01• Klandestin

20.6K 600 0
                                    

HAPPY READING!🎀

•••

Tidak ada satu hari Daksha berada di rumah sakit, ia memutuskan untuk pulang ke rumah, ia tidak ingin berlama lama ditempat itu, rasanya sangat mual ketika ia harus terus-terus an mencium bau khas obat-obatan.

Kini Daksha sudah berada dirumah tepatnya sedang merabahkan dirinya dikamar, ia menatap langit-langit kamarnya meratapi nasib setelah ini bagaimana ia akan menjalani hidupnya.

Daksha dengan sadar mengelus perutnya pelan tetapi lama-lama ia meremasnya dengan kuat.

"Kenapa lo harus ada, disaat gue berharap lo gapernah hadir!" geramnya lirih

Tak terasa air matanya pun luruh seketika, ia sebenarnya bingung harus bersikap antara senang atau sedih, ia senang ketika tahu bahwa dirinya mengandung darah daging dari orang yang sangat ia cintai, tapi di sisi lain ia takut, takut akan ke kecewa an orang tuanya, dan ia juga takut bahwa anaknya akan lahir tanpa seorang ayah, melihat keadaan sekarang yang dimana Aarav tidak pernah mengabarinya lagi.

Dadanya kembali sesak, ia mengehela nafasnya pelan lalu mengambil ponselnya, mengecek siapa tau kekasihnya kali ini memberi kabar, dan setelah itu ia akan memberi tahu keadaannya sekarang, ia memusatkan tujuanya membuka aplikasi berwarna hijau, dan seketika ia bangkit dari kasur ketika menyadari bahwa pesan yang ia kirim kepada aarav memperlihatkan ceklis 2 berwarna biru yang artinya Aarav sudah aktif dan membacanya, setelah 1 bulan menunggu akhirnya ia bisa menghubungi Aarav kembali, tapi wajahnya kembali murung ketika ia sama sekali tidak mendapatkan balasan dari Aarav.

"Gapapa sha!, mungkin aarav masih sibuk, makanya dia ga bales chat lo, jangan sedih!" ujarnya menyemangati diri sendiri,

"Tapi apa gue coba aja ya buat telfon dia, siapa tau dia masih aktif" gumamnya sembari memperhatikan icon call di pojok roomchatnya, dan setelah beberapa detik menimbang-nimbang, ia memutuskan untuk menelefon aarav,

Ia mengigit bibirnya gugup ketika melihat diatas profil Aarav memperlihatkan tulisan ringing, setelah itu terdengar suara seseorang disebrang sana yang membuat jantung Dakhsa berdetak tak karuan.

'Halo'

Daksha seketika menitikan air matanya

'H-halo rav, kamu kemana aja?' lirih daksha to the point.

'Gue sibuk sha, sorry sebelumnya karna gue ga ngabarin lo sama sekali'

Daksha menjauhkan ponsel dari telinganya, rasanya asing sekali ketika nada suara dan gaya bahasa Aarav berubah.

'kamu kenapa? kenapa gaya bicara kamu berubah?'

'Gapapa sha, gue sibuk sorry ya gue tutup telfonnya'

'Tunggu rav! ada yang mau aku omongin sama kamu'

'Apa?'

'Aku hamil rav, aku hamil anak kamu'

Hening di sebrang sana, lalu sedetik kemudian ucapan Aarav membuat hati Dakhsa seperti ditikam belati berkali-kali.

'Itu bukan anak gue'

Tut ... Tut

Aarav dengan teganya mematikan sambungan telfon secara sepihak, Tubuh Daksha meluruh kelantai, air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi, ia benar-benar meratapi nasibnya sekarang, ia sudah menduga sejak awal bahwa Aarav tidak akan mengakui darah dagingnya, ia menundukkan kepalanya di lipatan tangan yang ia tumpukan pada lutut, ia terisak menyedihkan, sesekali ia meremas perutnya kencang, ia benar-benar benci hidupnya sekarang.

KLANDESTIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang