Hope

789 46 43
                                    


Changkyun menelan ludah berat. 

Dia bangkit. Menarik ujung kordennya dan menatap ke seberang mencari kehidupan. Memutar kembali sosok pria merah itu dalam ingatannya. Bagaimana tubuhnya bergerak di bawah remang cahaya. Mengingat peluh yang meluncur dahi dahinya, ke ujung hidung  lalu jatuh di atas kulit kekasihnya.

Bagaimana jika Changkyun yang berbaring di bawah tubuh pria merah itu?

Dan Changkyun tidak bisa menghentikan bayangan pria itu ketika dia membungkuk, menghisap kekasihnya seperti bayi. Menjilati dada kekasihnya seolah menjilati permen paling enak. Lalu matanya. Matanya yang memandang sayu. Telapak tangannya yang meraba naik dan turun menjamah seluruh bagian kekasihnya dan menghafal semua reaksi yang muncul. Pria itu begitu terampil memanjakan kekasihnya.

Lalu, bagaimana jika Changkyun yang dimanjakan seperti itu?

Dia menginginkan pria merah itu di sini. Mengibaskan rambutnya ketika tubuh mereka saling bergesek. Menggeram dengan suara dalam ketika mereka bergerak seirama. Bagaimana rasanya saat kulit tangannya yang hangat mengusap paha bagian dalam Changkyun? Ketika tangan pria merah itu menyusup semakin dalam ketika dia merintih.

Ah!

Napas Changkyun menjadi lebih berat dan  pendek. Dia kemudian terhuyung jatuh di atas tempat tidurnya. Mengerang kecil ketika kulitnya bergesekan dengan kain di bawahnya. Changkyun menggeliat. Tangannya tanpa ragu merayap di atas kulitnya sendiri.

Tentu tangan pria itu lebih lebar dari miliknya ini, dan tentu akan terasa lebih hangat.

 Changkyun merasakan dirinya panas dan membutuhkan 'sesuatu' di dalam dirinya. Mendesak dirinya saat dia mendesah hingga menjerit di bawah kukungan pria merah itu.

Benar. Pria itu membungkuk di atasnya dan membawanya mengambang ke awan.

Pria itu berbisik di telinganya dan Changkyun bisa merasakan sapuan lembut rambut kemerahan pria itu membelai pipinya. Kata-kata yang membuat Changkyun semakin meremang.

Menggeliat ketika kecupan basah pria itu menyapa dadanya, menyesap dirinya seperti bayi kelaparan. Changkyun membusungkan dadanya. Merasa dipilin oleh gigitan halus yang menggairahkan. Ketika Changkyun mencoba melirik dirinya sendiri, lidah kemerahan penuh liur milik pria itu tengah menyesapnya.

Rasanya luar biasa.

Changkyun menekan kepala dengan rambut kemerahan itu agar semakin tenggelam di dadanya. Tangannya meremas surai yang terasa lembut dan mencoba mengimbangi kecapan-kecapan yang pria itu lakukan. Changkyun merintih. Meminta tangan itu kembali membelai dirinya.

Dia merindukan telapak tangan itu menyapa dirinya di bawah. Menyentuhnya dengan lidahnya yang hangat dan basah. 

Ciuman basah itu terus turun. Membuat kulit Changkyun semakin meremang dan entah kenapa desahannya justru terdengar melebih-lebihkan. Kecupan basah itu menyentuh pahanya. Ketika Changkyun merintih dan dengan kurang ajar memintanya tetap di sana, pria itu mengisapnya. Melontarkan Changkyun ke awang-awang. Pandangannya kembali kelabu ketika dengan kedua kakinya, dia mengapit kepala itu agar tetap di sana. Agar tetap membuatnya melayang dan tidak jatuh hingga dia mati.

Lalu meledak seperti bintang tua.

Tubuh Changkyun menggeliat ketika kakinya dipaksa kembali terbuka. Meremas rambutnya sendiri ketika terlalu malu untuk sekedar bernapas. 

Changkyun menarik dirinya dari awan-awan putih. Mengumpulkan nyawanya yang hancur berkeping-keping ketika mencapai klimaksnya. Lalu, seakan tidak puas, pria itu menyentuhnya lagi. Di tempat yang seharusnya. Mengundang Changkyun untuk terus bernyanyi diantara bintang yang kembali membesar untuk meledak sekali lagi.

Behind the Lens [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang