20

4.7K 598 129
                                    

6 tahun kemudian.

"Sayang, apa yang kau pikirkan? Kenapa melamun? Sebentar lagi giliran Jimin."

Aku tersenyum manis ke sisi kananku, tangan kami saling terkait dengan cincin berkilau menghiasi jari-jari kami. "Aku terlalu gugup, Dia akan melakukannya dengan baik, kan?"

Dia terkekeh. "Tentu, kita sudah melihatnya berlatih sepanjang malam untuk mengingat pidatonya."

Aku mengangguk lalu memfokuskan mataku ke arah panggung. Namun mataku tidak bisa seolah mengkhianatiku. Aku melihat dia di barisan para petinggi universitas. Perusahaannya menjadi Donatur di sini dan pria itu mendapat kehormatan memberikan pidato pembukaan.

Aku tidak pernah berharap melihatnya lagi. Meskipun begitu aku bersyukur disini gelap dan aku duduk cukup jauh dari panggung, di barisan para orang tua.

Bisa kurasakan tanganku berubah dingin dan berkeringat. Pria di sampingku melingkarkan tangannya di bahuku dan meremasnya lembut menenangkanku. "Tenanglah sayang, Jimin akan melakukannya dengan baik."

Dia tidak mengerti, bukan itu yang kutakutkan. Aku takut Jungkook mengenali Jimin. Mereka memang tidak pernah bertemu tapi setidaknya Jungkook selalu melihat foto adikku di Apartemen.

Aku menggeleng, tidak mungkin kan? Ini sudah lebih dari enam tahun. Dia pasti sudah melupakanku jadi untuk apa dia repot-repot mengingat wajah adikku.

Benar, Dia tidak mungkin mengingatnya.

Namun keyakinanku runtuh saat MC memanggil nama adikku yang mendapat kehormatan memberikan pidatonya sebagai mahasiswa dengan nilai tertinggi dan dia mendapatkan beasiswa penuh untuk melanjutkan program masternya.

Jimin dengan penuh percaya diri maju dan naik ke atas panggung. Kulihat Jungkook tidak pernah melepas matanya dari Jimin, dia melihatnya dengan seksama. Dan aku tau dia mengenalinya, dengan itu dia juga pasti tau aku hadir disini.

Tepuk tangan bergemuruh saat Jimin menunduk dalam, pegangan tanganku terlepas dan aku ikut bertepuk tangan.

Sial, aku bahkan tidak bisa mencerna apa yang Jimin bicarakan. Pikiranku terfokus pada Jungkook yang tidak bisa melepas matanya dari adikku.

Setelah semua nama mahasiswa di panggil untuk maju kedepan menerima tropy mereka, lampu auditorium menyala. Orang-orang ricuh berhamburan.

Jimin berdiri, kepalanya celingak-celinguk mencari kami. Senyumnya terkembang saat melihatku, dia berjalan cepat dan melambaikan tangannya. Ya ampun adikku terlihat sangat tampan dengan toganya.

"Noona!" Serunya dari jauh. "Yoongi Hyung! Eunbi Noona!" Dia memeluk kami berdua sekaligus.

"Selamat." Kataku dan menepuk-nepuk punggungnya. Senyum tidak pernah lepas dari wajah. Dia melepas pelukan kami, kemudian aku memberikan sebuket bunga padanya.

"Congrats, Bro. Aku tau kau bisa melakukannya." Yoongi meninju lengan Jimin pelan.

Dia tertawa. "Terimakasih, Hyung. Ini semua berkat kalian." Aku bisa melihat titik air mata kebahagiaan di mata Jimin.

Aku memeluknya lagi singkat sebelum dia menggiring kami ke tempat perjamuan. Kami berfoto bergantian, Jimin memakaikan topi toganya padaku dan merangkulku. Yoongi mengambil foto kami dengan kamera ponselnya.

Jimin meninggalkan kami untuk memberikan selamat pada teman-temannya dan menyapa profesornnya. Sedangkan aku berusaha menyibukkan diri dengan berbincang bersama beberapa orang tua dari teman Jimin.

Yoongi melepas pegangan tangannya dariku "Ku ambilkan minum?"

Aku mengangguk sambil menggumam terima kasih padanya. Setelahnya mataku kembali berkeliling ruangan, harap-harap cemas semoga dia sudah tidak ada di tempat ini. Namun nihil, di sebrang sana aku melihatnya, dan dia melihatku juga. Kami bertatapan selama beberapa detik sampai kusadari dia melangkahkan kakinya mendekat ke arahku.

