Oktober : Day 22

331 32 7
                                    

Awalnya, Rika terkejut. Gadis berambut merah itu pun berniat berpura-pura tidak melihatnya lalu pergi. Tapi, mata bayi itu sungguh membuatnya tidak tega melakukan hal keji itu. Mata bayi yang besar dan berwarna hitam itu benar-benar mengikis hati Rika sampai ke akarnya. Apa boleh buat, Rika tidak punya pilihan, selain menggendongnya pulang ke asrama.

Sampai di asrama, Rika baru tahu kalau bayi itu berjenis kelamin laki-laki. Mungkin usianya sekitar 10 bulanan, benar-benar masa pertumbuhan yang sedang gemas-gemasnya.

Tapi, kenapa orang tuanya bisa setega ini? Membuangnya di jalan sepi yang jarang dilewati orang. Ketika Rika memikirkan itu, dia jadi makin simpati pada Si Bayi. Hem. Bayi yang malang.

"Rika, kamu punya bayi? Kapan ngelahirinnya?" Souko yang baru keluar dari kamar mandi dikejutkan oleh seorang bayi Yang kini berada dalam gendongan Rika.

"Enak aja. Hamil aja nggak, apalagi ngelahirin." Sahut Rika tidak terima, "Aku tuh nemuin bayi ini di jalan."

"Di jalan mana?"

"Jalan kehidupan."

"Aku serius."

"Memangnya aku bercanda? Aku nemuin bayi ini pas lari pagi di taman tadi."

"Bayi siapa?"

"Mana kutahu."

"Kamu mau ngerawat bayi ini?"

"Mau gimana lagi? Aku gak tega ninggalin dia di jalan gitu aja."

"Iya sih, tapi kan bisa gawat kalo ketahuan pihak sekolah. Kalo dikira ini anak kamu gimana?"

"Ya ga mungkin lah."

"Mungkin aja kali. Lihat tuh, kalo diperhatiin lagi, wajah bayi ini tuh mirip kamu sama..... "

"Sama siapa?"

"Sama.... " Souko mengamati bayi itu dengan seksama hingga beberapa saat kemudian Iris violetnya melebar menyadari kemiripan si bayi dengan seseorang, "... Iori?!"

"Hah?"

.
.
.
.
.
.

'Hatchiiimm'

Iori menggosok hidungnya Yang tiba-tiba gatal sebelum kembali menekuni kegiatannya. Hari ini adalah hari minggu, dan itu artinya sekolahnya libur dan ia sendirian di rumah karena orangtua dan Kakaknya sedang pergi ke rumah nenek mereka di desa.

Tadinya Iori ingin ikut, tapi orangtua nya bilang kemungkinan mereka akan pulang hari senin. Jadi, yahh tidak mungkin Iori bolos sekolah kan? Dia itu siswa teladan. Mana bisa tertinggal pelajaran. Maka dari itu, dia hanya tinggal di rumah sendirian

'Ting.. Tong..'

Iori meninggalkan sejenak kegiatan mencuci piringnya saat bel berbunyi. Pemuda itu mengelap tangannya terlebih dahulu sebelum berjalan ke arah pintu.

'Ceklek'

Pintu terbuka, dan terlihatlah sesosok makhluk bermarga Nanase dan antek-anteknya.

"Ada ap-... "

Iori tidak sempat melanjutkan kata-katanya karena Rika sudah menerobos masuk diikuti Souko dan Tamaki di belakangnya.

"Iorin, aku minta minum ya? Haus nih." Seru Tamaki yang sudah berdiri di depan kulkas yang terbuka. Tangan panjangnya segera mengambil satu botol minuman kemasan dan menenggaknya saat itu juga.

"Huweekkss.. Minuman apaan nih? Rasanya aneh banget. Jangan-jangan udah kadaluarsa." Tamaki menjulurkan lidah dengan ekspresi jijik di wajahnya.

Souko menghampiri Tamaki untuk melihat minuman apa yang tadi diminum temannya itu. Setelah mengetahui minuman apa yang diminum pemuda jangkung tersebut, Souko pun memutar matanya malas. "Kadaluarsa apaan? Orang yang kamu minum tuh minuman khusus datang bulan."

High School - Izumi Iori || MHS Project [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang