Guanlin memandangi awan putih itu. Untung saja ayahnya memilihkan tempat di luar jendela. Ia tak melepas topi yang di kenakan nya. Malah memundurkan topi itu. Mencoba untuk tidur.
Ekspresi sedih pemuda Tan itu lagi-lagi mengganggunya. Ia menghela nafas, membuka secarik kertas yang berada di kantungnya. Kertas penyemangat dirinya. Kertas itu di dapat bersamaan dengan coklat yang di terimanya. Tidak ada nama penulis dari pengirimnya. Namun, ia tau betul siapa yang mengirim nya.
Park Woojin
Orang yang di cintai nya
Happy Valentine. Terima kasih telah memberiku banyak cinta dengan kehadiranmu. Kau orang dengan hati yang paling lembut yang pernah ku temui. Jangan pernah lelah dengan kebaikanmu. Masih banyak orang yang membutuhkannya.
Tertanda
Teman rahasiaPemuda itu terkekeh, kemudian tersenyum tipis.
"Teman rahasia apanya, hanya Woojin Hyung yang bisa menulis seperti ini"
Guanlin mencium lembut kertas itu.
"Aku tidak pernah percaya perkataan satu detik sama dengan seribu tahun tanpamu. Tapi, aku merasakannya. Aku tidak melebih-lebihkan hal ini.
Woojin Hyung, aku merindukanmu"
***
Baru pertama kali mereka ke tempat ini. Rumah minimalis dengan berbagai alat musik. Rumahnya Lee Daehwi. Di ruang tengah Daehwi telah menyiapkan kamera beserta peralatan internet. Mereka ingin menghubungi Guanlin yang berada jauh di sana.
Kenapa perlu dengan alat lengkap?
Jiwa perfeksionis Daehwi yang memanggil semua hal ini. Mereka ingin mengirimkan sebuah lagu untuk teman mereka itu.
"Bukankah lebih baik kita menyanyikan bersama?" Tanya Woojin.
"Tidak, kalian saja aku sudah menyiapkan lagu tersendiri"
"Woojin, biarkan dia! Si Jaehwan hanya ingin pamer karyanya. Lagi juga mana sudi ia menyanyikan laguku"
"Lihat kan, Woojin. Yang memulai pertengkaran kami itu Daehwi. Darah tingginya naik lagi. Seharusnya kau tidak makan kimchi pedas semalam"
"Aku tidak makan. Kau saja yang membuat orang kesal"
Tangan Woojin meraup wajah keduanya.
"Sudahlah, Daniel Hyung akan menjemputku sore ini, ayo mulai saja"
Ia mengatakan seperti itu namun. Jantungnya berdetak tak karuan. Walaupun dengan menggenggam microphone sekeras mungkin. Kegugupannya tidak hilang.
Daehwi mensetting nya seperti studio profesional.
"Apa sudah terhubung?"
Tanya Daehwi pada Jaehwan yang sedang duduk tidak jauh dari kamera. Woojin duduk di salah satu dari dua kursi yang di sediakan Daehwi. Tangannya berada di paha. Menggenggam erat paha miliknya.
"Sudah"
Jaehwan menjawab.
"Hei, hei ... Guanlin-ah, apa kau dapat mendengar ku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Shining NPC
RomancePark Woojin ? tidak kenal. Begitulah pandangan pertama Guanlin terhadap Woojin, bukan apa-apa. Fokusnya hanya tertuju pada Jihoon dan Daniel, orang yang kemampuannya di atasnya. "Pasti kau lupa namaku Park Woojin". Sekelompok dengannya membuat ia me...