Aku berbalik dan berjalan menjauh, tidak terlalu cepat agar tidak terkesan menghindar. Namun percuma, di ruangan seperti ini dengan mudah dia akan mendapatkanku.

Lenganku di tarik kebelakang hingga tubuhku menghadapnya, matanya langsung menghujam mataku.

"Eunbi-ya." Dia memanggilku dengan cara yang sama, seingatku.

Aku menarik lenganku perlahan darinya, dia membiarkanku kali ini. Aku mundur selangkah menjaga jarak agar tidak timbul salah paham.

Aku tersenyum setenang mungkin. "Jeon Jungkook? Wah, aku tidak menyangka kita bisa melihatmu disini." Kataku penuh basa basi.

Matanya menatapku dalam, aku masih bisa melihat pertarungan disana. Antara kerinduan, sedih dan amarah jadi satu. Aku menahan lengkungan bibirku, berusaha tidak terpangaruh dengan tatapannya.

"Eunbi-ya, kita harus—" Ucapannya terpotong saat Yoongi muncul dari belakang memanggil namaku.

Aku menoleh ke arah Yoongi dan mengulurkan tanganku, dia menyambutnya lalu mengenggamnya. Dia menatapku dan Jungkook bergantian.

"Oh Oppa, kenalkan ini Jeon Jungkook. Dulu dia muridku. Jungkook-ah ini Min Yoongi, tunanganku."

Wajah Jungkook berubah pucat saat aku menyebut tunangan. Sementara Yoongi tersenyum sambil melirikku dan Jungkook bergantian dengan ekspresi terkejut.

"Jeon Jungkook?" Yoongi tersenyum terkejut.

"Eoh, lama tak jumpa Hyung."

Aku ikut terkejut begitu tau kalau mereka saling mengenal. Yoongi mengulurkan tangannya yang bebas ke arah Jungkook. Dan Jungkook pun tetap menyambutnya.

"Ngomong-ngomong murid? Kau pernah mengajar?" Tanya Yoongi.

"Banyak yang tidak kau ketahui tentangku sayang." Balasku menggoda.

Yoongi tertawa, kemudian beralih ke Jungkook. "Maaf aku agak sedikit terkejut mengetahui kau pernah menjadi muridnya. Sementara tadi aku melihat pidatomu yang selalu mengesankan dari dulu Jungkook-ah."

Jungkook tersenyum tipis. "Terima Kasih Hyung, Aku sangat tersanjung." Balasnya singkat.

"Kuharap kau masih di kota ini Kook saat pernikahan kami." Kataku.

Dia melihatku, wajahnya jelas terluka. Aku tidak tau kenapa dia harus seperti itu. Jelas dulu dia yang meninggalkan. Lalu apa yang dia harapkan? Menemukanku yang masih menunggunya seperti orang tolol?

Aku memang mencintainya, namun itu dulu. Realitas mengalahkan perasaanku padanya. Seiring berjalannya waktu perasaan itupun berubah ditambah aku memilik orang lain yang selalu berada disisiku.

Dia tertawa hambar sambil mengangguk. "Akan kuusahakan." Dia menunduk sopan. "Aku permisi, aku harus menyapa beberapa rekanku."

Aku dan Yoongi mengangguk mengerti kemudian dia berbalik dan berjalan menjauh.

"Apa dia baik-baik saja?" Tanya Yoongi setengah cemas setengah bingung.

"Huh?"

Tangan Yoongi terangkat menunjuk pada Jungkook yang berdiri membelakangi kami, dia sedang berbicara dengan dua orang pria paruh baya. "Jungkook terlihat seperti sedang sakit." Kata Yoongi tidak yakin.

Aku mengangkat bahu lalu mengamit lengannya. "Oppa, Bukankah kau mau mengambil minum untukku?" Aku melirik tangannya yang kosong.

Dia menepuk jidatnya. "Ya ampun aku lupa, tadi aku kembali untuk menanyakan kau mau Champange atau white wine?"

Aku menggiringnya ke tempat minum. "Ayo, kita ambil bersama saja."

Hayolohhh yoongi dan jungkook ... O_O

 O_O

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[M] Devil Rabbit • JJK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang