Tak pernah di sangka hari itu akan tiba, hari ketika ia harus melepas adik tercintanya. Dengan menggunakan jas berwarna putih dan gaya rambut di rapikan sebelah kanan, Woojin terlihat sangat tampan.
"Niel Hyung"
Ia berlari ke arah Daniel yang berada di depan pintu. Daniel tersenyum tipis, menerima pelukan dari Woojin. Woojin memandangnya tanpa melepas pelukannya.
"Ku kira kau tidak akan datang, kau kan sibuk sekali"
Daniel mengusap rambutnya lembut.
"Mana mungkin aku tak hadir di hari paling bahagia untukmu"
Daniel melepaskan pelukan Woojin. Memandangnya penuh makna.
"Tak di sangka Woojin yang suka mengelap ingusnya dengan baju, kini menjadi pemuda tampan. Woojin kau sudah dewasa.
Waktu berlalu sangat cepat. Mungkin, kita tak akan sering bertemu lagi"
Woojin menelan ludahnya. Menahan tangisnya.
"Maaf, Hyung"
Mata Daniel terbuka lebar. Ia tersenyum getir. Memeluk Woojin dengan hangat. Air matanya sudah di pelupuk mata.
"Tidak ... Tidak perlu minta maaf...Aku bahagia dengan kebahagiaan mu"
Woojin melepaskan pelukannya.
"Hyung, kau sudah janji kan selalu bersamaku. Sedikit apapun kita harus tetap terhubung. Hyung, aku akan merindukanmu"
Daniel mengangguk. "Woojinie, kau sudah siap?" Tanya Ibunya. Woojin melepaskan pegangan tangan Daniel. Perlahan sangat perlahan pegangan itu terlepas.
Punggung Woojin semakin lama semakin jauh. Hatinya terasa getir. Sampai di sini lah kisahnya. Kisah yang terus menerus ia paksakan keluar dari jalurnya. Pada akhirnya ia harus menyerah pada pemilik asli kisah tersebut.
Dirinya hanyalah pemburu bagi putri salju, prajurit bagi putri tidur, ataupun nelayan yang tak sengaja menemukan putri duyung. Hanyalah karakter sampingan tak kurang dan tak lebih.
Hatinya sangat pilu namun tangan hangat Woojin menggandengnya. Memaksakan dirinya untuk tetap tersenyum dalam luka itu.
"Niel seperti pengganti ayah untuk Woojin, Niel bibi berterima kasih selalu mendukung Woojin selama ini"
Woojin bersandar di bahunya. "gomawo Hyung" katanya sambil tersenyum. Daniel tersenyum tipis.
"Ayo... Guanlin sudah menunggu"
"Tunggu sebentar..."Daniel mengambil aksesoris penutup kepala. Memakai nya pada Woojin.
"Jika di tambah dengan ini, kau terlihat cantik"
Wajah Woojin bersemu, "ah, Hyung aku laki-laki tak perlu menggunakan ini"
Daniel berbisik di telinganya. "Tapi, kau kan yang akan memuaskannya?" Wajah Woojin memerah. Ia menunduk tak menjawab. Daniel menggandeng tangannya.
"Ayo, temui pengantinmu"
***
Pintu gereja terbuka, Woojin berjalan di dampingi dengan Daniel. Keduanya saling memandang sebelum tersenyum.
Guanlin telah menunggunya di altar. Ia terlihat sangat tampan dengan jas berwarna hitam.
Ketika sampai di dekat altar. Daniel melepaskan tangannya. Woojin meraih tangan Guanlin yang sudah terbuka. Menaiki altar tersebut.
Mereka tersenyum bahagia.
Daniel kembali pada posisinya. Tangannya terasa kosong. Ia menggenggam tangan itu erat. Memandang altar tempat mereka berdiri penuh dengan rasa iri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shining NPC
Lãng mạnPark Woojin ? tidak kenal. Begitulah pandangan pertama Guanlin terhadap Woojin, bukan apa-apa. Fokusnya hanya tertuju pada Jihoon dan Daniel, orang yang kemampuannya di atasnya. "Pasti kau lupa namaku Park Woojin". Sekelompok dengannya membuat ia me...