13• Klandestin

6.8K 216 0
                                    



HAPPY READING!🎀

•••

Sudah 3 hari setelah pulang dari kediaman keluarga Gautama, Daksha tiba-tiba terserang demam yang membuat Ghailan panik, Daksha sudah diperiksakan oleh dokter pribadi keluarga Gautama, katanya hanya kelelahan saja,

Kini Daksha duduk bersandar di kepala ranjang tengah disuapi oleh Ghailan, semenjak Daksha sakit Ghailan dengan telaten merawat Daksha, ia sampai memilih tidak pergi kemana-mana hanya untuk menjaganya.

"Udah" ujar Daksha enggan memakan bubur yang sudah dibuat Ghailan, bukan tidak enak pasalnya Daksha kenyang dan memang tak suka dengan makanan yang bernama bubur itu.

"Sedikit lagi nala, perut kamu harus diisi sebelum minum obat" ujar Ghailan.

"Gamau" kekeuh Daksha.

"Suka banget ya bikin aku marah, hm?" geram Ghailan mencoba menahan emosinya.

Mata Daksha berubah menjadi berkaca-kaca, entah kenapa setelah hamil Daksha jadi sering menangis, ia merasa cengeng akan hal-hal kecil seperti sekarang ini.

Ghailan menghela nafas dalam, jika sudah begini Ghailan pun tidak bisa memaksa, Ghailan meletakan mangkoknya ke atas meja nakas.

"Sekarang minum obatnya, biar cepet sembuh" titah Ghailan sembari menyodorkan beberapa obat dan air minum ke arah Daksha.

"Gamau, pait" cicit Daksha yang masih bisa terdengar oleh Ghailan, selalu begitu.

Ghailan sudah tidak aneh dengan ini, Daksha memang tipe orang yang tidak bisa menelan obat utuh, dari kecil jika Daksha sakit Aziel sang kakak akan meremukan obatnya terlebih dahulu atau sengaja membeli obat sirup yang bisa Daksha konsumsi, jika tidak begitu Daksha akan kekeuh tidak ingin meminum obat.

"Mau aku kasarin, hm?"

Daksha menggeleng dengan mata berkaca-kaca.

"Gabisa nelannya", kata itu selalu keluar ketika Daksha akan disuruh meminum obat, tak asing lagi bagi Ghailan.

Ngomong-ngomong tentang obat, sama hal nya dengan vitamin yang dokter Siska anjurkan waktu itu, Daksha tidak akan meminumnya jika tidak dihancurkan terlebih dahulu oleh Ghailan.

"Aku hancur in dulu" ujar Ghailan sembari bangkit tetapi urung karena ditahan Daksha.

"Pait"

"Makanya coba telan obatnya utuh, belajar biar ga pahit, nala!"

Sudah habis kesabaran Ghailan dibuatnya, ia menatap datar Daksha.

Ghailan memasukan obatnya ke dalam mulutnya sendiri disusul air minum, lalu mendekatkan diri ke arah Daksha.

"M-mau ngapain kamu?" Daksha memundurkan sedikit tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan Ghailan, Daksha was-was dengan apa yang akan Ghailan lakukan.

Ghailan tak tinggal diam, dia menarik tengkuk Daksha sampai bibir mereka berdua bertemu menggigit bibir Daksha sampai terbuka lalu mendorong obat dan air yang sedari tadi Ghailan tahan ke dalam mulut Daksha agar ditelan.

Daksha memberontak sekuat tenaga untuk dilepaskan, Ghailan melepaskan pangutan mereka, menatap Daksha yang kini sedang terengah-engah sambil bercucuran air mata.

KLANDESTIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang