Kemarin, aku kembali menoleh ke belakang. Memunguti puing-puing kenangan,untuk kupahami satu persatu jejakmu yang masih tersisa.
Perlahan perenungan memberiku pemahaman baru, bahwa terkadang memilih jalan sendiri-sendiri adalah keputusan terbaik. Saat dua langkah kaki sudah memiliki arah tujuan yang jauh berbeda, dan nyatanya semesta memang tidak merestui kita. Aku percaya semua akan baik-baik saja.
Tidak perlu takut akan sumpah serapah yang biasanya terlayang dari sebuah perpisahan. Karena, cerita yang terjadi selama pemilik bumi ini memberiku kehidupan, sudah mengajariku banyak hal. Termasuk, cara mengikhlaskan genggaman yang sudah ingin terbang bebas mencapai apa saja yang hati inginkan.
Kita sama-sama tahu, berpisah memang menyakitkan. Namun, melalui kamu, sebelum-sebelummu, dan rasa sakit ini, aku belajar bertahan. Karena, hidup ini tidak seharusnya berhenti hanya karena sebuah patah hati.
Tapi untuk selamanya,
Rindu padamu,
Selalu ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Post
PoetryAda banyak, sangat banyak kataku yang hanya kutuliskan dalam ponselku, atau sekedar kutulis dalam catatan kusamku. Kata receh yang mampu kusajikan untuk kalian. Beberapa puisi atau prosa amatiran yang akan kalian baca. Maaf bila aku belum bisa membe...