HAPPY READING!🎀•••
Daksha berjalan menelusuri jalan yang mengarah menuju taman komplek perumahannya, sore ini ia sedang mengidam untuk memakan eskrim, dengan terpaksa Daksha harus berjalan kaki karna sampai sore hari begini Ghailan belum pulang juga.
Mata Daksha berbinar ketika sudah mendapati penjual eskrim disana, dengan langkah terburu-buru Daksha menghampiri penjual eskrim tersebut,
"Mang mau satu ya rasa vanilla pake toping ereo" pesan Daksha yang langsung disiapkan oleh penjual eskrim itu,
Setelah mendapati eskrim tersebut Daksha memilih untuk duduk dibangku sekitar taman, menikmati eskrim dengan suasana sore hari yang damai, Daksha mengedarkan pandangannya ke segala arah, banyak anak kecil disini, mereka asik dengan kegiatannya seperti bermain bola, menaiki ayunan dan perosotan yang tersedia dengan didampingi para orang tuanya, Daksha mengelus perutnya, sempat menerawang jauh jika anaknya ini lahir mungkinkah ia akan seperti para orang tua disana? yang menemani anaknya bermain, Daksha terkekeh geli dengan pemikirannya sendiri, sangat menggemaskan.
Daksha masih anteng memandangi para manusia disana sembari menikmati eskrimnya yang hampir habis, sampai pada akhirnya ia memusatkan perhatian pada satu titik yang dirasa Daksha cukup mengenalnya walaupun tidak terlihat wajah hanya punggung tegap seseorang disana.
"A-ayah?" gumam Daksha sembari memfokuskan pandangannya menatap seorang pria paruh baya dengan menggenggam tangan seorang gadis kecil tak jauh dari tempat Daksha duduk.
"Itu ayah sama anak kecil siapa?" masih dengan bergumam meyakinkan penglihatannya bahwa ia tak salah lihat, ayahnya terlihat sangat dekat dengan gadis kecil itu, kini banyak pertanyaan yang sudah bersarang diotaknya.
Daksha ingin bangkit menghampiri mereka tapi ia urungkan ketika mendapati suara berat menyapa indra pendengarannya,
"Hi Daksha" sapa seseorang yang membuat Daksha menoleh dengan tatapan terkejut,
"K-kamu—"
Kejutan apalagi ini ya Tuhan.
•••
Ghailan memasuki sebuah unit apartemen setelah memasukan sandi yang ia ketahui, menghampiri seseorang yang tengah meringkuk di sofa depan tv sembari memberikan sebungkus plastik kearah orang tersebut.
"Aku kira kamu gabakal datang, terimakasih riga!" ujar Chara sedikit parau, Ghailan hanya mengangguk menanggapi setelahnya Ghailan ingin kembali berbalik pergi tapi tangannya dengan tiba-tiba ditahan oleh Chara.
"Mau kemana?" tanya Chara.
Ghailan menoleh dengan tatapan datar, "Balik"
"Gaboleh, kamu harus temenin aku disini riga! aku lagi sakit" ujar Chara sembari berusaha bangun dari baringnya.
"Gue ada urusan" timpal Ghailan masih dengan raut datar, Chara menatap Ghailan dengan raut sedih.
"Kamu berubah" lirih Chara,
"Padahal aku masih pacar kamu, kenapa kamu seolah-olah gapeduli lagi sama aku?!" kini Chara sudah terpancing emosi mengingat bagaimana sikap Ghailan yang berubah kepadanya setelah ia memutuskan untuk balik lagi ke negara ini.
Ghailan menghempaskan tangan Chara lalu berbalik pergi meninggalkan Chara tanpa menanggapi,
"RIGA!"
Ghailan menghentikan langkahnya dilobby apartemen ketika mendapati ponselnya berdering, menampilkan nama Emilio disana.
'Kenapa?'
'Dia balik, bang'
•••
Daksha menoleh ke arah pintu utama yang menampilkan sosok Ghailan baru pulang ke rumah, kini jam menunjukkan pukul 20.30 malam Daksha masih setia duduk diruang tamu sembari menonton tv, ah ralat tapi tv yang menonton Daksha, karna sedari tadi Daksha tidak benar-benar memperhatikan tv tapi sibuk melamun entah memikirkan apa.
"Kok belum tidur hm?", Ghailan mendudukkan dirinya di sebelah Daksha sambil mengusap kepala Daksha lembut.
"Dari mana kok baru pulang?", bukannya menjawab Daksha malah balik bertanya.
"Kan tadi aku udah bilang kumpul sama anak-anak" ujar Ghailan masih dengan mengusap kepala Daksha, Daksha hanya mengangguk menanggapi.
"Udah makan?" tanya Daksha, yang dibalas gelengan dari Ghailan.
"Makan dulu, gue udah siapin makanannya di meja makan, gue yang masak sendiri semoga lo suka" ujar Daksha,
"Pasti aku suka, ayo kamu juga makan" ajak Ghailan ingin bangkit berdiri dengan menggandeng tangan Daksha tapi terhenti,
"Lo aja, gue udah makan"
"Gue mau ke kamar, ngantuk, sorry gabisa nemenin lo malam ini", setelahnya Daksha bangkit pergi menuju kamarnya dilantai atas.
Ghailan yang melihat itu hanya terdiam, merasa ada yang aneh dengan tingkah istrinya itu.
•••
Daksha merebahkan dirinya dikasur menatap langit-langit kamarnya, menghela nafas lelah, entahlah hari ini rasanya lebih melelahkan, bukan secara fisik tapi batin dan pikirannya yang sedari tadi berkecamuk.
"Gue jadi kangen bang aziel, beberapa bulan ini kok dia gapernah ngabarin gue lagi ya " gumam Daksha, mengingat abangnya itu yang kini tengah menempuh pendidikan di luar negeri.
Daksha mengambil ponselnya lalu mengetikkan nama Aziel disana untuk segera ia hubungi, setelah beberapa saat Daksha menunggu tidak juga ada jawaban dari sebrang sana, hanya ada suara operator yang terdengar.
"Sibuk banget keknya, sampe-sampe ga angkat telfon gue" ujar Daksha menghela nafas, ia meletakan ponselnya kembali dan mencoba menutup matanya untuk masuk ke alam mimpi,
Ting
tapi sepertinya takdir tidak mengizinkan Daksha untuk beristirahat dengan tenang kali ini, karna detik berikutnya perasaan Daksha kembali dibuat gusar ketika mendapatkan sebuah pesan di ponselnya.
+62 859xxxxxx
Nice to meet u again
•••
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK💗
KAMU SEDANG MEMBACA
KLANDESTIN
Teen FictionCvr by ©pinterest °FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA° ⚠️WARNING [17+] ⚠️ Terdapat banyak kata-kata kasar, adegan kekerasan, dan skinship Harap bijak dalam memilih bacaan. ••• Bagaimana jadinya jika seorang siswi harus terpaksa menikah dengan seseorang yan...