Juni : Day 20

366 41 20
                                    

"IORI!!"

Ngiiiinggg....

Suara makhluk bermarga Nanase itu sontak membuat telinga Iori berdengung. Suara berisik itu menjadi hal pertama yang ia benci dari si pemilik suara sejak kepindahannya ke sekolah ini. Lama-lama telinga Iori bisa bermasalah kalau setiap hari harus mendengar suara melengking gadis itu. Dan sudah dapat dipastikan, sebentar lagi hari Iori yang tenang akan berubah menjadi begitu ramai dan memusingkan.

"Iori! Kau ini kalo dipanggil nengok dong."

Iori hanya bisa menghela napas. Pemuda itu memilih melanjutkan perjalanan menuju kelas, mengabaikan Rika yang masih mengekor di belakangnya.

"Hai, kamu. Iya kamu."

"Selamat pagi~"

"Semangat belajarnya, ya!"

Dan kali ini Rika sibuk menyapa tiap orang yang dilewatinya. Sesekali tangan gadis itu melambai riang entah kepada siapa Iori tak peduli.

Nanase Rika memang pribadi yang menyenangkan dan ramah, seisi sekolah menyukainya karena sikap baiknya tersebut.

"Iori, istirahat nanti kita latihan ya?" Rika menatap Iori penuh harap. Sejak Iori coret dengan terpaksa coret mengiyakan ajakan Rika untuk bergabung dengan grup musik yang dibentuk gadis itu, mereka memang belum pernah latihan. Alasannya beragam, mulai dari sibuk belajar, tugas yang menggunung, hingga sibuk memberi kode pada gebetan yang tidak pernah peka.

"Aku sibuk."

Rika merengut mendengar jawaban super datar teman sekelasnya itu. "Sibuk terus. Gak bosen apa?"

"Latihan terus. Gak bosen apa?"

Rika kembali merengut saat Iori memutar balikan kata-katanya.

"Tapi, inikan demi kelangsungan Fourtigo."

Iori meringis. Ugh, Fourtigo. Itu nama band mereka betewe. Kadang Iori bertanya-tanya, apakah Rika ini mengerti dengan kalimat yang keluar dari mulut gadis itu sendiri?

Fourtigo? Emangnya susu Denkow?! Ingin Iori cakar wajah Rika yang menggemaskan itu.

Eh?

Iori menggelengkan kepalanya saat pemikiran nista yang tidak masuk akal itu menyambangi otak cerdasnya. Pemuda itu memilih mempercepat langkah kakinya menuju kelas mereka. Mengabaikan Rika yang kini memandang punggung Iori dengan sebal.

.
.
.
.

"Baiklah, anak-anak. Apa kalian mengerti dengan apa yang saya sampaikan?" tanya sang Sensei pada anak-anak didiknya.

Para murid dengan serentak menjawab. "Tidak, Senseeeeiiii."

"Hah? Kalian ini bagaimana? Masa gak ngerti juga?"

"Gimana mau ngerti, Sensei? Orang Sensei aja baru masuk, kok. Belum jelasin apa-apa." Tamaki memandang Sensei hijau mereka dengan tatapan malas. Kok bisa gitu orang macam Yama-sensei jadi Guru. Heran deh Tamaki.

"Oya? Masa sih?"

Para murid hanya bisa menghela napas lelah menanggapi Yama-sensei yang mendadak amnesia.

Nampol Guru dosa gak ya? Tapi, khusus buat Yama-sensei mah kayaknya sih insyaallah sah-sah saja.

"Sekolah tercinta kita ini kan kurang dari dua bulan lagi akan menginjak usia 17 tahun. Kalian tau apa artinya?"

"Sweet seventen, Sensei." jawab mereka kompak.

Yama-sensei menggeleng dan mengayunkan telunjuknya ke kiri dan ke kanan. "Salah. Itu artinya sekolah kita ini ulang tahun."

Yaelah. Nenek gayung juga tau itu artinya sekolah kita ini ulang tahun, Bambank!

