"IORI, BERHENTI!!!"
Sang empunya nama tak mengindahkan seruan tersebut dan memilih mempercepat laju larinya untuk menghindari 3 makhluk aneh yang tidak kenal lelah untuk mengejarnya sejak bel pulang dibunyikan.
Berhenti? Jangan konyol. Jika ia berhenti sekarang, mungkin dirinya hanya tinggal nama saja nanti.
Semua ini gara-gara Tamaki. Kalau saja teman semasa SMPnya itu tidak ember dengan mengatakan bahwa dirinya pernah mengikuti lomba menyanyi, mungkin Rika yang memang sedang mencari vocalis untuk band tidak jelasnya tidak mungkin mengejar dirinya hingga ke ujung perempatan seperti ini.
"IORI, BERHENTI!! KALAU KAU TIDAK BERHENTI JUGA, AKU AKAN BERTERIAK!!!"
BODO AMAT
Gak nyadar apa tuh cewek dari tadi juga udah teriak-teriak sampe bikin telinga Iori mimisan mendengarnya.
"Dosa apa yang kuperbuat di masa lalu hingga aku harus berurusan dengan gadis aneh itu?" gumam Iori nelangsa.
Mungkin, bisa saja dosa Iori di masa lalu sangatlah besar. Seperti membunuh kakaknya sendiri, menjadi buronan karena memburu gurita yang bisa nge-rap, hingga berniat menghancurkan satu desa demi membalaskan dendamnya. //gagituwoyy
"Andai saja sharingan itu benar-benar ada, mungkin aku bisa langsung sampai di rumah dengan menggunakan kamui." Iori mulai berkhayal di tengah kegiatan melarikan dirinya.
'Bruk'
Sejenak Iori berhenti dan menoleh begitu terdengar suara 'gedebuk' disusul dengan teriakan yang menyayat hati menyapa indra pendengarnya.
Ah, ternyata di belakang sana Rika, Tamaki, dan Souko sedang merintih kesakitan karena menabrak gerobak cilok yang melintas di depan mereka.
'Lebok sia'
Iori tertawa puas dalam hati. Iya, dalam hati aja. Iori itu orang yang gak suka pamer soalnya.
Memanfaatkan kesempatan yang ada, Iori lantas kembali berlari sekuat tenaga hingga menghilang di balik tikungan karena ia memilih naik ojek saja biar cepat sampai di rumah.
"Ke Jl. Kehidupan ya, bang." ucap Iori pada si abang tukang ojek yang hanya bisa melongo mendengar tujuan penumpangnya tersebut.
Tapi yasudahlah, apapun nama jalannya, yang penting ujungnya jadian. Eh?
"Berangkaaaaaatt."
.
.
.
.
."Duh, kita kehilangan jejak Iori deh." Rika menghela napas lelah. "Ini semua gara-gara Tamaki, nih."
"Lho? Kok aku?" Tamaki memandang gadis berambut merah itu tidak mengerti.
"Yaiyalah, kalau kau tidak jajan cilok dulu, kita tidak mungkin kehilangan jejak Iori."
Tamaki hanya bisa cengengesan mendengar kalimat teman sekelasnya itu. Iya sih, tadi waktu nabrak abang tukang cilok, Tamaki jadi ngiler dan berakhir dengan dirinya yang habis cilok tiga porsi. Tapi kenapa Rika marah begitu? Wong tadi dia ikutan makan juga kok. Tamaki yang traktir, lagi. Meski pake duwit Shouko, sih.
"Yaudah, biar tau keberadaan Iorin dimana, kita tanya peta aja."
'Pletak'
"Kau pikir Doraemon, hah?"
"Kok doraemon sih, Rik?"
"Tau nih, Ri-chan. Yang bener itu Spongebob."
"Bukan, Tamaki-kun. Peta itu seekor bajing yang ada di upin-ipin the movie."
KAMU SEDANG MEMBACA
High School - Izumi Iori || MHS Project [✓]
FanfictionIori hanya berharap masa terakhir di SMAnya akan tenang seperti tahun-tahun sebelumnya meskipun ia pindah sekolah. Namun harapan itu sirna saat Nanase Rika menyerang. Warn : Gaje, bahasa campur aduk, dan membaca ini dapat menyebabkan kesia-siaan ya...