April : Day 18

967 75 10
                                    

Udara Pagi terasa sejuk. Matahari yang muncul pun terasa hangat saat membelai kulit.

Di sebuah koridor, terlihat seorang gadis tengah sibuk menggerutu. Nanase Rika namanya. Siswi tingkat akhir yang memiliki surai berwarna crimson yang membingkai wajahnya yang menggemaskan.

Setelah lama berlibur, Rika dan teman-teman akhirnya masuk kembali dan kemarin adalah pembagian kelas yang baru. Gadis itu mendapat kelas XII C dan bertemu dengan teman teman baru juga.

"Aish, dasar tidak berperiketemanan. Setelah membuatku sakit perut, bukannya tanggung jawab dia malah berangkat duluan dan meninggalkanku begitu saja."

Oh, andai saja ia tidak memakan sarapan yang sudah disiapkan teman satu kamarnya itu, mungkin tragedi bolak-balik ke kamar mandi tidak akan pernah terjadi.

"Tunggu saja pembalasanku. Aku akan-..."

'bruk'

Kejadian yang sering terjadi di dalam sinetron langganan temannya, kini Rika mengalaminya sendiri.

Rika mengaduh saat seseorang menabrak tubuhnya yang lemah dan tidak berdaya hingga jatuh terduduk di lantai yang sedingin saljunya Evi Tamala. Kepala merahnya mendongak untuk melihat sang tersangka, hingga ....

'Deg'

Tujhe Dekha Toye Jana Sanamm ....

Backround taman bunga yang diiringi lagu legendaris itu sontak menjadi latar mereka yang kini saling bertatapan.

Demi kerang ajaib. Apakah Uchiha Sasuke yang menjadi lawan mainnya di cerita tidak jelas ini? Rika rela jadi masokis deh kalo emang si cogan itu yang menjadi lawan mainnya. Tapi jika diperhatikan lagi, gaya rambutnya agak berbeda. Rambut orang ini klimis gitu, gak kayak Sasuke yang gaya rambunya udah kayak pantad Ayam. Tapi ganteng ju-...

"Heh, Baka! Kau punya otak tidak? Jalan itu pakai mata. Apa kau tidak tau jika aku sedang buru-buru?"

.. ga sih. Ga juga! Orang ini jelek! Level gantengnya anjlok begitu nge-gas ke Rika yang polos dan lugu ini.

"Heh, yang bodoh itu siapa?! Dimana-mana jalan itu ya pakai kaki, bukan pake mata. Memangnya kau Spongebob, hah?" Rika balik nge-gas pada laki-laki yang menabraknya tersebut .

Latar dengan backsound lagu legendaris tadi pun berganti menjadi latar perang dunia shinobi keempat. //gagitu

Mereka masih saling bertatapan. Bukan tatapan cinta yang penuh damba, melainkan tatapan sangar yang penuh dengan aura permusuhan.

"Sudahlah, aku tidak ada waktu untuk berurusan dengan gadis im-.. aneh sepertimu." Setelah laki-laki itu berkata demikian, lantas ia pun berlalu meninggalkan Rika yang kini memunculkan tanduk imaginer di kepala merahnya.

"Cih, aku juga tidak sudi berurusan dengan laki-laki sepertimu!" ujarnya setengah berteriak. Rika yakin, laki-laki itu mendengarnya karena ia melihat Sasuke KW itu menoleh dan mendelik sebelum kembali berjalan menjauhinya.

.
.
.

'Brak'

Beberapa pasang mata di dalam kelas itu langsung tertuju pada seorang gadis yang baru saja membuka pintu dengan kasar. Seolah tidak terjadi apapun sebelumnya, mereka kembali pada aktivitas mereka setelah mengetahui siapa pelaku pendobrakan tersebut.

"Kau kenapa?" Gadis bermata violet bertanya setelah Rika duduk di kursinya.

"Jangan bicara padaku." jawab Rika ketus. Membuat si penanya memandang bingung pada gadis bersurai merah tersebut.

"Kau marah karena aku berangkat duluan?"

Rika tersenyum manis yang mengandung rasa tidak ikhlas di dalamnya. "Aku marah karena kau membuatku sakit perut setelah memakan makanan setanmu itu."

Gadis yang merupakan tersangka dalam tragedi kamar mandi yang dialami Rika itu sontak tertekeh tanpa rasa bersalah. "Maaf. Aku kan tidak tau kalau kau tidak bisa makan makanan yang sedikit pedas."

Rika mencibir. Sedikit katanya? Wong warnanya aja merah menyala begitu. Rika pikir itu sup tomat, eh ternyata sup cabe. Baru makan satu sendok saja sudah berhasil mengocok perutnya hingga membuat Rika mendekam di toilet selama satu jam lamanya.

"Au ah."

.
.
.

"ICHI!!!"

Laki-laki yang dipanggil 'Ichi' itu menoleh begitu suara yang familiar menyapa indra mendengarnya. Iris navy 'Ichi' lantas mendapati seorang laki-laki berkacamata tengah berjalan ke arahnya.

"Kenapa kau masih disini? Bukankah seharusnya kau berada di kelas sekarang?"

"Gomenasai. Sepertinya aku tersesat."

Pria berambut hijau lumut itu menghela napas mendengar jawaban adik dari sahabatnya tersebut. "Yasudah. Ayo ke kelas bersamaku."

'Ichi' mengangguk. "Arigatou gozaimasu." Lalu ia pun mengikuti langkah pria berkacamata itu untuk sampai di kelas barunya.

Dalam hati, 'Ichi' berharap. Semoga saja teman sekelasnya nanti tidak merepotkan seperti gadis im-... galak yang ia temui di koridor.

.
.
.

'Sreeekk'

Suasana yang tadinya mirip pasar malam, seketika berubah hening layaknya di kuburan begitu pintu kelas bergeser. Menampilkan sang Sensei dengan seorang laki-laki yang mengekor di belakangnya.

"Berdiri."

Semua sontak berdiri begitu mendengar seruan sang ketua kelas.

"Beri hormat."

Mereka membungkuk sembilan puluh derajat.

"Selamat pagi, anak-anak." sapa Sensei mereka.

"Selamat pagi, Paaaakk."

"Silahkan duduk." Perintah sensei berkacamata itu yang langsung dipatuhi oleh para siswanya. "Oh iya, kalian kedatangan teman baru." Sensei itu menoleh pada laki-laki yang berdiri tegak di sampingnya. "Silahkan perkenalkan dirimu."

"Ohayou gozaimasu. Izumi Iori desu. Yoroshiku onegai shimasu." Siswa baru itu membungkuk sebentar sebelum kembali menegakkan tubuhnya.

"Ada yang ingin kalian tanyakan pada teman baru kalian?"

Seorang siswi mengangkat satu tangannya. "Iori-kun, apakah kau ini seorang Idol?"

"Bukan." jawab Iori datar. "Aku hanya manusia biasa."

Ce'elah jawabanmu, naq.

Seorang siswi lain kembali mengangkat tangannya. "Iori adiknya Uchiha Itachi, ya?"

"Bukan. Saya adiknya Izumi Mitsuki."

Sungguh jawaban yang bisa dipertanggung jawabkan.

Ada apa dengan pertanyaan absurd ini?

"Baiklah. Silahkan duduk di mana pun kau mau, Ich- .. Izumi Iori."

Iori mengangguk. Netra navy pemuda itu mengitari seluruh kelas hingga terpaku pada seonggok manusia berambut merah yang juga tengah memandangnya dengan iris crimson yang membulat.

Pindah kelas masih sempat nggak ya? Pindah sekolah deh sekalian.

Dari sekian banyak orang, kenapa ia harus satu kelas bersama gadis itu? Bukan hanya satu kelas, tapi tempat duduk mereka juga bersebelahan.

Di manapun apanya?! Orang hanya tersisa satu kursi saja. Dan itu tepat di samping gadis berambut merah terang bak bendera partai politik tersebut.

Demi Yama-sensei yang masih setia dengan kejones-annya, akan seperti apa masa-masa terakhir Iori di SMA nanti?

High School - Izumi Iori || MHS Project [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang