1. Permulaan

43 1 0
                                    

Minggu pagi, Letta dan Keyla menyusuri taman di komplek rumahnya seraya berpegangan tangan, dengan baju yang senada, mereka nampak seperti seseorang yang sedang berbicara kepada diri sendiri.

"Besok ya?"

Keyla menoleh, "Ya, besok." Letta tersenyum kemudian menundukkan kepalanya.

Sejak sekolah dasar, Keyla dan Letta tidak pernah sekolah di sekolah umum layaknya anak kembar biasa, selalu homeschooling. Papa dan mamanya merasa bahwa putri kembar mereka perlu sedikit perhatian ekstra, terutama Letta. Fisiknya sedikit lebih lemah daripada Keyla. Dan tahun ini mereka akan mengenyam bangku sekolah menengah atas, yang mana kedua orang tuanya memutuskan untuk menyekolahkan mereka di sekolah umum.

Entah apa alasannya, yang jelas Keyla dan Letta senang akhirnya senang bisa bertemu kawan baru. Namun, sepertinya Letta butuh adaptasi yang lebih lama, karena.. saat ini saja jantungnya terus berdegup dengan kencang karena sadar bahwa hari esok adalah hari pertama mereka memulai kegiatan belajar di lingkungan yang baru dan pastinya asing bagi mereka.

"Santai saja Ta, jangan gugup. Kalau kau gugup, akupun akan turut gugup."

"Hahaha iya maafkan aku. Ngomong-ngomong, apa kau sudah menyiapkan semuanya?"

Keyla mengangguk untuk menjawab pertanyaan Letta. Walaupun Letta tahu bahwa kembarannya seringkali melupakan hal yang seharusnya dipersiapkan, ia tetap memercayainya.
What a great twin couple, huh?

"Menurutmu, apa kita akan ditempatkan di satu kelas yang sama?"

Letta bergeming. Pertanyaan yang terlontar dari bibir kembarannya itu menarik juga. Setiap masa mereka selalu bersama, kapanpun dan dimanapun, mereka terpisah hanya karena pengobatan Letta saja, sisanya selalu bersama.

"Entah. Sepertinya asik juga kalau kita terpisah. Aku bosan melihat wajahmu."

Keyla memalingkan wajah pada Letta dengan cepat. Mata melotot beserta raut keterkejutan di wajahnya membuat Letta ingin tertawa.

"Hey manusia! Kau berbicara seperti itu seakan wajahmu lebih bagus dari wajahku saja."

Tawa Letta pecah.

***

"Hey Key! Kita sekelas rupanya, kukira akan terpisah karena A dan K berjauhan."

Keyla yang sedang memperhatikan seseorang itu lantas terkejut dengan seruan Letta, dan segera memfokuskan pandangannya pada kertas yang tertempel di mading. "A dan K memang berjauhan, namun K dan L bertetangga." Letta tertawa mendengar lontaran kalimat Keyla, kemudian mereka memasuki kelas yang masih lumayan sepi.

Keyla, gadis itu menghadirkan seseorang di pikirannya yang sempat membuatnya hilang fokus sebelum Letta berseru padanya. Seorang pemuda berperawakan tinggi tegap dengan kulit coklat yang begitu memesona, mata tajam seolah dapat menusuk hanya dengan menatapnya, hidung bangir bak seludang, membuat Keyla tak mampu memalingkan pandangannya. Bahkan ia merekam setiap detail wajah itu, mengingatnya, dan berencana untuk membuat wajah itu permanen di otaknya.

"Kau ingin kita duduk berdampingan, atau bagaimana?"

"Berdampingan saja. Aku tidak mengenal mereka."

Keyla tersenyum aneh kemudian berkata. "Kau pikir aku mengenal mereka semua?" Yang dibalas dengan cengiran lebar khas Letta.

Lentera Nusantara. Sekolah menengah atas swasta yang dipercaya menjadi satu-satunya sekolah swasta favorit di kota ini. Apalagi dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkan, menjadi daya tarik tersendiri bagi non-siswa untuk merengek pada orang tua untuk mendaftarkan namanya di Lentera Nusantara. Keyla sudah mencari tahu apa-apa saja yang ia harus ketahui tentang sekolahnya.

BraggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang