03• Klandestin

14K 443 0
                                    



HAPPY READING!🎀

•••

Daksha menuruni anak tangga dengan seragam sekolah yang sudah melekat di tubuhnya, sekarang pukul 06.45 masih ada waktu sekitar 30 menit lagi untuk pergi ke sekolah, ia berniat ke dapur untuk membuat sarapan terlebih dahulu, mungkin sekedar membuat sandwich untuk mengganjal perutnya sementara.

Tetapi setelah sampai di depan pintu dapur, Daksha dibuat bingung dengan kehadiran Ghailan disana, ia kira Ghailan sudah berangkat kerja karna sedari ia bangun tidak menemukan Ghailan di kamarnya.

"Lo, ngapain?" tanya Daksha yang membuat sang empu menoleh ke arah pintu dapur, dan menatapnya seperti biasa, dingin.

"Kemana?" bukannya menjawab, Ghailan malah balik bertanya dengan ekspresi tak suka ke arah Daksha.

"S-sekolah lah!" gugup Daksha, tatapan itu seakan menginterogasinya.

"Emang ada yang izinin kamu buat sekolah?" tanya Ghailan masih dengan raut yang sama.

"Ganti baju, setelah itu kembali kesini buat sarapan!" titah Ghailan sembari meletakan 2 piring nasi goreng yang sudah ia buat.

"Ga!, gue mau pergi sekolah!" kekeuh Daksha berniat pergi dari sana.

"Mau ngapain kesana? kamu sudah bukan bagian siswa disana lagi"

Daksha yang mendengar itu lantas menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Ghailan, "Maksudnya?"

"Kamu sudah dikeluarkan dari sekolah itu, atau lebih tepatnya saya yang ingin kamu berhenti sekolah"

Daksha mengepalkan tangannya, ia menatap nyalang ke arah Ghailan.

"Lo harusnya minta persetujuan gue kak!, jangan asal ngambil keputusan seenak jidat!" geram Daksha, matanya mulai memerah menandakan akan segera menangis, ia memang cengeng.

Ghailan mendekat menghampiri Daksha, menatapnya lekat, "Saya gaperlu persetujuan dari kamu, saya ambil keputusan ini juga untuk kebaikan kamu, nala"

"Saya gamau hal buruk terjadi pada kamu, dan bayi yang ada didalam kandungan kamu" lanjutnya, baru kali ini Daksha mendengar Ghailan berbicara sepanjang ini.

"Gue masih pengen sekolah" gumam Daksha yang masih bisa didengar oleh Ghailan.

Lalu tiba-tiba Daksha meremas perutnya kencang, air matanya sudah meluruh membasahi pipi, "Seandainya bayi sialan ini gada, ini semua gakan terjadi!"

"Gue gaakan berenti sekolah, gue gakan ditinggal aarav, dan gue gakan nikah sama lo kak, harusnya gue gugurin lo sialan!" teriak Daksha frustrasi, ia memukul mukul perutnya trus menerus, Ghailan yang melihat itupun menggeram marah, ia menarik lengan Daksha dan mencengkramnya erat menuju kamarnya.

Daksha meringis merasakan pergelangannya yang perih, ia mendongak menatap punggung Ghailan yang sedang menarik tangannya,

"S-sakit, lepas!"

Sesampainya dikamar, Ghailan membanting tubuh Daksha dikasur, tidak terlalu keras tapi cukup membuat Daksha meringis kaget.

"Jaga ucapanmu, atau aku bakal robek mulut itu kalo kamu berbicara sembarangan lagi!" desis Ghailan, ia mengubah gaya bicaranya tidak se formal biasanya

"Jangan berani berbuat macam-macam pada anakku kalo kamu gamau terima akibatnya!" lanjut, setelah itu Ghailan pergi dari sana.

BLAMM
CEKLEK

Pintu dibanting kuat dan sudah dipastikan bahwa Ghailan menguncinya dari luar, Daksha semakin terisak, padahal baru sehari ia menikah tapi sudah mendapatkan hal seperti ini.

KLANDESTIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang