Sejujurnya, hidup Changkyun berlalu biasa saja. Dan dia hampir tidak tahu apa yang harus diceritakan lagi. Dia bangun, merawat kucing dan dirinya sendiri dengan cara yang percis sama. Minum Wine, menelan sedikit kalori, minum Wine lagi, kamera, minum Wine lagi, menyiram dirinya dengan air hangat -selagi musim dingin datang-, lalu lagi-lagi meminum Wine. Terakhir sebelum jatuh tertidur karena alcohol, dia akan memotret tetangga-tetangganya -jika saja Changkyun bias memanggilnya begitu-, beberapa gelas Wine dan melihat orang bercinta.
Astaga.
Dua pasangan itu memang bercinta setiap malam. Tidak peduli apa yang terjadi. Dan seandainya Changkyun senang menghitung hari, hobi busuknya -mengamati orang bercinta- telah berlangsung sekian minggu. Dan tentu Changkyun tidak pernah lupa dengan semua detail yang tidak pernah dia lewatkan.
Segelas Wine menunggu Changkyun ketika dia selesai dengan urusan kucing putihnya yang masih saja tidak bersemangat. Seperti majikannya yang siap mati ini.
Beberapa saat yang lalu, Changkyun baru saja membalas email dari Wonho. Bertukar kabar dan menu makanan untuk hari ini. Sejujurnya Changkyun menulis asal saja, seperti hari-hari yang dia lewatkan dengan bertukar email. Wonho diseberang sana sedang sibuk dengan pekerjaanya. Seorang musisi yang berbakat. Beberapa kali Wonho mengirimkan sebuah sekaman lagu padanya. Juga rekomendasi lagu-lagu yang bagus untuk didengarkan selagi stress. Seharusnya Changkyun mendengarkan lagu itu sepanjang hari. Tapi, terima kasih. Changkyun tidak ingin melakukannya.
Jika seandainya Changkyun cukup sakit, -seperti yang selalu dia baca di internet- Changkyun juga tidak perlu lagu untuk sembuh.
Dia dan Wonho mungkin sudah masuk daam kategori teman. Mereka sering menerima-mengirim email, bertukar senyuman dan lambaian dari balik kaca jendela masing-masing dan tentu bertukar nama makanan dan Wine yang bagus. Untuk nama Wine itu lebih tepatnya hanya Changkyun. Sekedar untuk mengimbangi jenis makanan sehat dari Wonho yang tidak pernah Changkyun tahu.
Pria itu sangat baik. Sungguh.
Changkyun menyingkirkan handuk basah dari atas kepalanya. Saling bertukar email ternyata menyita banyak waktu, dia harus mengorbankan sedikit waktunya bersama Wine. Dan tentu minuman itu selalu menjadi bagian favorit dalam kesehariannya.
Cuaca berubah lebih dingin pada hari terakhir ini. Besok adalah hari minggu, seperti yang diharapkan Changkyun, besok adalah hari yang pas untuk Wine.
Benar begitu.
Tangan Changkyun yang kurus meraih gelas Winenya, menegak isinya yang begitu nikmat perlahan-lahan. Matanya melirik ke seberang. Pada bangunan apartement yang siap mati menyambut Natal. Oh, tentu Changkyun tidak lupa dengan kebiasaan orang-orang di sana.
Keluarga Kwon akan pergi dari apartementnya tanggal 20 Desember, lalu kembali setelah tahun baru. Berapa tahun Changkyun hidup di sini? setiap tahunnya keluarga Kwon selalu melakukan itu. Mungkin kembali ke rumah keluarga besar mereka untuk Natal yang lebih menyenangkan.
Changkyun tidak peduli. Pria tua di kamar 3.4 entah menghilang atau mungkin tetap di kamarnya, Changkyun tidak pernah ingin tahu. Korden merah tuanya tidak terbuka sejak seminggu terakhir. Tapi Changkyun tidak pernah terlalu peduli. Mungkin mereka berdua , Changkyun dan pria tua itu telah menunggu hari kematian bersama-sama dan pria tua itu mendapatkan harinya lebih dulu.
Pemuda itu lalu meletakkan gelas Winenya untuk meraih kamera digital. Lensanya terfokus pada penampakan pasangan Kihyun dan Shownu di lantai empat. Saling menempel. Di dekat jendela dan berciuman. Lensa kamera Changkyun berputar lebih focus hanya demi mengabadikan bagaiman dua bibir itu saling melumat. Sangat jelas dari balik lensa kameranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Lens [end]
Fanfiction"Apa yang mereka lakukan? bercinta? dengan korden terbuka? oh benarkah?" Changkyun adalah salah satu dari orang sinting yang masih hidup hingga detik ini, dan dia hanya punya satu kegiatan yang cukup menyenangkan. Mengamati tetangga barunya yang hom...