HAPPY READING!🎀
•••
Akad nikah sudah berlangsung beberapa jam yang lalu, kini Daksha tengah berdiri bersama Ghailan menyambut tamu yang sudah datang, hanya kerabat terdekat saja yang diundang oleh kedua keluarga tersebut.
Daksha meringis merasakan kakinya sudah pegal sedari tadi, rasanya ia ingin cepat-cepat kembali ke kamarnya dan merebahkan diri, ia sudah tidak sanggup.
Ghailan yang mengalihkan pandangannya dari tamu menuju Daksha, melihat perempuan itu meringis, "Duduk" ujarnya datar, merasa sedikit iba melihat Daksha yang kesakitan seperti itu,
"Hah?"
"Oh ngga, gapapa gue masih kuat" ringis Daksha setelah mengerti arah pembicaraan Ghailan.
Mendengar jawaban Daksha, Ghailan semakin menatap dingin Daksha yang membuat sang empu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Masuk kamar"
"G-gue-"
"Ada apa ini?" tanya seseorang ternyata itu adalah Vanya, ia menatap sang anak dan menantunya bergantian.
"Kecapean" ujar Ghailan singkat
Vanya mengangguk mengerti, "kalian masuk aja gapapa acaranya juga udah mau selesai, ghailan bawa istri kamu masuk, kasian mukanya udah kecepean gitu, tamu-tamu ini semua biar bunda yang urus"
"Bunda, gapapa emangnya?" tanya Daksha tak enak.
Vanya tersenyum hangat sembari mengelus pundak Daksha lembut, "Gapapa sayang, gih masuk"
•••
Sesampainya di kamar, Daksha langsung duduk ditepian kasur sembari melepaskan high heels yang sedari tadi melekat di kakinya, ia menghembuskan nafas lega, sangat tersiksa memakai sepatu seperti itu, ia tidak biasa.
Pintu terbuka manampilkan sosok Ghailan yang telah berpakaian santai, mungkin sudah berganti baju dikamar tamu karna barang-barangnya pasti masih berada disana, lalu ia menghampiri Daksha dengan tatapan datarnya.
"Istirahat, jam 8 kita harus siap-siap beresin semua perlengkapan buat pindah ke rumah baru" setelah mengatakan itu, Ghailan melengos pergi meninggalkan Daksha yang tengah melongo.
"Dia beneran dokter yang waktu itu meriksa gue kan? ko beda banget perasaan" gumamnya memikirkan perubahan sikap Ghailan berbanding terbalik seratus depan puluh derajat saat dirumah sakit pasca hari itu.
"Ah udahlah ga penting banget" setelah itu Daksha bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum mengistirahatkan dirinya.
•••
Kini Daksha dan Ghailan sudah berada di kediaman rumah baru mereka, Daksha tidak menyangka ketika mengetahui Ghailan langsung membeli rumah baru untuk mereka dalam jangka waktu seminggu setelah Ghailan mengatakan bahwa ia yang akan bertanggung jawab atas apa yang sudah terjadi menimpa Daksha.
"K-kak, kamar gue dimana?" entah kenapa ketika Daksha mencoba berbicara pada Ghailan, reaksi tubuhnya selalu menunjukkan kegugupan, mungkin penyebabnya karna aura dingin yang menguar pada tubuh Ghailan, apalagi tatapan itu, membuat bulu kuduknya bergidik ngeri.Ghailan menoleh ke arah Daksha, menatapnya seperti biasa, ia bisa melihat reaksi Daksha, sangat kentara sekali bahwa ia sedang gugup, atau mungkin takut?
Tanpa Daksha ketahui, Ghailan menyunggingkan senyum tipis, sangat tipis terlihat seperti seseorang yang sama sekali tidak tersenyum.
"Dilantai atas pintu berwarna putih, bukan kamar kamu saja, tapi kamar kita!" ucapan yang membuat Daksha sontak melotot ke arahnya.
"G-gabisa, g-gue maunya tidur sendiri" Daksha merutuki dirinya sendiri, kenapa di saat-saat seperti ini bibirnya tetap mengucapkan kata-kata yang terlihat gugup, sial.
"Saya tidak terima penolakan nala!" tegasnya, masih dengan wajah dingin, benar-benar kulkas, batin Daksha kesal.
"Nala!, sekarang istirahat, nanti saya menyusul" titah Ghailan ketika mendapati Daksha malah melamun.
"Ah iya" Daksha langsung pergi menuju lantai atas, lagi pun Daksha ngeri jika tidak mengikuti perintah pria kulkas itu, apalagi ketika barusan mendengar dia berbicara tegas.
Setelah dilantai atas ia menemukan satu-satunya pintu berwarna putih yang Ghailan sebutkan tadi karna beberapa pintu yang ia lihat dilantai ini semua bernuansa coklat.
Ketika sudah membuka pintu tersebut, Daksha dibuat tercengang dengan apa yang ia lihat, kamar ini, kamar ini 3x lebih luas daripada kamarnya, dengan berbagai furnitur didalamnya bernuansa putih, warna kesukaannya, Daksha tak habis pikir, apakah Ghailan benar-benar seniat itu membeli rumah ini untuk mereka tinggali berdua saja, rumah yang sangat mewah.
Setelah sibuk menganggumi semua yang berada disini, Daksha merebahkan dirinya dikasur, tubuhnya benar-benar sangat lelah hari ini, apalagi ia tadi beristirahat hanya sebentar sebelum menuju kesini, tidak terasa setelah itu pun Daksha terlelap.Ceklek
Pintu terbuka menampilkan sosok Ghailan dan menghampiri Daksha lalu ikut berbaring di sebelah perempuan yang sekarang bersandang status istrinya, ia tersenyum tipis mendekatkan diri ke arah Daksha, meraih pinggang tersebut untuk didekap, dengan lembut ia mengelus perut rata istrinya itu, lalu mencium kening Daksha,
"I got you, babe!"
•••
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK💗
KAMU SEDANG MEMBACA
KLANDESTIN
Teen FictionCvr by ©pinterest °FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA° ⚠️WARNING [17+] ⚠️ Terdapat banyak kata-kata kasar, adegan kekerasan, dan skinship Harap bijak dalam memilih bacaan. ••• Bagaimana jadinya jika seorang siswi harus terpaksa menikah dengan seseorang yan...