07

6.3K 791 36
                                    




"sudah kuduga akan begini." Gumamnya yang membuatku membelalakkan mata ke arahnya.

"Apa? Kenapa kau tidak bilang itu film horor?"

"Kupikir kau sudah memilihnya."

"Ya!"

"Ssttt sudahlah tonton saja."

Saat aku hendak beranjak Jungkook melingkarkan tangannya di bahuku memaksaku tetap di dadanya. Dia memelukku erat. Jujur saja aku menyukai aroma tubuhnya. Baunya menyenangkan. Selain itu aku bisa mendengar degup jantungnya yang berpacu lebah cepat. Entahlah disebabkan oleh film atau kerena posisi kami. Tapi aku ragu, aku berpengaruh untuknya.

Dan lagi-lagi tangan Jungkook tidak pernah bisa diam. Dia mengelus punggungku naik turun dan yang membuatku terkejut dia menarik tanganku yang bebas melingkari pinggangnya. Posisi kami benar-benar intim sekarang. Aku bahkan merasakan sesakali Jungkook mencium puncak kepalaku.

Kukira aku berhalusinasi tapi dia melakukannya lagi dan lagi. Otakku bereaksi untuk menolaknya tapi tidak dengan tubuhku. Aku benar-benar nyaman bersandar dan saling memeluk seperti ini. Pelukannya hangat dan menyenangkan. Hingga tanpa sadar aku jatuh terlelap.

Mungkin efek dari begadang semalam atau mungkin aku benar-benar lelah. Aku tidur nyenyak sekali seperti orang mati. Aku mengerjap dan merasakan tubuhku pegal luar biasa. Suasana di kamarku gelap gulita. Aku ingin bergerak saat merasakan suara detak jantung yang mengalun tenang di telingaku serta hembusan nafas di keningku.

Aku mendongak dan melihat wajah damai Jungkook. Kami masih dalam posisi berpelukan namun sekarang dalam posisi berbaring. Ini pertama kalinya aku melihatnya sedekat ini. Meskipun dengan pencahayaan minim aku masih bisa melihat detail wajahnya.

Sebenarnya dia anak yang tampan tapi sikapnya yang menyebalkan membuatku tidak bisa melihatnya dengan cara seperti itu. Tapi berbeda dengan sekarang, aku begitu dekat dengannya. Bohong jika dia tidak mempengaruhiku.

Astaga Apa yang kau pikirkan Jung Eun Bi? Dia itu muridmu!

Aku bergerak perlahan saat tiba-tiba Jungkook membuka suaranya. "Sudah cukup memandangi wajahku?" Katanya dengan suara serak.

"Ka—kau sudah bangun?" Tanyaku terkejut. Aku dengan cepat segera melepas pelukannya. Dia terkekeh.

"Menikmati pemandanganmu Eun Bi-ssi?"

"Ja—jam berapa sekarang?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

Dia ikut terduduk sambil meregangkan tubuhnya. Aku yakin dia sama pegalnya denganku. "Hampir tengah malam." Sahutnya menguap.

"Apa? Tengah malam?" Jeritku.

"Aisshh." Dia mengusap telinganya. "Apa perlu berteriak?" Omelnya.

"Ya ampun kita bahkan melewatakan makan siang dan makan malam."

Dia mendengus. "Ya kau membuatku kelaparan setengah mati."

Aku nyengir. "Maaf. Akan kusiapkan sesuatu."

Aku ke dapur membongar belanjaan yang kami beli tadi. Aku membuat ramyeon instan jumbo untuk kami berdua. Sedangkan Jungkook mengambil sesuatu dari tasnya. Sepertinya buku karena dia menulis-nulis diatasnya.

"Apa yang kau kerjakan?"

"Me-riview film tadi. Kau bisa mengoreksinya nanti." Sahutnya tanpa melihatku, dia terlihat sangat serius.

Aku tidak ingin mengganggunya dan kembali ke dapur. Kami hampir selesai bersamaan. Dia meletakkan bukunya saat aku memotong sayuran untuk di letakkan diatas ramyeon.

Dia menghampiri. "Kau tidak bisa memasak?"

"bukan tidak bisa, tapi memasak terlalu memakan banyak waktu." Aku memberikan jatah makanannya. Dia duduk di kursi tinggi berhadapan denganku.

"memangnya kau sesibuk itu?"

"Aku lebih sibuk dari yang kau bayangkan." Jawabku sambil menyeruput ramyeon ku.

Dia berdecak lalu turun dari kursi mengambil kertas dan menyodorkannya padaku. "Periksa ini."

Aku menghentikan makanku lalu melirik sekilas ke arah kertas. Kalimat pembukanya membuatku sangat tertarik.

Untuk si penakut darah dan hantu.

Aku mengernyit, melirik ke arah Jungkook. Tapi dia tidak melihatku dan fokus pada makanannya. Aku membaca seluruhnya tulisannya. Aku benar-benar terkesan dengan kemampuannya. Cara penulisannya dan tata bahasanya rapi. Mungkin ada beberapa penggunaan kata yang tidak tepat tapi bukan kesalahan fatal.

Tapi ... bukankah ini aneh?

"Kakakmu hanya ingin kau bisa menulis essay bukan? Kurasa dengan kemampuanmu kau bisa menulisnya tanpa jam tambahan denganku."

"Benarkah? Berarti metode kita berhasil bukan?" Katanya pura-pura terkejut. Aku menyipitkan mataku curiga.

"Kau hanya berpura-pura kan?"

"Berpura-pura apa?" Tanyanya polos.

"Dengan kemampuan seperti ini seharusnya nilai bahasa inggris mu tidak akan jelek. Tapi kau bahkan tidak pernah mencapai nilai rata-rata. Apa kau mempermainkanku?"

Jungkook mendongak tapi matanya tidak menatapku, melainkan figura foto kecil di meja bar tidak jauh dari kami. Dia melihat fotoku dengan Jimin.

"Apa dia pacarmu?" Tanyanya dengan nada menuduh. Aku melirik foto itu sekilas namun kembali menatap wajahnya serius.

"Ya Jeon Jungkook! Jangan mengalihkan pembicaraan."

"Apa dia tidak terlalu muda untukmu? Apa kau ini seorang pedhofillia?!" Nadanya terdengar marah.

Ya ampun, lihat ini. Siapa yang seharusnya marah sekarang?

"Itu sama sekali bukan urusanmu." Desisku. Aku bangkit lalu menjauh. Selera makanku benar-benar hilang sekarang.

"Oh Ya? Tentu saja itu urusanku, aku tidak membutuhkan tutor yang memiliki kelainan orientasi seksual."

Aku berhenti lalu berbalik perlahan menatapnya tidak percaya. Dia masih duduk di kursi tinggi menghadapku sambil bersedakap dan bersandar pada meja bar di belakangnya. Matanya menyalang marah padaku.

Bagaimana mungkin dia mengatakan hal sekasar itu. Mulutku terbuka karena terkejut dengan ucapan barusan. Pedhofilia? Yang benar saja. Memangnya aku gila?!

Oh Tentu saja karena aku melupakan kenyataan bahwa dia adalah Jeon Jungkook. Anak laki-laki paling brengsek, yang lebih menjijikan daripada kecoa busuk.

Aku menatapnya sengit. "Bagus kalau kau tidak membutuhkanku. Kau bisa pergi sekarang!"

Tanpa berbicara dia turun dengan kasar dari kursi, melewatiku menuju pintu, membuka dan menutupnya dengan kasar.

Aku memejamkan mata sambil mendesah panjang. Aku tidak ingin ambil pusing dengan memikirkan perengkaran kami. Yang jelas besok aku harus berbicara pada Seokjin Sunbae mengenai kemampuan akademik Jungkook.

Mungkin aku akan kehilangan pekerjaan tapi kurasa itu lebih baik. Bergaul dengan bocah itu membuatku lebih tua sepuluh tahun setiap harinya.


Dasar jungkook tukang merajuk :<
Tapi kiyud :<

Vomment dong.
Kemarin gak banyak yang comment hm.

[M] Devil Rabbit • JJK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang