7: Bangun

69.7K 2.5K 65
                                    

Claritta terbangun dengan posisi yang tidak mengenakkan. Posisi yang sebelumnya berada di sisi kanan ranjang dan kaki mengarah ke selatan, kini sudah berada di tengah dengan kaki mengarah ke barat.

Seperti jarum jam, begitu yang ada dalam pikirannya. Detik berikutnya ia bangun dengan gerakan cepat, menoleh ke kiri dan kanan. Azelf tak berada di sekitarnya.

Ketika menengok ke lantai, pria itu tengah tertidur beralaskan beberapa selimut dan masih tertidur lelap. Claritta tersenyum miring. Tidur jeleknya mampu mengusir Azelf.

Tanpa membangunkan pria itu, ia bangkit dari kasur dan menuju wall in closet. Alis tertaut mencari keberadaan kopernya yang tak ada di mana-mana.

Claritta mendengkus. Ia menuju lemari Azelf, belum sempat menggeser, pantulan dirinya di cermin membuat alis menyatu.

"Gue tidurnya bar-bar banget," komentarnya.

Jari-jari menyentuh tiga kancing yang terbuka, memperlihatkan gundukan dadanya. Beruntung Claritta masih mengenakan bra saat tidur, jika tidak, Azelf akan kesenangan melihat gaya tidurnya yang amburadul.

Setelah piyamanya terkancing rapi, Claritta kembali menggeser satu persatu pintu lemari Azelf, mencari keberadaan bajunya di sana.

"Lo ngapain, sih, pagi-pagi udah kebakaran jenggot." Suara Azelf terdengar dari arah pintu.

Khas bangun orang tidur, mata sayu, dan wajah kusut, sepertinya kesal terbangun dengan cara tidak terhormat.

"Baju-baju gue mana?" Claritta bertanya seakan mengibarkan bendera perang.

"Di lemari itu!" Azelf menunjuk dua lemari yang berada di sudut.

Claritta menatap lama. Sungguh, ia baru melihat dua lemari itu, sebelumnya tidak ada di sana. Apakah baru?

"Itu masih baru, nyokap gue yang tambahin lemari di sini kemarin, katanya buat lo. Terus semalam waktu lo udah tidur, nyokap lo datang buat masukin baju-baju di situ. Tapi koper lo dibawa pergi," jelas Azelf.

Claritta terfokus pada kata-kata terakhir. Perasaannya mulai tak enak, melangkah ke lemari tersebut, ia mencari pakaian yang dibawanya dari Canada.

Nihil, tak ada. Semua yang ada di sana adalah pakaian baru, bahkan baju dalam juga begitu. Claritta mendengkus ketika mendapati piyama yang sering digunakannya, diganti dengan lingerie kekurangan bahan.

Azelf bersiul di belakangnya, dan itu membuat Claritta merinding.

"Gue boleh pilih buat yang malam ini?" Azelf mengangkat satu per satu pakaian menerawang itu, berbagai macam warna ada. "Yang putih," ucapnya setelah memilih.

Kesal, Claritta menginjak kaki pria itu. "Jangan ngeledekin gue!" bentaknya.

"Sakit, woi!" Azelf meringis sembari memegang kakinya. "Sialan, gue bisa pincang jalannya!"

Claritta tak peduli, ditinggalkan pria yang masih meringis itu, menuju kamar mandi. Beginilah kehidupan yang harus ia dijalani.

Claritta berencana akan membeli piyama yang lebih aman untuk dikenakan malam. Namun, detik kemudian ia meringis mengingat isi dompetnya yang kosong, begitu pula rekeningnya.

My CEO is My Husband (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang