14. Untung Batu Tenggelam

12 1 0
                                    

Note :
Hey guys, R here!

To be honest I prefer to read these two parts at night, in order to have the atmosphere and that kind of feel to get the right emotion ahaha.

These two parts, especially this one, are the killing parts of this story, more of like the core of the whole book.

Sebagai penulisnya (2 tahun lalu ahaha) aku rasa part ini memang inti dari buku ini, dan aku menunggu-nunggu part ini muncul ke permukaan karena ibarat rumah, pagar dari penyiksaan tokoh utama ada di part ini ahaha (ketawa jahat).

Well, hope you guys enjoy it~

Aaa I'm scared *fingercrossed >_<

Stay safe and healthy!

Bye~ x

-

Minggu pagi yang cerah disambut riang oleh gadis berkalung Yang ini. Senyumannya merekah seiring langkah kakinya menuju kuda besi milik kekasihnya.

"Selamat pagi, duniaku." Ucap Marco seraya membukakan pintu penumpang depan.

Letta hanya dapat tersenyum manis dengan pipi yang merona kemudian masuk ke dalam mobil. Mereka berencana mengunjungi perpustakaan kota karena entah mengapa Letta sangat ingin mengunjungi perpustakaan kota. Mereka melaju dan sampai tak lama kemudian di tujuan.

Di lain tempat, Keyla yang sudah lebih dulu keluar rumah dengan alasan ingin mencari udara segar, menarik nafasnya dalam-dalam. Ia benar-benar butuh udara pagi seperti ini setiap saat, untuk menetralisir hal negatif di otaknya. Beruntung kotanya memiliki angkutan umum gratis bagi siapa saja yang ingin berkeliling kota. Dan entah mengapa, hatinya membawanya ke tempat ini.

Ia berdiri di depan pintu dan melangkahkan kaki ke dalam. Setelah menuliskan namanya di daftar hadir, Keyla mulai menjelajahi perpustakaan yang sungguh bagai surga dunia bagi para kutu buku.

Perpustakaan ini terdiri dari tiga lantai serta tersedia meja dan kursi untuk membaca di masing-masing lantainya. Terdapat juga "Sudut Internet" di lantai dasar dimana para pengunjung bebas mengakses internet melalui perangkat yang disediakan. Buku-buku tertata rapi, tersusun berdasarkan abjad dan jenis buku untuk memudahkan para pengunjung memilih bahan bacaan mereka. Jajaran loker juga turut menjadi pemandangan yang mudah ditemui di perpustakaan ini, penggunaannya untuk memudahkan pengunjung menyimpan barang mereka. Walaupun tidak pernah ada kejadian pencurian atau laporan kehilangan barang di perpustakaan ini, pihak pengelola tetap saja ingin para pengunjungnya merasa aman dan nyaman.

Tak berselang lama, pendingin ruangan menyambut sepasang anak manusia yang baru saja menginjakkan kaki di perpustakaan megah ini. Setelah mengisi daftar hadir, mereka menyimpan tas di atas meja baca yang disediakan kemudian berselancar di rak-rak buku untuk menemukan buku yang nenarik perhatian mereka.

Ketika dirasa menemukan buku yang cocok, baik Letta maupun Marco akan kembali ke meja untuk membaca buku. Berbeda dengan Keyla. Gadis itu akan membaca buku dengan duduk di lorong dimana ia menemukan buku yang menarik perhatiannya, tidak pernah ada niatan untuk membaca di tempat yang sudah disediakan.

"Aku ingin menukar buku. Buku ini terlalu sulit untuk dipahami otak kecilku."

Letta tertawa kemudian menganggukkan kepalanya. Setelah menyimpan buku tersebut di tempat dimana ia mengambilnya, Marco berjalan menelusuri lorong-lorong rak, dengan teliti matanya memilah buku satu persatu.

Ketika sampai di lorong rak fantasi, matanya menangkap seorang gadis yang begitu ia kenal. Letta, kekasihnya. Terduduk sila seraya membaca buku dengan nyaman. Ia terkejut. Bukankah kekasihnya sedang membaca buku di meja yang mereka tempati?

BraggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang