Part of Life

2.4K 117 40
                                    


Changkyun belum pernah merasa semabuk ini sebelumnya. 

Ketika matanya terbuka, dan lagi-lagi sebelum alarm brengsek itu berbunyi, Changkyun sudah merasakan pening yang hebat. Bau alcohol masih tercium kuat bahkan setelah berjam-jam berlalu.

Tunggu, sepertinya Changkyun baru saja terlelap sekitar setengah jam. 

Insomnia brengsek itu juga pasti memberi banyak campur tangan. Changkyun berguling di atas tampat tidurnya. Mengacak-acak selimut berwarna abu-abu yang membelit kakinya. Sesuatu yang dingin menyentuh Changkyun, dan itu adalah botol-botol kosong yang malang.

Oh, ayolah. Dia tidak bisa menemukan paginya menyenangkan setelah bertahun-tahun.

Pemuda itu sekali lagi berguling dan menarik dirinya untuk duduk. Kepalanya berputar, dan cahaya yang lolos dari korden putih di jendela membuat mata Changkyun lebih sakit. Pemuda itu mengerang. Bangkit, terhuyung, muntah dan akhirnya berdiri tegak.

"Brengsek," makinya pada diri sendiri. Matanya menatap jijik cairan kekuningan yang dia muntahkan pagi ini. Sedikit keberuntungan karena dia muntah di lantai, apa jadinya jika dia muntah di atas tempat tidur. Sampai mati hiportermia pun Changkyun tidak akan tidur di sana lagi.

Changkyun terseok menuju kamar mandi. Tangannya bertumpu pada dinding apartment kecilnya dan tetap mencoba tidak menjatuhkan apapun lagi. Benar, acara mabuknya yang kemarinya lagi membuat Changkyun menghancurkan vas bunga putih yang mahal. Bagaimana mungkin Changkyun merelakannya?

Suara kucing dari arah dapur membuat Changkyun sedikit tersenyum. Cairan busuk di mulutnya hampir keluar lagi, jika dia berani menyapa kucing putihnya itu, habis sudah hari ini dia habiskan untuk membersihkan kekacauan. Apa yang akan terjadi dengan botol alcohol yang telah menunggu dengan sabar dalam lemari kaca?

Pemuda itu tahu dia harus sedikit lebih cepat. Menuntaskan acara paginya lalu keluar tanpa sehelai benang pun. Toh, siapa yang akan tertarik dengan tubuh kecil nan kerempeng ini? langkahnya mulai stabil setelah mengguyur dirinya sendiri dengan air dingin. Dia masuk ke dalam kamar kecil di samping tempat tidurnya, menyalakan lampu, lalu memilih pakaiannya sembarangan. 

Bertumpuk-tumpuk pakaian ada di sana. Menyelip di antara lipatan-lipatan selimut, handuk dan menyembul dari pintu lemari yang seharusnya tidak terlalu penuh. Jari tangan Changkyun menggaet selembar kaos berwarna kuning pucat ketika kepalanya tidak menoleh ke arah yang seharusnya.

Changkyun menjulurkan kepalanya keluar, melirik kucing putihnya yang duduk tenang di atas meja makan.

"Kucing itu menemukan kembali otaknya," Changkyun bergumam sembari meloloskan kepalanya dari kerah kaos yang akan dia pakai.

Kadang kala, ketika Changkyun terbangun dari tidurnya setelah mabuk semalaman, kucing yang harusnya manis dan lucu itu akan menghancurkan dapurnya. Bagaimana mungkin kucing itu selalu kelaparan, padahal Changkyun tidak pernah terlambat memberinya makan.

Tunggu, apa itu karna kucing itu betina dan membutuhkan pejantan?

Tidak bagus. Akan lebih banyak kucing gila di apartment ini jika kucing itu berhasil hamil.

Changkyun menggeleng. Dia mengambil peralatan untuk membersihkan kekacauan yang dia lakukan. Kucingnya mengeong dan menggosokan bulunya yang putih lebat ke kaki Changkyun yang telanjang.

Pemuda itu lalu berjongkok, mengusap bulu kucing itu dengan tangannya yang bebas. "Ayo kita lihat apa yang bisa kita makan hari ini," ujarnya.

Changkyun mengobrak-abrik lemari pendingin. Seharusnya masih ada sesuatu di dalam sana. Changkyun mencoba menemukan sesuatu  yang lumayan layak masuk ke dalam lambung. Pemuda itu memang bukan orang yang pintar menjaga diri. Alkohol dan kebiasaan buruk lain pasti akan membunuh Changkyun, jika bukan karena kanker, maka pasti akan mati karena sakit jantung. Tapi, siapa yang peduli. Kebiasaan hidupnya seperti cara bunuh diri lamban yang akan dia terima perlahan dan menyakitkan.

Behind the Lens [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang