19. Seperti Kersik Di Pulau

9 1 0
                                    

Ucapan syukur tak henti-hentinya terajut dari bibir Keyla. Masih dengan senyuman yang mengembang, wanita itu memasukkan beberapa alat pendeteksi kehamilan yang tadi ia gunakan dan semuanya menunjukkan hasil positif ke dalam sebuah kotak. Rencananya ia ingin memberi kabar bahagia untuk Marco ketika suatu hari suaminya itu kembali ke apartemen.

Tak ada yang dapat mendeskripsikan kebahagiaannya saat ini. Tanpa ragu, Keyla mengajak Fabian untuk bertemu di kafe biasa. Ia segera berganti pakaian dan menyampirkan tas kecilnya di bahu. Ia tak sabar ingin melihat reaksi sahabatnya ketika tahu bahwa dirinya hamil!

Sampai di kafe, mereka berbincang seperti biasa yang. Awalnya Fabian bingung karena Keyla selalu tersenyum seolah dia adalah wanita paling bahagia di dunia ini.

"Hey kokiku, ada apa? Senyumanmu terus kau pamerkan."

Keyla makin melebarkan senyumannya. "Aku bahagia. Sangat bahagia." Melihat Keyla yang tersnyum lebar membuat Fabian turut menerbitkan senyumannya.

"Kau akan menjadi paman, Fabian. Aku hamil."

Senyuman perlahan pudar dari bibir Fabian, namun ia kembali tersenyum karena melihat Keyla yang amat bahagia. Kokinya itu terlihat amat bersemangat, bagaimana bisa ia menghancurkan senyuman indah itu dengan keterkejutan yang tak patut ia tampilkan?

Fabian menarik Keyla ke dalam pelukannya. "Selamat, aku senang mendengarnya."

"Terimakasih. Kau akan menjadi paman yang baik, Fabian."

Fabian melepas pelukannya, ia kemudian bertanya pada Keyla apakah wanita itu sudah pergi ke dokter kandungan, dan Keyla menjawab dengan jujur bahwa ia belum pergi ke dokter kandungan. Pemuda itu kemudian dengan lembut menarik tangan Keyla dan membawanya ke dokter kandungan.

***
"Usia kandungan Nyonya Keyla sudah berjalan tiga minggu. Di tri semester pertama, biasanya akan merasakan morning sickness, entah itu ibunya maupun ayahnya. Saya sarankan perbanyak makan makanan yang mengandung serat dan omega 3."

Fabian mengelus-elus tangan sahabatnya seraya tersenyum.

"Untuk calon ayahnya, tolong dijaga istrinya, jangan biarkan Nyonya Keyla melakukan hal-hal yang berat, walaupun hanya dalam pikirannya." Dokter menatap Fabian seraya tersenyum sedangkan yang ditatap tentu saja terkejut.

"Tapi aku--"

"Oh! Nanti ketika Nyonya Keyla merasa mual dan tidak kuat untuk mengisi perut, cobalah minum susu khusus ibu hamil. Setidaknya, isi perutmu untuk bayimu."

Setelah mendapat banyak nasihat tentang kehamilan dari dokter, merekapun pergi dan berencana untuk membeli susu khusus ibu hamil. Fabian, pemuda itu banyak mendengarkan nasihat dokter tadi, bahkan beberapa dari nasihat itu ditunjukkan padanya. Yah, setidaknya ia sudah memiliki bekal untuk istrinya di masa depan.

Dalam perjalanan, Keyla tiba-tiba saja meminta vomit bag karena perutnya terasa mual. Dengan sigap Fabian memberikannya kemudian menepikan kuda besinya, ia membantu Keyla dengan memijat tengkuk wanita itu. Padahal mereka baru saja berharap bahwa Keyla tidak akan merasakan mual yang berlebihan, ternyata harapan itu tidak terwujud.

Ketika sudah lebih baik, Fabian langsung menginjak gas menuju mini market terdekat untuk membeli susu khusus ibu hamil. Tanpa ragu, Fabian meminta Keyla menunggu di mobil karena ia yang akan membelinya. Dengan langkah pasti, Fabian menelusuri rak yang semuanya berisi susu khusus ibu hamil. Sial, ia bingung!

"Nak, berapa usia kandungan istrimu?"

Terkejut, Fabian memalingkan wajah ke samping. Seorang nenek berambut putih tersenyum padanya. Sepertinya seumuran dengan neneknya.

BraggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang