Sahutku. "Aku tidak peduli." Tambahku dalam gumaman. Aku kembali pada buku yang tadi sempat kubolak-balik.
Begitulah pekerjaanku selama mengajar anak manja, kurang ajar dan sok pintar bernama Jeon Jungkook. Setiap datang kerumahnya aku hanya duduk di meja belajar mengerjakan tugasku atau hanya sekedar membaca majalah. Sedangkan Jungkook asik dengan PSP atau komiknya. Meskipun aku terkadang merasa bersalah karena menerima bayaran tanpa melakukan tugasku.
Sampai sebulan setelahnya Seokjin-sunbaenim, kakak Jumgkook mengeluh padaku karena tidak ada kemajuan dalam nilai Jungkook.
—
Hayoloh, tebak nama cewe nya siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Devil Rabbit • JJK ✔️
FanfictionCompleted✅ Saat ini aku telah mempunyai pekerjaan. Pekerjaan yang Sebenarnya cukup mudah dan sangat menguntungkan mengingat bayaran yang di tawarkan cukup menggiurkan. Namun semuanya tak sesuai ekspetasi begitu mengetahui murid yang akan aku ajari m...