Inginnya mereka jawab gitu, tapi kan nama Sensei mereka itu Yamato, bukan Bambank.

Okesip ..

"Untuk merayakannya, sekolah kita akan mengadakan pentas seni. Semua murid boleh ikut berpartisisapi dalam acara tersebut."

Mendengar penjelasan Sensei yang masih setia dengan kesendiriannya tersebut, sontak para murid yang ada di kelas XII C pun memekik senang. Tak terkecuali Rika yang kini heboh sendiri.

"Kalian dengar itu, kan?" Rika menoleh pada tiga temannya yang tampak biasa-biasa saja. Apalagi Iori. Ia lebih memilih menatap lurus ke arah Yama-sensei yang sebenarnya tidak enak dipandang sama sekali daripada menanggapi celotehan gadis bersurai crimson itu.

"Aku gak budeg, Ri-chan." Tapi laper. Tambah Tamaki dalam hati. Maklum saja, tadi pagi bocah jangkung itu hanya makan 1 bungkus sarimi isi duda. Eh, isi dua maksudnyaaaa.

"Pokoknya istirahat nanti kita harus latihan. Titik." Titah sang ratu, membuat ketiga upik abunya menampilkan ekspresi yang berbeda.

Souko tersenyum maklum.

Iori menghela napas pasrah.

Dan Tamaki meringis menahan lapar.

.
.
.
.
.

"Ini."

"Apa?"

Iori memandang Rika dengan alis terangkat. Saat ini Rika, Iori, Souko dan Tamaki sedang berada di ruang musik untuk latihan perdana mereka.

"Aku yakin kau tidak buta."

Iori mendengus sebelum meraih I Pod dari tangan Rika dan mulai mendengarkan sebuah lagu yang sedang diputar oleh benda persegi tersebut.

"Lagu siapa ini?" tanya Iori.

"Mbah Surip."

"Hah. Lucu!"

"Makasih. Aku emang lucu."

"Serius. Ini lagu siapa?"

"Sheila on 7."

"Aku keluar."

"Eh, jangan. Gitu aja marah. Itu lagu salah satu anggota Idolish7."

"Idolish7? Siapa itu?"

Rika menatap Iori tidak percaya. "Kau tidak punya tv, ya?"

"Jawab saja apa susahnya."

Rika menghela napas dan mulai menjelaskan. "Idolish7 itu Idol yang lagi booming. Aku lupa nama-namanya. Tapi yang paling keren itu center mereka. Suaranya bagus banget."

"Aku hanya bertanya siapa mereka. Bukan menanyakan pendapatmu terhadap mereka." jawab Iori datar. "Ayo mulai."

Kekesalan Rika sirna bak ditelan bumi begitu mendengar kalimat terakhir Iori. Gadis itu mulai memetik gitarnya, disusul Tamaki yang sudah bersiap di bagian drum dan Souko dengan keyboard miliknya.

Iori memejamkan mata, mencoba mengikuti tempo dari teman-temannya. Begitu dirasa tiba gilirannya, Iori pun mulai bernyanyi.

Taikutsu na oto ga narihibiiteta
kinou made no monokuro na sekai
hitamuki ni ikiru anata to deai
karafuru e to kasoku shita

sorezore no iro ga hikari hanachi
nanairo no keshiki kagayaiteru
koko ni shika nai merodii
kanade nagara tsumugi nagara
arukide sou

koko kara mezasu basho e mada tooi basho e
donna toki mo anata to tomo ni aru
kasanaru koe o hitotsu no mirai de
ah... hibikiwatare kono haamonii

Sungguh sebuah keajaiban. Ini bahkan kali pertama mereka latihan, namun hasilnya seolah mereka seorang profesional.

Lebay? Terserah. Karena memang itulah kenyataannya.

Tanpa sadar, kedua sudut bibir Iori tertarik ke atas. Pemuda itu tersenyum samar melihat 'teman-temannya' begitu menikmati permainan mereka.

Iori mulai berpikir. Menjadi bagian dari mereka tidak buruk juga.

High School - Izumi Iori || MHS Project [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang