L.O.V.E

206 32 20
                                    

Mimpi musim panas. Ketika suhu terlalu panas. Keinginan yang berada jauh di dalam hatimu akan muncul ke permukaan. Hari ini bukan musim panas. Namun, suhu tubuh pemuda tinggi itu menyamakan suhu musim panas.

Membuatnya berkhayal. Pemuda yang di cintai nya terlihat sangat dekat. Menempelkan bibirnya dengan bibir pemuda tinggi itu. Dengan seringai manis mengatakan hal itu.

"Aku mencintaimu Guanlin-ah"

Ia pun tersenyum balik padanya.

"Aku juga mencintaimu, Woojin Hyung"

Setelah itu pemandangan menjadi putih.

"Guanlin...Guanlin..." Suara lembut membangunkannya.

"Guanlin, apa kau bisa berdiri?" Mata pemuda itu menoleh pada seseorang yang memanggilnya.

Mimpi?

Ia berusaha mengumpulkan kesadarannya. Tubuhnya basah dan lengket di tambah dengan panas yang masih melekat. Namun, ia masih berusaha untuk bangun.

"Minhyun Hyung?"
"Woojin meneleponku. Kau demam. Aku sudah meminta izin pada gurumu. Kita akan pulang sekarang"

Guanlin mengangguk lemas. Orang itu memapahnya. Membawanya ke dalam mobil. Ketika di dalam mobil, samar-samar ia melihat pemuda Tan itu berbicara pada Minhyun.

Apa itu benar mimpi?

Guanlin memegang bibirnya. Hal itu terasa nyata.

Ia sudah tidak dapat menahan perasaannya. Perasaan yang jauh di dalam lubuk hati tiba-tiba mencuat ke permukaan. Rasanya ... Rasanya ... Apapun yang akan terjadi ia ingin mengatakannya.

Apa tidak ada jalan kembali?

***

"Panasnya sudah turun?"

Pemuda itu mengerutkan alisnya. Membuka matanya perlahan. Pria paruh baya di depannya tersenyum.

"Papa?"

Pria itu memeluknya dengan erat. Menggoyangkan ke kanan dan kiri saking riangnya.

"Guanlin! Papa kangen! Papa segera ke sini dari Taiwan setelah mendengarmu sakit ..."

Pria paruh baya itu memegang pipi Guanlin hingga mulutnya mengkerut.

"... Tidak biasanya kau sakit hingga pingsan. Kenapa kau memaksakan diri seperti ini ..."

"Aku hanya sedang ingin berusaha sedikit Papa..."

"Berusaha?"

"Aku melihat temanku yang selalu berusaha dengan keras. Ia pantang menyerah. Akan tetapi, ada saat-saat ia terjatuh dan benar-benar tak bisa berdiri. Saat itu ia tak bisa mengatakan hal itu pada siapapun. Ia merasa dengan kerja keras mungkin ia bisa mengubah keadaannya.

Aku ingin berada di tempat yang sama dengannya. Aku ingin menjadi pundak yang cukup kuat untuk menjadi sandarannya.

Maka dari itu, ku pikir sakit waktu itu karena aku yang terlalu manja. Aku ingin menunjukkan ketika aku sakit pun aku bisa melaksanakan tugas ku dengan baik. Namun... Hehe...hasilnya aku malah terjatuh dan terlihat lemah di depannya"

Ayah Guanlin membayangkan seseorang yang berada di cerita Guanlin. Gadis yang tegar dengan rambut panjang yang terikat. Memiliki mata yang tajam namun manis. Dengan senyum yang percaya diri.

"Kau sangat mencintai orang itu, yah Guanlin"

Guanlin menunduk. Menutup sebagian wajahnya.

"Apa papa marah?"

Shining NPCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang