4. Njupuk Metu

23 1 0
                                    

Sudah 5 hari sejak pertama kali ia membuatkan bekal untuk Marco. Pak Guntur mengatakan bahwa Marco selalu menerima bekal makanan buatannya dan jika beliau belum mengantarkan ke kelasnya pada waktu istirahat, Marco sendiri yang akan turun dan mengambil bekal makanan pemberiannya. Informasi tersebut membuat Keyla semakin bersemangat membuatkan bekal untuk pujaan hatinya.

Oh, hari ini Njupuk Metu diadakan dan para relawan diminta untuk tiba di sekolah lebih pagi dari biasanya karena harus didandani terlebih dahulu oleh tim penata rias dari OSIS. Dan sekarang pukul 6 pagi, Keyla sudah siap dengan bekalnya, serta Letta yang sedang bersiap di kamarnya merasa begitu tegang sekaligus antusias dengan hari ini.

Kali ini mereka berangkat ke sekolah dengan mobil masing-masing. Letta yang sudah siap lebih dulu lantas langsung pergi ke sekolah setelah menerima bekal makan siang dari Keyla. Dan Keyla sendiri akan berangkat seperti biasa, saat ini saja ia belum menyelesaikan mandinya.

Pukul 7 tepat, Keyla tiba di Lentera Nusantara dan seperti biasa, ia menitipkan bekal makan siang kepada Pak Guntur untuk Marco.

Tanpa sepengetahuannya, sepasang mata menatap peristiwa penitipan bekal itu dengan lekat, seringaian muncul di bibir menawannya.

Setelah menyerahkan ponselnya, Keyla segera menyimpan tasnya kemudian mencari Letta. Yang ia tahu, para relawan yang akan dirias dikumpulkan di ruang OSIS. Dengan langkah bersemangat, gadis ini tak sabar untuk melihat wajah kembarannya.

"Letta!"

Pemilik nama menoleh membuat Keyla kian memperlambat langkahnya hingga berhenti tepat dihadapan Letta yang sedang mencoret-coret sesuatu di selembar kertas. Kulit putih seputih krayon, lingkar mata hitam, bibir merah berbentuk hati, serta tatanan rambut yang konyol.

"HAHAHAHA! Apa-apaan? aku bahkan tak mengenali wajahmu!" Tawa Keyla pecah. Apa ini? Ia kira kembarannya akan dirias secantik mungkin, agar banyak penawar yang meliriknya dan menawar dengan harga tinggi, nyatanya? Serupa dengan badut ulangtahun mereka yang ke-7! Belum lagi gaun putih panjang yang membuat Letta seperti tenggelam di dalamnya.

"Diam kau! Akupun tak mengerti mengapa mereka membuat wajahku menjadi seperti ini. Aku sudah protes, namun mereka bilang ini tradisi."

Gelak tawa Keyla masih terdengar, menularkan kegelian itu ke penjuru ruangan. Beberapa anggota OSIS turut tertawa mendengarnya. Pantas saja Kak Nindya menyebutkan bahwa Kak Fernando mengemas Njupuk Metu dengan unik, dan inilah rupanya keunikannya.

Nindya masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa pekerjaan divisi properti, dan tawa Keyla yang masih belum berhenti menelusup ke telinganya. Ia menepuk pundak Keyla membuat gadis itu teperanjat dan langsung menghentikan tawanya.

"Jahat sekali kau mentertawakan relawan yang sudah tulus mengikuti acara tahunan ini."

Keyla hanya menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal.

"Tapi tak apa, di tahun pertama akupun persis sepertimu ketika melihat kawanku. Terbahak tanpa henti. Tapi kemudian kakak tingkatku menegurku dan menjelaskan mengapa para relawan didandani seperti itu."

Keyla mendengarkan dengan saksama. Setelah relawan dibeli oleh penawar, seluruh make-up akan dihapus agar sang penawar dapat melihat wajah subjeknya dengan jelas. Bukan hanya relawan wanita, priapun sama. Setelah itu mereka akan makan siang bersama, kemudian subjek menjadi milik penawar selama 3 hari.

