Changkyun terbangun dengan denyut sakit di kepalanya. Seperti terbangun setelah semalaman minum alkohol, atau ketika dia terlalu banyak minum obat tidur. Changkyun sempat berpikir dia akan terserang rasa panik seperti biasa dan, tidak bisa bernapas dalam beberapa detik. Pemuda itu mengantisipasi kepanikan itu dengan mengambil napas pelan-pelan, biasanya jantungnya berdetak sangat keras ketika dia terbangun dan, mendapati tangannya mencengkram bed covernya dengan kaku. Tarik napas, tahan, buang, Changkyun melakukannya beberapa kali hingga dia sadar kepanikan itu tidak datang. Dia melirik ke arah kakinya yang terasa dingin, lalu menggeliat dan meringis sakit. Matanya melirik ke sebelah, dan tempat itu telah kosong.
Seharusnya dia sadar diri itu sudah berulang kali terjadi. Dalam artian Changkyun sudah melewatkan berkali-kali kejadian yang sama setiap pagi.
Pria merah itu sudah pergi.
Bodohnya, Changkyun tetap tidak peduli.
Oh, dia lupa dengan tubuhnya sendiri. Dia lalu menoleh ke samping. Langit yang diapit dua gedung tinggi terlihat biru pucat, atau mungkin kelabu. Changkyun memicing tapi tidak mendapatkan kejelasan sama sekali. Dia melihat ranting-ranting dengan tumpukan salju bergoyang-goyang. Jendelanya tertutup, tapi dia masih kedinginan. Sayangnya dia tidak punya penghangat ruangan yang pastinya sangat membantu.
Changkyun menggerakkan kakinya.
Dia sedikit puas ketika tidak terasa sakit sama sekali. Ketika dia memutuskan untuk bangkit, menopang berat tubuhnya dengan kedua lengan dan kemudian sadar dia sendirian, Changkyun merasa dia baik-baik saja. Kepalanya masih terasa nyeri, tapi tidak sekuat beberapa detik yang lalu. Dia meringsut ke pinggir tempat tidur, lalu menjatuhkan kakinya ke atas lantai parket. Selagi dia bangkit, selimut yang membungkusnya jatuh dan membiarkan tubuhnya hanya tertutup kaos tipis. Setelahnya Changkyun menggigil. Sekaligus merasa sakit. Mungkin karena alkohol atau kadar gula darahnya sangat rendah.
Dia meringis. Merasa haus dan kelaparan. Changkyun tahu dia harus memakai sesuatu yang lebih hangat, atau dia akan terserang hepotermia lebih parah dari sebelumnya.
Kakinya melangkah ke ruang kecil tempat pakaiannnya bertumpuk-tumpuk. Changkyun mengulurkan tangan, meremas gagang pintu dengan jari tangan kananya lalu memutar kenop sembari menariknya. Pintunya tidak bergeming. Changkyun melakukannya lagi, dengan tarikan yang lebih kuat. Berhasil, pintu terayun terbuka. Sesaat Changkyun merasa bingung, dia tidak pernah menutup pintu ini. Sekali pun tidak. Tapi, mungkin dia melakukannya tanpa sadar, dia banyak minum kemarin malam.
Begitu pintu terbuka, Changkyun disambut dengan bungkus plastik bening dengan label nama laundry langganannya berserakan seperti sampah jalanan. Dia membongkar isi lemarinya, mencari sweter atau hoddie yang kemungkinan membantunya memerangi udara dingin. Setelah beres dengan kain-kainnya, Changkyun menyerat langkahnya menuju dapurnya. Tidak ada yang berubah. Kardus bekas paket yang dia terima minggu lalu masih tergeletak begitu saja di atas meja makan. Bahkan lebih banyak dari yang pernah Changkyun sadari. Dia memang sering melewatkan sesuatu dan melakukan hal-hal yang bukan kebiasaannya.
Dia mengambil gelas, menuang air mineral dari dalam botol lalu menegaknya rakus. Changkyun tertarik dengan isi kulkasnya, biasanya dia senang membiarkan dirinya kelaparan. Tapi tidak untuk hari ini.
Udara yang lebih dingin menyambut Changkyun ketika tangan kanannya menarik pintu kulkasnya. Dia menengok untuk melihat satu per satu barang yang dia taruh di dalam sana. Dia lebih terarik pada Vodka yang tersimpan di lemari kacanya atau pada Wine yang terlihat menari-nari merindukan Changkyun ketika dia menoleh menjauhi uap dingin kulkasnya. Meski Changkyun tidak menyukai acara merawat diri, dan selalu membiarkan gula darahnya rendah, dia tidak pernah membiarkan kulkasnya kosong seperti ini. Setidaknya dia selalu menyisakan soda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Lens [end]
Fanfiction"Apa yang mereka lakukan? bercinta? dengan korden terbuka? oh benarkah?" Changkyun adalah salah satu dari orang sinting yang masih hidup hingga detik ini, dan dia hanya punya satu kegiatan yang cukup menyenangkan. Mengamati tetangga barunya yang hom...