Nindya menjelaskan, Njupuk Metu tidak hanya melihat fisik, namun juga kepribadian dan kemampuan yang nantinya akan dibacakan ketika proses pelelangan berlangsung. Ketika subjek sudah terjual, barulah sang penawar boleh melihat wajah asli subjeknya.

Dan kertas yang sedang Letta isi adalah beberapa pertanyaan yang nantinya akan dibacakan ketika relawan dilelang.

"Key, ingatkan aku untuk menelepon dr. Dammar sore nanti. Aku akan menemuinya 3 minggu lagi. Jangan merindukanku!"

"Cih, aku bisa lihat wajahku sendiri di cermin." Tipikal Keyla, kalimat-kalimat yang dilontarkan seringkali konyol dan tak disangka-sangka.

***

"Relawan nomor 5, Arletta Ghani Wardoyo. Letta, gadis poliglot berumur 17 tahun ini gemar bercocok tanam. Ia menyabet medali emas pertandingan catur nasional serta menjadi juara pertama dalam kompetisi 'Mengharumkan Bangsa Dengan Alunan Nada' yang diadakan 3 tahun silam. Papanya adalah seorang pengusaha rotan sukses yang sekarang terjun ke dunia industri makanan di Indonesia. Mamanya seorang florist terkenal di Negeri Kangguru yang sekarang mulai masuk ke Indonesia. Dan tahun ini, adalah tahun pertamanya bersekolah di sekolah umum, karena di sini disebutkan, Arletta selalu home schooling sejak sekolah dasar. Letta tipikal gadis yang memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, tidak pandai berdandan namun mampu merawat diri dengan baik. Oh dan Ia juga sangat menyukai anak kecil."

Letta melangkah ke depan persis seperti apa yang dilakukan para relawan sebelumnya. Dengan jantung yang berdegup kencang, ia menebar senyumnya untuk menarik para penawar. Sejujurnya, ia tak suka dipertontonkan seperti ini. Hanya saja, demi anak-anak di luar sana yang nasibnya tidak seberuntung Letta, ia rela menjadi tontonan 3 angkatan di Lentera Nusantara. Kabarnya, ada alumni juga yang sengaja meluangkan waktu untuk melihat jalannya Njupuk Metu.

"Oh ada catatan kecil di bawah sini. 'Jangan pilih aku, atau kau akan jatuh cinta padaku.' Astaga, gentleman, bagaimana menurut kalian? Daya tarik Letta ini tinggi, bukan? Baik, seperti biasa, nominal dicantumkan dalam ratus ribuan rupiah. Harga dibuka dengan 2."

Astaga! Ia yakin 100% bahwa kembarannyalah yang menuliskan kalimat itu. Ia tak pernah bisa menyusun kalimat yang terdengar coquettish dan cheesy seperti itu. Dan itu adalah kelebihan Keyla!

"3."

"3. Ada yang ingin melampaui?"

"5."

"Baik, 5. Ada yang masih ingin melampaui?"

"7."

"Wow 7! Ada lagi? Tidak? Terjual kepada nomor 10 dengan harga 7!"

Seluruh hadirin bertepuk tangan dengan resmi terjualnya Letta. Sang Pembeli kemudian pergi ke belakang panggung untuk membayar serta bertemu Letta yang nantinya akan menghapus seluruh riasan di wajahnya. Letta menuruni panggung dengan wajah tertekuk kesal, sedangkan Keyla, ia terbahak melihat wajah kesal kembarannya karena seseorang yang membelinya adalah Finn, pemuda blasteran Indo-Inggris yang duduk tepat di hadapannya.

Ia paham bahwa kembarannya itu mengharapkan yang membelinya nanti adalah orang yang tidak mengenalnya, yang bukan kawan sekelasnya. Namun ternyata yang membelinya adalah orang terdekat mereka sejak menginjakkan kaki di Lentera Nusantara, selain Rasya tentunya.

tbc

Note :
Hi guys, R here!

I know it's "a bit" short tehehe, but I hope you like it. I apologize for late update, I've been busy these days, you know, onlines, didn't even have time to upload a single chapter so here's double update!

Ok then, stay safe and healthy~ x

BraggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang